Judul tersebut sejatinya bukan saya yang bikin. Saya hanya mengambil inspirasi dari komen salah satu forum fans Los Angeles Lakers, yang dibanjiri setidaknya 500++ komentar untuk tiap artikel yang membahas prapertandingan Lakers. Komentar-komentar tersebut biasanya bersahut-sahutan tepat saat pertandingan sedang berlangsung (kurang lebih dua jam). Jumlah komen yang boleh jadi hanya kalah dari  komen di forum fans Philadelphia 76ers untuk jenis artikel yang sama.
Meski komen tersebut sudah berusia lebih dari empat  tahun, seingat saya, judul tersebut masih terbilang relevan, mengingat Lakers tidak lagi tampil konsisten, meski mereka sempat menjadi juara era bubble covid (yang akan senantiasa menjadi bahan olok-olok) fans tiap tim NBA lantaran musim tersebut  sepenuhnya berlangsung di Disneyland Orlando tanpa keseruan dan keriuhan penonton yang biasa hadir saat sebuah tim menjamu dan dijamu tim tamu, meski dari komposisi pemain dan keseriusannya, Lakers dianggap layak menjadi juara (yang sayangnya boleh dibilang membuat Lebron tidak terlalu ngoyo lagi untuk memberikan cincin juara untuk Lakers).
Channel: 1970s fansÂ
Seperti diketahui, bersama Boston Celtics, Lakers menjadi tim dengan koleksi cincin juara NBA terbanyak. Celtics dengan 18 cincin, sedang Lakers dengan 17 cincin yang diraih lewat jalur yang sedikit berbeda.
Jika sejak awal Boston Celtics lebih sering menjadi juara bermaterikan mayoritas para pemain yang tumbuh dan berkembang bersama Celtics, termasuk era dominan mereka pada tahun 1960 selama satu dekade, Lakers, yang pada tahun 1940-an bermarkas di Minneapolis, Minnesota (yang berjarak 2400 kilo dari Los Angeles) menjadi tim papan atas berkat perpaduan antara rookie mereka sendiri dan pemain paling dominan di eranya, yang biasanya berasal dari tim lain, sebut saja duo rookie Vern Mikkelsen dan center George Mikan (1950-1954  yang bermain bagi Chicago American Gears di awal karir), duo rookie Jerry West-Elgin Baylor dan center New York Knicks Derrell Imhoff (1964-1968), Jerry West- Wilt Chamberlain (1968-1972, Philadelphia Warriors), duo Magic Johnson-Kareem Abdul Jabbar (1975-1989, Milwaukee Bucks), atau duet Kobe Bryant dengan Shaquille O'Neal (1998-2002, Orlando Magic) atau Pau Gasol (2007-2014, Memphis Grizzlies), serta yang terbaru duet Lebron James dan Anthony Davis yang sampai detik ini masih beredar. Bisa dibilang, tim mana yang memupuk tapi justru Lakers yang memetik hasilnya.Â
Lakers makin dianggap gaduh lantaran fans mereka terkenal resek dan kerap bikin keriuhan di mana-mana, bahkan kadang lebih ramai dari fans tuan rumah, seperti yang pernah terjadi di State Farm Arena, kandang Atlanta Hawks, sekitar lima atau enam musim lalu. Â Â
(#statistik rotasi rutin {antara starter dan cadangan rutin Lakers terbilang jomplang, minimal dari segi menit bermain, poin, rebound, assist}, pemain yang produktif semasa kuliah seperti Olivari malah belum mendapat menit bermain lantaran banyaknya pemain bertipe point guard di Lakers meski forward bertipe playmaker Lakers sekilas hanya Lebron)
Meski tidak sepenuhnya akurat, jika dilihat dari cara bermain, Lakers mampu mendominasi NBA, dengan dua pola permainan yang mirip. Jika di era Vern Mikelsen, Jerry West, dan Kobe Bryant Lakers kurang lebih bermain dengan kombinasi big man dan guard atau forward produktif dibantu playmaker paten yang namanya kurang akrab di telinga seperti Slater Martin, Gail Goldrich, atau Derek Fisher (yang jadi jaminan mutu untuk tiap tim yang dibelanya berkat defense dan jiwa kepemimpinannya yang terkesan kalem tapi matang). Pada era Magic Johnson dan Lebron James Lakers memainkan serangan balik cepat berkat materi starter yang rata-rata jangkung. Â
Menarik disimak, bagaimana peran peran Goldrich dan Derek Fisher, yang meski mungkin gaya permainannya tidak terlalu agresif, tusukan dan umpan yang kalem dan tepat sasaran, memastikan Jerry West dan Kobe Bryant (yang juga sama-sama  bisa bermain sebagai playmaker) serta forward Elgin Baylor bisa melepaskan tembakan yang memang akurat, tanpa khawatir andai tembakan mereka luput lantaran Goldrich, Chamberlain, atau O'Neal memang sigap menjaga bola lewat gaya permainan dan posturnya.