Mohon tunggu...
Inovasi

Mengenal Propaganda dan Berita Bohong

8 Juni 2018   06:48 Diperbarui: 11 Juni 2018   00:21 893
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di jaman digital ini berkembang suatu fenomena yang dinamakan news bubbles, yang berarti kecenderungan seseorang untuk mencari berita atau tulisan yang sesuai dengan apa yang sudah mereka percayai. Leon Festinger (1957) menyebutnya sebagai teori cognitive dissonance; McLuhan (1964) menyebutnya sebagai narcissus narcosis yang di abad ke-21 lebih dikenal dengan nama confirmation bias atau congeniality bias.

Cara satu-satunya untuk melepaskan diri dari potensi bias adalah berani untuk melepaskan diri atau setidaknya berpikir diluar dari "kelompok".

Membaca banyak buku adalah pilihan terbaik untuk mendapatkan referensi yang valid karena sebuah buku sudah pasti telah melalui proses editorial yang panjang sebelum diterbitkan. Walaupun hal ini juga bisa menyerang balik diri kita bila kita tidak berusaha "menyeimbangkan" bacaan. 

Seseorang yang hanya membaca buku-buku pro-barat mungkin akan mengambil kesimpulan bahwa US memang layak disebut sebagai "polisi dunia" (propaganda yang berusaha ditanamkan ke saya sejak masih di sekolah dasar); ataupun juga sebaliknya, bila hanya membaca buku-buku yang anti-barat maka kita akan terjebak untuk menyebut US sebagai "iblis" dengan melupakan berbagai penemuan-penemuan yang bermanfaat bagi orang banyak yang asalnya dari US, seperti bola lampu, GPS atau internet.

Edukasi berbanding terbalik dengan propaganda negatif, dimana yang pertama ingin memperluas perspektif sementara yang kedua berusaha keras ingin mempersempitnya; yang pertama ingin agar kita menentukan pikiran kita sendiri sementara yang kedua ingin mendikte apa yang kita pikirkan.

Goebbels pernah mengatakan bahwa "propaganda (negatif) menjadi tidak efektif disaat kita telah menjadi sadar mengenainya". Teruslah membaca dan bersikap kritis. Mohon maaf bila ada salah kata.

Referensi : Fake News in Real Context (Levinson P, 2017); Propaganda and Mass Persuasion : A Historical Encyclopedia 1500 to the Present (Cull NJ, et al, 2003).

Sumber gambar : https://www.canva.com/learn/examples-of-propaganda/

james-montgomery-flagg-artist-i-want-you-for-u-s-army-c-1917-loan-courtesy-of-anthony-d-e2-80-99offay-londonr-5b1d4fe05e137334e33b5482.jpg
james-montgomery-flagg-artist-i-want-you-for-u-s-army-c-1917-loan-courtesy-of-anthony-d-e2-80-99offay-londonr-5b1d4fe05e137334e33b5482.jpg

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun