Mohon tunggu...
Candra Permadi
Candra Permadi Mohon Tunggu... Penerjemah - r/n

r/n

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Detroit Pistons, Tim Kaya Prestasi yang Kini sedang Mulai Membangun

16 November 2021   13:48 Diperbarui: 16 November 2021   14:20 586
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terus terang saya nggak tau banyak soal Detroit Pistons sebelum mengetik huruf pertama coretan ini. Ternyata mereka juara NBA tiga kali dan dua di antaranya diraih tahun 1989 dan 1990 dengan mengandalkan akurasi tembakan pemain tempramental Isiah Thomas yang dikelilingi para pemain yang rata-rata bisa nembak semua, termasuk Joe Dumars, Mark Aguirre, dan Bill Lambier.

Tahun 1990 bahkan mereka memenangi game kelima laga final lewat tembakan-tembakan mustahal pemain cadangan Vinnie Johnson setelah tertinggal kurang lebih tujuh poin di quarter terakhir, padahal pada game-game sebelumnya, tembakan Johnson lebih banyak nggak masuk.

Channel: Gearmast3r

Terus terang, mengintip game waktu itu, permainan sesama finalis, Portland Trail Blazers, terlihat lebih memikat karena forward Clyde Drexler melakukan apa pun untuk membuat timnya unggul, menembak dari berbagai jarak, mengumpan, serta berakselerasi sebelum melakukan slam dunk, tapi pengalaman membuktikan kalau permainan Pistons lebih matang.

Saat juara tahun 2004, permainan Pistons lebih asik lagi. Melihat bagaimana mereka bermain, kita bisa tahu bagaimana tim ini dibentuk. Semua pemain punya dan tahu peran masing-masing walaupun di atas lapangan permainan lebih cair.

Point Guard Chauncey Billups bertugas sebagai pengatur serangan. Gayanya bermainnya unik. Alih-alih langsung mengoper, Billups terkadang membaca gerak pemain lawan sebelum memberikan bola pada shooting guard Richard Hamilton yang memang punya jumpshot bagus atau center Ben Wallace yang memang jago ngedunk.

Small forward Tayshaun Prince memang jarang mencetak angka. Tugas utamanya memang mencegah bola masuk lewat posturnya yang tinggi kurus dan rentang tangannya yang panjang, tapi begitu mencetak angka,  tembakannya biasanya dibuat dari posisi sulit.

Saya sendiri suka gaya power forward Elden Campbell yang sering mengisi posisi Rasheed Wallace dari bangku cadangan. Alih-alih  segera menembak begitu menerima bola dari Billups, keduanya biasanya langsung mengoperkan bola  ke area tiga angka atau center yang siap melakukan slam dunk.


Bahkan alih-alih mengetip bola ke jaring, Campbell mengirimkan bola kepada pemain yang tidak terkawal begitu berhasil mendapatkan bola rebound. Kebetulan Rasheed Wallace lebih sering dimainkan sebagai starter karena tembakannya lebih matang ketimbang Campbell.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun