Mohon tunggu...
Candra Permadi
Candra Permadi Mohon Tunggu... Penerjemah - r/n

r/n

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Serial Pennyworth, Sejarah Awal Batman yang Nggak Kerasa Batman-nya

5 Agustus 2019   12:36 Diperbarui: 7 Agustus 2019   08:06 1745
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: thenerdaily.com

 

Penggemar Batman tentu saja tahu nama Pennyworth, Alfred Pennyworth lebih tepatnya, pelayan setia Bruce Wayne yang bukan cuma bertugas ngurus rumah, tapi juga segala peralatan tempur Batman. Seenggaknya, itu versi klasik.

Versi kekinian Pennyworth malah lebih gape lagi. Doi merupakan seorang agen atau mantan tentara gitu yang saya nggak tau kenapa, memilih mengabdi sebagai pelayan bagi keluarga Wayne.

Walaupun karakter Pennyworth versi baru ini  agak mengejutkan, nada sumbang nyaris tak terdengar. Tidak banyak penikmat Batman yang protes, termasuk saya, mengingat mengembangkan karakter merupakan hal yang wajar untuk sebuah cerita, selama ngembanginnya punya arah yang jelas.

Saya sendiri termasuk suka ide dasar serial Pennyworth. Seenggaknya Bruno Heller, pencetus ide, maksud saya eksekutif produser Pennyworth, tahu cara meramu episode pertama yang lebih terasa seperti FTV ini.

FTV yang dengan berat hati saya sematkan sedikit spoiler.  Spoiler yang mungkin akan membuat anda hanya menonton satu episode saja atau malah lanjut sampai episode-episode selanjutnya, meski sampai coretan ini beredar, paling banter baru dua sampai tiga episode yang sudah tayang, dari rencana setidaknya sepuluh episode (dulu) sampai setidaknya bulan September mendatang, yang entah akan berkembang seperti apa.

Episode pertama Pennyworth punya ide cerita yang menarik meski bisa disebut bukan hal baru jika kita melihat serial-serial yang  lain. Bagaimana Alfred Pennyworth muda, yang seorang veteran perang di tahun 1960-an ini bisa kebetulan bertemu dengan Thomas Wayne, ayah Bruce Wayne, yang juga masih muda.

Kebetulan juga, berhubung perang sudah usai, Pennyworth memutuskan merintis usaha jasa yang cukup keren yaitu jasa perlindungan atau pengamanan. Setidaknya begitulah yang tertulis di kartu nama Pennyworth.

Pennyworth- Wayne (Hollywood Life)
Pennyworth- Wayne (Hollywood Life)

Hanya saja, kartu nama hanya sekedar kartu nama karena praktiknya, berhubung masih merintis karier, Pennyworth lebih sering sering bekerja sebagai penjaga merangkap pembuka pintu pub atau klub malam. Bouncer atau doorman Bahasa kerennya. Bukan bouncer biasa, tapi bouncer berjas yang sopan dan bedandan perlente.

Wayne yang kebetulan sempat mampir ke tempat Pennyworth bekerja sempat ditolong Pennyworth dan bertukar kartu nama. Wayne yang seorang auditor forensik dan Pennyworth yang seorang penyedia jasa keamanan. Kartu nama masing-masing, mereka simpan di tempat yang semestinya. Pennyworth di rumah (orang tuanya) dan Wayne di kantong jasnya.

Singkat cerita, mereka sebenarnya tidak pernah bertemu lagi selepas pertemuan pertama mereka. Hanya saja, pekerjaan Wayne yang menyerempet bahaya mengharuskan Wayne kembali bertemu Pennyworth.

Bukan karena Wayne membutuhkan bantuan Pennyworth, melainkan karena saat Wayne berhasil menyelamatkan diri dari bahaya, jasnya ternyata masih tertinggal di tempat kejadian. Pennyworth yang tidak tahu apa-apa jadi kebawa-bawa.


PENNYWORTH Official Trailer (HD) 

Saya tidak ingin membawa spoiler ini lebih jauh dari ini, karena kalian bisa menikmatinya sendiri. Saya hanya ingin lebih banyak membagi pendapat gak begitu penting tentang serial yang episode perdananya terbilang cukup panjang ini, yaitu 71 menit

Mungkin kelak ada yang akan berkomentar kalau karakter Pennyworth pada serial ini amat jauh dari sosok Pennyworth yang kita kenal sekarang, maksud saya selama ini, santun dan kalem. Pennyworth yang satu ini berkesan muda, bandel, tapi tetep kliatan manner khas inggrisnya.

Buat saya interpretasi penulis ceritanya wajar, karena nggak banyak referensi tentang Alfred Pennyworth yang kita tahu. Berbeda dengan serial Gotham, yang juga dinahkodai Bruno Heller, yang berusaha mengisi kekosongan cerita Bruce Wayne muda, tidak lama setelah keluarganya dibunuh, hingga menjelang Bruce memutuskan menjadi Batman.

Kita tahu kisi-kisi cerita Batman seperti apa. Jadi kita bisa mengisi kekosongan ceritanya seperti apa, selama ceritanya tidak terlalu jauh dari "fakta" Batman yang sudah kita ketahui bersama.

Toh, interpretasi model begini bukan hal baru di dunia fiksi. Stephen Chow bahkan berani mengintrepretasi kehidupan Tong Sam Chong muda dalam kisah Sun Go Kong dan hasilnya sukses besar di pasaran.

Cerita drama korea "Ratu Seon Dok" pun berujung sama. Meski ada yang berharap, bukan cuma satu atau dua orang saja bahkan mungkin ratusan, kisah Seon Deok berakhir romantis, yang apabila dituruti pihak penulis skenario akan berimbas pada alur cerita yang melenceng dari fakta sejarah.

Berbeda dengan Gotham atau serial yang diangkat dari fakta sejarah, cerita yang bisa dikembangkan dari sosok Alfred Pennyworth masih sangat luas, karena setidaknya saya tidak tahu tentang latar belakang  Alfred Pennyworth sebelum menjadi pelayan bagi keluarga Wayne.

Capture dari film Pennyworth
Capture dari film Pennyworth

Capture dari film Pennyworth
Capture dari film Pennyworth

Kekosongan alur cerita kehidupan Pennyworth tersebut, salah satunya, diisi dengar hadirnya sosok Esme Winikus, kekasih Pennyworth, yang merupakan seorang penari di klub tempat Pennyworth bekerja sebagai penjaga pintu. Lewat sosok Winiskus, setidaknya dramanya bisa jadi lebih menarik karena Winikus digambarkan sebagai putri seorang pendeta yang sedang merintis karier sebagai aktris teater.

Lewat latar belakang Winikus saja, kita bisa tahu potensi ceritanya akan jadi seperti apa meskipun konfliknya belum dikupas satu per satu. Terlebih serial Pennyworth diceritakan berlatar tahun 1960-an di mana kebebasan muda-mudi, bukan cuma di Inggris tapi juga di Amerika Serikat mulai berkembang.

Dengan latar tambahan sebagai veteran perang yang kental dengan nuansa Gangguan Stres Pasca Perang, rasanya potensi konflik yang muncul bisa jadi rumit dan menarik.

Menarik karena Pennyworth bukan cuma nampilin kisah heroik ala Batman yang secara teori akan lebih membumi, tapi juga kerumitan yang didorong budaya di zamannnya.

Capture dari film Pennyworth
Capture dari film Pennyworth

Sayang apa yang saya harapkan sedikit jauh dari kenyataan. Saya berharap akan diajak menikmati nuansa tahun 1960-an yang kental nuansa kebebasan muda-mudi (yang untuk bagian ini kok ndilalah kok agak pas dengan penggambaran di zamannya, meski terkesan terlalu melankolis, dan masih berfokus pada hubungan antara Pennyworth dan Winikus.

Sayang untuk penggambaran unsur budaya khas tahun 1960-an yang lain masih sedikit nanggung.

Capture dari film Pennyworth
Capture dari film Pennyworth

Nanggung karena beberapa elemen tahun 1960-an yang kita kenal  selama ini serasa seperti dimasukkan semua. Entah cara berpakaian, keberadaan mobil klasik di zamannya, telepon kabel, serta adegan madat walaupun secuplik. Bolehlah sedikit berkilah kalau episode-nya masih panjang jadi dicicil dikit-dikit tak apa.

Budaya tahun 1960-an di Inggris dan Amerika Serikat memang terkesan nakal, di mana kebebasan terasa tanpa panduan, meskipun pada dasarnya tanggung jawab setiap tindakan dan keputusan individu pada era tersebut perlahan mulai diserahkan pada indivdu yang bersangkutan, termasuk kebebasan yang diberikan orangtua Pennyworth dan Winikus pada putra-putri mereka dalam memilih jalan hidupnya masing-masing.

Kebebasan yang tentu saja tidak semulus papan setrikaan karena pada dasarnya dari situlah salah satu alasan kenapa cerita serial ini bisa berkembang.

Terlepas beberapa kesan negatif yang kebetulan digambarkan dalam serial Pennyworth, serial ini menunjukkan beberapa nilai positif yang sedikit terlupakan karena penulis skenario Pennyworth tidak menganggapnya istimewa misalnya lewat kehadiran karakter  Deon "Bazza" Bashford yang berkulit hitam. 

Seperti kita tahu, era tahun 1960-an bukan hanya era kebebasan tetapi juga era kesetaraan, di mana masyarakat Eropa dan Amerika Serikat mulai memandang bahwa setiap manusia itu sama. Kebetulan tanpa perlu menyuarakan slogan tersebut, Pennyworth dan rekan sesama veteran, bahkan semua karakter dalam serial ini, baik lawan maupun kawan, memandang Bazza sebagai tentara apa adanya.

Bukan cuma sosok Bazza yang digambarkan apa adanya, tetapi juga sosok Esme Winikus yang tetap bersahaja, hangat, berani, dan melankolis tanpa tanda kutip terlepas apa pun profesinya.

Capture dari film Pennyworth
Capture dari film Pennyworth

Terlepas dari ceritanya yang menjanjikan, saya sedikit terganggu dengan detail yang nempel di sana-sini yang membuat saya tersenyum simpul. Meski berlatar tahun 1960-an, entah kenapa, saya merasa diajak menonton nuansa wah Inggris zaman film Fantastic Beast yang meski terasa wah terasa terlalu tua untuk zamannya.

Belum lagi nonton bijimana penjahatnya jalan, gagah sih, tapi kerasa kayak dramatisasi film tahun 1940-an #eh. Begitu juga ketika ngeliat gerombolan penjahat bertopi yang lebih kerasa kayak film yang berlatar tahun 1920-an. Rasanya semua serasa campur aduk.

Capture dari film Pennyworth
Capture dari film Pennyworth
Pun ketika melihat senjata dan kendaraan yang dipakai Pennyworth dan teman veterannya. Rasanya kalau saya jadi mereka, saya nggak percaya kalau di awal tadi saya memilih menjadi doorman perlente #eh.

Capture dari film Pennyworth
Capture dari film Pennyworth

Kalo sekedar ngeliat dari episode pertama, entah ceritanya memang kompleks atau saya yang terlalu serius ngeliat serial yang dari sononya emang cuma fiksi.

Terlepas dari komen ngawur saya ini, saya kok masih berharap dan optimis kalau serial ini bisa jadi serial yang bagus, kalau di episode selanjutnya, penulis skenarionya bisa lebih sabar mengupas jalan cerita tanpa bernafsu memasukkan unsur sejarah tahun 1960-an  dengan tergesa hanya untuk menunjukkan kesan klasik atau memang serial ini berlatar di Inggris (atau Gotham nantinya) selepas era perang vietnam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun