Menariknya ketika bola berada di tangan Garnett bola bisa diumpankan lagi ke pemain yang lebih bebas, mengingat Garnett cenderung dijaga lebih dari satu orang ketika hendak menembak.
Sayang, meski penjagaan pemain lawan praktis tertuju pada Garnett, pergerakan para pemain Timberwolves cenderung statis atau malah berpusat pada satu titik ketika Garnett berada pewe menembak.
Meski kadang tembakan Garnett luput dari sasaran, skema tersebut tidak terlalu membahayakan defense lantaran ketika luput, pemain Timberwolves bisa cepat kembali ke pertahanan sendiri.
Sayang di final wilayah barat, mereka harus bertemu Shaquille O’Neal, yang bukan hanya makan tempat bukan hanya di jaring lawan, tapi juga jaring sendiri.
Di hadapan Lakers, mereka takluk 2-4.
Dengan penampilan yang tim yang cenderung menurun, Kevin Garnett lantas pindah ke Boston Celtics di mana pengaruhnya sudah kita ketahui bersama bagi Celtics.
Selepas kepindahan Garnett ke Celtics, Timberwolves mulai membangun tim lewat draft. Draft-nya pun sama sekali tidak buruk. Mereka tahu pemain seperti apa yang mereka butuhkan, dan pemain (kunci) yang datang pun berkembang sesuai harapan (bahkan sampai sekarang).
Â
.
Channel VC Mysterio
Dimulai dari Corey Brewer (yang kelak juara bersama Dallas Mavericks tahun 2011), pemain yang sanggup melakukan apa saja, kecuali menembak (2007), disusul rookie yang didatangkan dari Memphis Grizzlies Kevin Love yang datang lewat trade bersama shooter paten Mike Miller semusim setelah era Garnett usai, Ricky Rubio (rookie berusia 21 tahun yang didatangkan dari Washington Wizard pada tahun 2009) meski baru bermain untuk Timberwolves tahun 2011 lantaran masih bermain untuk tim basket Barcelona yang dibawa Rubio memjuarai Liga Champions versi basket, Eurolegue 2010), shooter yang kelak menjadi shooter paten Wayne Ellington, serta forward tangkas tinggi menjulang Wesley Johnson (yang nyaris tiap dapet ruang tembak agak lapang pasti luput #eh).