Mohon tunggu...
Calon Pujangga
Calon Pujangga Mohon Tunggu... Lainnya - Masih amatiran. Terima kasih sudah membaca dan berkunjung. :)

Calon Pujangga hobi menulis, membaca karya sastra dan berteater. Suka sama seni dan berwisata. Isinya kisah-kisah dan ragam konten lainnya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sesuatu di Kota Istimewa

17 Desember 2020   10:30 Diperbarui: 17 Desember 2020   11:25 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhir tahun 2018, entah apa yang mencengkram benaknya, secara tiba-tiba ia mengajakku pergi bersama. Hari itu, ia mengajakku pergi ke perpustakaan. Untuk pertama kalinya, aku pergi ke perpustakaan bersamanya. Akhirnya, anganku sejak setahun yang lalu terpenuhi. Setahun yang lalu, aku memang memiliki angan untuk pergi ke perpustakaan  bersamanya. Jika itu hanya satu kalipun, bagiku itu tidak masalah. Aku mengerjakan tugasku, ia mencari beberapa buku bacaan. Ia kembali duduk di sebelahku, menggenggam satu buku. Disini, memang rasanya kurang begitu pas untuk mengerjakan tugas kuliah. Akupun mengerjakannya setengah jadi. Aku memutuskan untuk mematikan Laptopku, menutupnya, lalu mengembalikannya ke loker. Aku kembali ke tempat ia duduk sebelumnya. Ternyata, ia telah beranjak untuk mencari buku bacaan yang lain. Aku mencarinya di segala sisi kategori rak buku ruangan. Akhirnya, aku mendapatinya di rak buku sub-bagian psikologi.
 

“Kamu mau cari buku apa?"
“Aku cari buku (novel) motivasi, pengembangan diri gitu.”
“Oh… Itu ada di rak bagian sini.”

Aku menunjukkannya rak yang menyediakan banyak buku bacaan semacam itu. Aku bergerak kesana kemari mencari beberapa buku. Beberapa buku motivasi yang sudah pernah aku baca. Ia mengikutiku.
     

“Mana ya? Bukunya?”
“Kamu nyariin buku buat aku?”
     

Aku terdiam sejenak. Aku baru sadar jika sedari tadi, aku mencarikan buku bacaan untuknya. Yang kulakukan saat itu, hanya terdiam pura-pura tak mendengarnya, lalu lanjut mencari. Aku merasa malu saat itu. Aku hanya ingin kau membaca buku-buku tersebut. Buku-buku itu sangat bagus untuk memotivasi, bangkit ketika kau sedang dititik terendah dalam hidupmu. Bangkit ketika kau sedang diterjang badai kegagalan. Aku menyerahkannya tiga judul buku. Aku membiarkannya memilih satu yang menurutnya menarik. Lalu, selepas itu, kami mencari sofa empuk kotak, ada dua petak yang masih kosong. Ternyata, ada dibagian belakang. Kami duduk bersebelahan. Kami membaca buku, sesekali saling bertukar pikiran mengenai buku bacaan masing-masing. Aku meminjam buku antologi puisi. Tidak lain untuk menggapai inspirasi menulis puisi untuk nanti malam. Buku antologi puisi yang aku baca kali ini, tidak menggunakan bahasa kiasa nan abstrak, jadi begitu mudah untuk memahaminya. Ia yang biasanya tak memahami bahasa dalam puisiku, ia memahaminya dalam buku ini. Beberapa lembar telah dibacanya, kemudian ia merasakan kantuk. Ia pun tidur sembari mendengarkan musik dengan earphone, menutupi wajahnya dengan buku bacaan yang digenggamnya tadi. Aku yang masih bertahan membaca buku, hingga habis kubaca. Aku sampai berkali-kali, bolak balik menghampiri rak buku, meminjam, dan mengembalikan buku. Menunggunya yang tengah terlelap. Jam menunjukkan pukul lima sore, aku mengambil buku yang menutupi wajahnya itu. Ia terbangun.
    

“Mau pulang sekarang?"
 

Aku melihat wajahnya yang kuyu, masih terlihat mengantuk.
 

“Nanti aja deh. Kamu lanjut tidur aja.”

Ia pun melanjutkan tidurnya. Sejujurnya, aku juga sudah mulai mengantuk. Suasana perpustakaan yang begitu tenang, membuatku semakin hanyut. Mataku serasa ingin berlayar menuju lautan alam pikir bawah sadar. Aku menampik kapal rasa jenuh yang akan membawaku ke sana. Tenang saja, aku masih bisa menahannya. Setengah jam berlalu, ia pun terbangun. Kami keluar dari ruangan.
   

“Bagaimana cara membuat kartu anggota perpustakaan disini?”
“Kamu hanya tinggal ke sub-bagian pusat layanan, lalu berkata kepada mereka jika kamu ingin membuat kartu anggota perpustakaan.”
     

Namun, ia nampak masih ragu. Seolah ia baru pertama kali ke sini. Padahal, ia bercerita padaku, bahwa ia sudah beberapa kali ke sini. Baiklah, aku mendampinginya lagi. Aku menunggunya membuat kartu anggota perpustakaan. Ketika ada sesi foto kartu anggota, aku berada jauh darinya. Sekitar dua meter aku menunggunya. Aku memandangi wajahnya dari samping. Entahlah, aku malah senyum-senyum sendiri. Sepertinya, ia tak mengetahui itu, karena ia fokus dengan kamera yang memotretnya. Tahap selanjutnya, tinggal menunggu percetakan kartu anggota. Ia bercerita mengobrol tentang kartunya sembari berjalan menuju parkiran. Setelah itu, seperti biasa. Kami makan bersama di satu warung mie ayam. Kami saling mengobrol, berselingan dengan bertukar cerita. Penutup, ia mengantarkanku kembali ke asramaku dan berlanjut ia pulang ke asramanya. Kami sudah menghabiskan waktu selama empat jam di perpustakaan pusat kota.

  -TAMAT-

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun