Mohon tunggu...
M. Sadli Umasangaji
M. Sadli Umasangaji Mohon Tunggu... Freelancer - celotehide.com

Menulis beberapa karya diantaranya “Dalam Sebuah Pencarian” (Novel Memoar) (Merah Saga, 2016), Ideasi Gerakan KAMMI (Gaza Library, 2021), Serpihan Identitas (Gaza Library, 2022). Ia juga mengampu website celotehide.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Islamisme adalah Sosialisme Sejati; Sekedar Refleksi Gagasan Tjokroaminoto

14 Mei 2023   15:00 Diperbarui: 22 Mei 2023   09:41 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Islamisme adalah Sosialisme Sejati; Sekedar Refleksi Gagasan Tjokroaminoto

M. Sadli Umasangaji (Founder Celoteh Ide, Peserta Sekolah Pemikiran Pendiri Bangsa Megawati Institute Angkatan IX)

            Semua bermula dari kalimat Murtadha Muthahhari bahwa gerakan sosial haruslah bertumpu pada gerakan pemikiran dan kultural atau ia akan terjerumus dalam perangkap gerakan yang memiliki landasan budaya dan luluh di dalamnya sehingga berubah arah tanpa bisa dicegah. Dan Gramsci menuliskan "Tak ada organisasi tanpa pemikiran, dengan kata lain, tanpa pengorganisir dan pemimpin, tanpa aspek teoretis dari kesatuan teori-dan-praktik yang dalam kongkritnya terwujud dalam strata orang-orang yang 'berspesialisasi' dalam elaborasi konseptual dan filosofis".

            Kita dapat memulai dengan mengutip apa yang dipertanyakan dan dituliskan Nurcholish Madjid, "Pertanyaan: mengapa sosialisme, dalam konteks Indonesia, mungkin tidak perlu lagi diajukan? Sebab, sosialisme dapat dianggap sebagai suatu cara lain untuk mengungkapkan ciri masyarakat yang dicita-citakan oleh Pancasila, yaitu masyarakat berkeadilan sosial".

            Dalam konteks Indonesia, tulis Nurcholish Madjid bahwa bahkan suatu frasa, yakni Sosialisme Religius, baik sebagai istilah maupun sebagai ide bukanlah sesuatu yang sama sekali baru, khususnya di Indonesia. Sudah semenjak masa perkembangan Sarikat Islam, khususnya setelah mengalami sentuhan dengan paham-paham sosialis-komunis Barat yang mengadakan infiltrasi ke dalam tubuhnya, ide sosialisme-religius itu mulai mendapatkan perumusan-perumusan sistematis dan serius.

Meskipun mungkin belum sepenuhnya memuaskan. HOS Tjoktoraminto menulis buku berjudul Islam dan Sosialisme, dan H. Agus Salim mengemukakan pikiran bahwa ide sosialisme sudah tercakup dalam ajaran-ajaran agama, khususnya agam Islam. Syafruddin Prawiranegara pernah pula menulis sebuah pamflet yang isinya menegaskan bahwa seorang Muslim haruslah sekaligus seorang sosialis. Karena pikiran-pikiran serupa itu, tidak mengherankan, jika Masyumi, oleh Kahin, digolongkan sebagai "Islam Kiri" atau "Islam Sosialis".

            Gagasan Tjoktoraminoto soal Islam dan Sosialisme pada konteks itu memang untuk menghadang Serikat Islam Merah sekaligus memberikan gagasan bahwa Islam relevan dengan sosialisme. Gagasan itu pada konteks sekarang telah menjadi anasir untuk gagasan Sosialisme Religius. Tjoktoraminoto menuliskan "Tetapi barang siapa mengetahui bahwa pemikiran demokrasi dan sosialisme itu telah berakar kuat di dalam Islam, niscaya terlihat benar akan kebutaan orang banyak tentang Islam".

            Tjokroaminoto dalam bukunya menuliskan beberapa bab dengan beberapa tema diantaranya; Sosialisme dalam Islam, Kehidupan Sosial dalam Masyarakat Islam, Sosialisme Nabi Muhammad, Sahabat-Sahabat Nabi yang bersifat Sosialis dan Imperialisme Muslim dan lainnya. Tjokroaminoto menempatkan sholat, ibadah bahkan sholat jumat sebagai dasar perintah-perintah Agama yang bersifat sosialistik. Dengan maksud persatuan dan pergaulan hidup manusia bersama. "Menurut perintah agama yang telah ditetapkan oleh Nabi SAW, sekalian orang Islam, kaya atau miskin, dari berbagai macam suku bangsa dan warna kulit, pada setiap jumat harus dating berkumpul di dalam masjid dan menjalankan sholat dengan tidak mengadakan perbedaan sedikitpun juga tentang tempat atau derajat".

            Tjokroaminoto membagi anasir-anasir Sosialisme dalam Islam, diantaranya; kemerdekaan, persamaan, dan persaudaraan.  Kemerdekaan dengan artian tiap-tiap orang Islam tidak harus takut kepada siapa atau apa pun juga, melainkan diwajibkan takut kepada Allah saja. Persamaan dengan artian kaum muslimin pada zaman dulu bukan saja semua menganggap diri mereka sama, tetapi mereka menganggap semua merupakan satu kesatuan. Di antara orang-orang Muslimin tidak ada sesuatu perbedaan yang manapun juga macamnya. 

Dalam pergaulan hidup bersama di antara mereka tidak ada perbedaan derajat dan tidak ada pula sebab-sebab yang boleh menimbulkan perbedaan kelas. Persaudaraan dengan artian, Islam adalah sebenar-benarnya satu agama yang bersifat demokratis dan telah menetapkan beberapa banyak hukum yang bersifat sosialistik bagi orang-orang yang memeluknya. Islam menemukan persaudaraan yang harus dilakukan benar-benar diantara orang-orang Islam di negeri manapun juga, baik yang berkulit merah ataupun berkulit kuning, berkulit putih atau hitam, yang kaya atau yang miskin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun