Mohon tunggu...
Calvin Calvin
Calvin Calvin Mohon Tunggu... Administrasi - masih belom 17 tahun

hanya pelajar sma biasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tidak Ada Hal Besar yang Diawali oleh Hal Kecil

3 November 2018   20:39 Diperbarui: 3 November 2018   20:59 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pulau Arawa, November 1976 semuanya terlihat damai dan sejahtera, penduduk pulau Arawa yang beragam suku bangsanya dan banyak pendatang asing untuk berbelanja bahan baku untuk negaranya. Penduduknya ramah dan baik antar semua orang namun tanpa adanya ultimatum terlebih dahulu bangsa ini di invasi oleh bangsa asing demi imperialisme dan kolonialisme untuk negaranya, dengan tujuannya 3G yaitu Gold, Glory, dan Gospel.

Tiga setengah abad telah berlalu, Bryeun Ayu Sumringan anak dari tukang kebun teh. Ku hanya bisa berharap penderitaan ini bisa berhenti, ku ingin melihat matahari terbit dari timur dan tenggelam di barat lagi, ku ingin awan gelap berubah jadi cahaya terang bagi kami, penduduk Arawa.

"Bersembunyi, menghindar, dan ketakutan." Hari demi hari, bulan demi bulan, dan bahkan tahun demi tahun telah kulewati semua ini. "Apa salah dan dosa kami penduduk Arawa, kenapa kami disiksa terus menerus?" Teriak Bryeun, ke arah awan gelap di kebun teh sambil membantu ibunya memetik teh satu persatu daun.

Dalam hatiku berkata bahwa aku akan membantu ibu memasak dan memetik daun teh lebih giat lagi untuk menyiapkan ayah dan teman-temanya yang akan berperang melawan "Bapak jahat "yang menyiksa kami.

"Nanti ku akan menyentuh langit dan membantu satu pulau Arawa!" teriak Bryeun dalam hatinya, sebagai motivasinya membawakan bekal untuk pejuang yang kelaparan dan para pekerja keras yang lainnya di program Kerja Rodi dari " bapak jahat " yang kejam itu. Setiap pagi hari ku selalu mengatakan hal tersebut dengan senyuman, walau banyak rintangan yang harus ku hadapi tiap harinya.

Hari demi hari yang melelahkan yang sama setiap harinya, akhirnya di juni 2326, hari ini berasa berbeda "bapak jahat" itu satu per satu mulai pergi meninggalkan kami. Aku mulai membayangkan berbagai macam jenis ilmu yang bisa ku pelajari nantinya, namun ternyata kenyataanya tidak begitu indah, bukannya kebebasan yang datang namun paman dari bangsa lain yang ku tidak kenal, yang lebih kejam memperbudak kami. Walauopun demikian tekad ku takkan padam semudah itu, untuk mencapai keejahteraan yang nyata.

"Sekarang aku bertugas memasak dan mengantarkan makanannya kepada pahlawan, namun aku berhati-hati karena banyak petugas kejam yang berpatroli." Pekerjaan ku tetap memetik daun teh dan mengangkutnya, namun setiap makanan yang untuk pahlawanku si pejuang bangsa. Rintangan yang kualami untuk memberikan bekal makanan itu adalah menaruh makanan didalam karung teh untuk menutupinya agar tidak terlihat oleh para petugas bangsa luar itu namun yang berbeda dengan sebelumnya.

"Demi untuk Pulau Arawa aku kan melewati ini semuanya dengan segala keringat yang kucurahkan untukmu wahai para pahlawan bangsa!"Teriak Bryeun dengan penuh tekat membaranya, walaupun ancaman hukuman berat dari petugas jika membantu para pejuang bangsa, tekadnya sudah bulat tuk berusaha sekuatnya bahkan melewati batasnya.

Sampai akhirnya para pejuang berhasil mengusir para penjahat yang datang kenegri ini. Bryeun berkata bahwa kita harus kerahkan semua apa yang kita punya, sekecil apapun tugas kita, selemah apapun kita, kita bisa menaklukan semua yang ada jika kita saling membantu.

Sumber latar belakang cerpen :

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun