Mohon tunggu...
Callista Shafa Ambarwati
Callista Shafa Ambarwati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Sriwijaya

Don't dream it, be it.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Konsep 'The Prince' Milik Machiavelli: Relevankah di Abad Ke-21?

2 Desember 2021   20:17 Diperbarui: 2 Desember 2021   21:19 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Ilmu hubungan internasional sebagai bidang studi akademis tidak hanya menjelaskan bagaimana hubungan antar negara yang melewati lintas batas negara. Namun, ilmu hubungan internasional juga berusaha untuk memahami dinamika permasalahan yang terjadi diberbagai bidang, baik di bidang sosial, politik, ekonomi, keamanan, militer, budaya, dan lain sebagainya, yang dilakukan oleh aktor-aktor internasional.

Pada bidang politik, banyak sekali penstudi ilmu hubungan internasional berusaha untuk memahami perilaku negara dan urusan dalam negeri mereka, di samping bagaimana hubungan yang terjadi diantaranya dengan kekuatan asing lainnya. Ada banyak sekali ilmuwan yang sejak dulu dan sekarang telah banyak memberikan kontribusi besar bagi perkembangan dalam bidang studi hubungan internasional. Salah satu yang banyak menyumbangkan pemikirannya dalam perekambangan studi hubungan internasonal adalah Niccolo Machiavelli.

Niccolo Machiavelli adalah seorang filsuf dan negarawan politik pada masa Renaisans Italia. Ia juga merupakan seorang sekretaris republik Florentine, yang lahir pada 3 Mei 1469 di Florence, dan meninggal pada 21 Juni 1527, Florence. Machiavelli menjadi salah satu bapak teori politik, yang memiliki banyak sekalli karya yang ia tulis. Salah satu karya nya yang paling terkenal adalah yang berjudul "The Prince". Hal tersebut karena "The Prince" banyak memberikan impact dalam studi hubungan internasional.

Buku "The Prince" pada dasarnya memberikan penekanan terhadap pembahasan mengenai bagaimana cara untuk memenangkan sebuah wilayah sebagai daerah kekusaan dan mempertahankannya selama mungkin.

Dalam buku "The Prince" tersebut Machiavelli menuangkan teori-teorinya untuk merebut kekuasaan dan mempertahankannya dengan mengambil contoh dari fakta-fakta intrik politik yang berkembang di masa hidup Machiavelli. Kasus jatuhnya Savanarola sebagai contoh, mengajarkan pada Machiavelli bahwa Rasul sekalipun jika tanpa dilengkapi pasukan militer yang kuat juga akan gagal, karena Savaranola yang sangat moralis dan spiritualis, memperjuangkan “jalan Tuhan” tetap harus bertekuk lutut terhadap lawan yang lebih terorganisir meskipun tanpa embel-embel suci atau religius.

Meskipun dirilis dalam bentuk buku secara anumerta pada tahun 1532, "The Prince" pertama kali diterbitkan sebagai pamflet pada tahun 1513. Dalam karya Niccolo Machiavelli yang berjdul "The Prince" tersebut, Ia berhasil menguraikan visinya tentang seorang pemimpin yang ideal, seorang tiran yang amoral dan penuh perhitungan, dan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan dan kepentingannya

Konsep 'The Prince' Milik Machiavelli:

Dalam bukunya “The Prince” Machiavelli memiliki pendapat bahwa, "tiap politikus tidak wajib untuk selamanya baik dan jujur, terkadang harus ada waktu di mana mereka harus pandai dalam mengelabui dan memanipulasi keadaan yang sedang terjadi". Bagi Machiavelli, seorang politikus lebih baik terlihat kejam daripada baik, terlebih lagi apabila kita memasukkan ini ke dalam konteks dalam peruntungan negaranya sendiri. Mengingat insight yang dimiliki Machiavelli sangatlah realis, terlebih lagi yang menyangkut tentang pertahanan negaranya dari serangan luar dan dalam dalam menciptakan stabilitas yang ada.

Adapun menurut Machiavelli, sebuah kualitas yang wajib dipenuhi bagi tiap pemimpin atau pangeran di bukunya, yaitu mengenai konsep yang dinamakan "Virtu" yang berisikan kebijakan, strategi, kekuatan, keberanian, dan kekejaman (bila diperlukan) dalam mencapai dan menjaga stabilitas sebuah wilayah kepemimpinan di dalamnya.

Dalam "The Prince" Machiavelli mengungkapkan bahwa negara bangsa dapat berbentuk republik atau kerajaan, lama atau baru. Menurutnya, sebuah negara yang telah diturunkan dari generasi ke generasi akan lebih mudah untuk diperintah, akan  tetapi dalam mengambil sebuah kendali dan kemudian mempertahankan sebuah negara, itu barulah hal yang sulit dipertahankan bagi seorang pangeran atau pemimpin.

Untuk mempertahankan sebuah negara baru dengan aman, segala bentuk perlawanan harus dihancurkan dengan menggunakan metode cepat dan tegas yang kejam, akan tetapi manfaat bagi rakyat harus tetap diberikan secara bertahap. Machiavelli berpendapat bahwa seorang pangeran atau pemimpin harus memenangkan hati rakyat dan menghilangkan permusuhan apa pun. Seorang pemimpin atau pangeran hanya akan benar-benar aman ketika dia bisa meningkatkan pasukannya sendiri untuk bertahan melawan semua pendatang karena tentara bayaran tidak akan bisa diandalkan, begitu juga dengan tentara milik orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun