Mohon tunggu...
Renee Yasmin Ramadini
Renee Yasmin Ramadini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Program Studi Arkeologi Universitas Indonesia

Saya adalah mahasiswa semester 5 Program Studi Arkeologi Universitas Indonesia yang memiliki minat pada arkeologi, sejarah dan sosial media.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perkembangan Kemaritiman Kota Makassar di Masa Kerajaan Islam

22 Januari 2023   22:00 Diperbarui: 22 Januari 2023   22:02 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sejak dahulu kala, rempah Nusantara menjadi komoditi yang diminati secara global hingga menumbuhkan pelabuhan-pelabuhan yang berada di jalur rempah. Aktivitas yang melibatkan pelabuhan tersebut sangat erat dengan pembahasan kemaritiman. Aktivitas kemaritiman diketahui telah berlangsung sejak zaman prasejarah yang bukti konkritnya terekam pada dinding gua-gua di wilayah Kalimantan, Sulawesi dan lainnya. Pada pembahasan ini akan dikaji terkait sejarah kemaritiman. Bagaimanakah pembahasan terkait sejarah maritim? Sejarah maritim adalah studi terkait aktivitas manusia di masa lampau yang berkaitan dengan aspek-aspek kemaritiman, khususnya pada bidang pelayaran dan perdagangan (Poelinggomang, 2001). 

Jika mengacu pada pemaparan diatas, maka studi tentang maritim sangat erat dengan aktivitas berupa pelayaran dan perdagangan, sedangkan istilah lainnya yang berkaitan dengan kelautan yaitu bahari yang lebih erat dengan aspek kebudayaan masyarakat karena berkaitan dengan aktivitas sehari-hari yang dilakukan oleh masyarakat. Namun kemaritiman juga dinilai  sebagai salah satu aktivitas budaya yang lebih luas dapat dimaknai sebagai perwujudan dari wujud dari interaksi manusia dengan perairan dalam beragam bentuk mulai dari kaitannya dengan memenuhi kebutuhan hidup, misalnya mencari ikan, sampai kaitannya dengan mata pencaharian seperti pelayaran dan perdagangan. Aktivitas kemaritiman tidak dilihat dari suatu komoditi tertentu melainkan wujud yang berkaitan dengan aktivitas tersebut, tidak hanya terkait dengan komoditi saja namun lebih daripada itu terdapat warisan budaya berupa kemahiran teknologi tradisional pembuatan perahu, adat istiadat dan ritus ritual dalam prosesi pembuatan sampai peluncuran perahu ke lautan, dan pengetahuan navigasi pelayaran. 

Proses kejayaan kemaritiman Nusantara mulai hadir dan intensif dilakukan sejak abad ke-2 Masehi, hingga kemudian pada abad ke-5 kemaritiman memasuki segmen-segmen penyebaran yang berkaitan dengan aliran keagamaan dan kebudayaan yang tercermin pada tumbuhnya kerajaan-kerajaan bernafaskan  Hindu-Buddha (Sulistyono, 2004). Antusiasme dari penduduk Nusantara di bidang kemaritiman menyebabkan negara-negara di wilayah lainnya seperti Cina dan India mulai menyebut wilayah yang terdapat di Nusantara kedalam berita-berita mereka. Adapun pada kala itu sistem angin di Indonesia cukup stabil memberikan pengembangan jalur pelayaran barat dan timur pergi-pulang secara teratur. Adapun komoditi yang populer diperdagangkan oleh kota-kota di wilayah Nusantara cengkeh, pala, cendana, lada, kapur barus, beras, sutra dan lainnya. 

Hal-hal yang telah disampaikan diatas membuktikan bahwa kebenaran dari sejarah kemaritiman di Indonesia masa lampau yang membawa pada pasang surutnya aktivitas kemaritiman yang menyebabkan pasang surutnya aktivitas kemaritiman. Di era pasca kemerdekaan, kejayaan maritim Nusantara selalu menjadi romantisme sejarah yang senantiasa dihidupkan kembali contohnya pada masa kini ialah pencanangan jalur rempah. Semua itu tidak terlepas dari perkembangan kota-kota pelabuhan yang telah eksis di masa lampau yaitu  Palembang, Surabaya, Serang, Makassar, Buton, dan Ternate. 

 Salah satu wujud perkembangan aktivitas kemaritiman di Indonesia yang akan dibahas dalam artikel ini adalah Kota Makassar. Kota Makassar dahulu  kerap kali disapa dengan sebutan Ujung Pandang, yang kini terletak di pesisir Barat Daya Pulau Sulawesi antara 119º24’17’38” Bujur Timur dan 5º8’6’19” Lintang Selatan yang berbatasan sebelah Utara dengan Kabupaten Maros, sebelah Timur Kabupaten Maros, sebelah selatan Kabupaten Gowa dan sebelah Barat adalah Selat Makassar. Makassar kini juga kerap disebut dengan “Waterfront City” karena secara geografis wilayahnya dikelilingi oleh air seperti Sungai Tallo, Sungai Jeneberang, dan Sungai Pampang selain itu di wilayah Barat sampai Utara Kota Makassar berada di pesisir laut menjadikan penyebutan tersebut pantas disematkan sebagai julukan dari Kota Makassar. 

Jejak kemaritiman Makassar kini dapat dilihat dari berdirinya institusi pendidikan yang memiliki latar belakang kemaritiman, aktivitas di pelabuhan dan eksistensi dari budaya maritim masyarakat sekitar. Dengan keberadaan potensi kemaritiman yang besar kemudian menjadikan aktivitas maritim di Makassar sebagai potensi pertumbuhan ekonomi atau lahan untuk menggantungkan pekerjaan bagi penduduk Makassar dan sekitarnya. Adapun menurut J. Thomas Lindblad ada beberapa faktor yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi Makassar di abad ke-20 tepatnya saat berakhirnya masa kolonial di Indonesia yaitu pesatnya pertumbuhan penduduk pribumi di Indonesia, pesatnya kenaikan ekspor per kapita, dan kekuatan hubungan luar negeri Indonesia dengan pihak internasional yang berkaitan dengan kegiatan ekspor dan impor. Adapun pertumbuhan aktivitas maritim Makassar sebagai jalur rempah dapat ditinjau dari studi H.W Dick terkait dengan kompetisi dan regulasi aktivitas industri dan pelayaran di Indonesia. Kajian tersebut menganalisis terkait ekonomi mikro dari aktivitas pelayaran Indonesia khususnya kota Makassar, menguraikan terkait pentingnya aktivitas kemaritiman sebagai sesuatu yang tidak boleh diabaikan dalam pertumbuhan ekonomi dan pembentukan ekonomi regional. 

Secara geografis. istilah “Makassar” juga digunakan sebagai nama selat yang terletak antara Sulawesi Selatan dan Pulau Kalimantan. Adapun selat ini sejak dahulu ramai disambangi kapal-kapal, baik yang ingin memasuki kawasan atau ke luar dari kawasan Makassar, maupun yang melewati utara ke selatan dan sebaliknya. Nama Makassar sendiri pun sudah dikenal sejak abad ke-14. Bukti hadirnya nama Makassar pada abad ke-14 tertuang dalam Kitab Negarakertagama, tetapi tidak ada keterangan yang absolut terkait penamaan tersebut apakah mengacu pada suatu wilayah atau kerajaan. Eksistensi Makassar diketahui telah tersohor sebagai suatu kerajaan yang seringkali diselaraskan dengan Kerajaan Gowa. Adapun wilayah geografis yang termasuk kekuasaan dari Kerajaan Makassar adalah negeri-negeri yang terletak di sepanjang pesisir pantai muara Sungai Jeneberang dan Tallo. Dalam naskah Lontarak Bugis yang memuat aspek kebudayaan dari masa lampau, disebutkan bahwa wilayah kerajaan ini meliputi Tombolo, Lakiang, Saumata, Parang-Parang, Data, Agang J e'ne, Bisei, dan Kelling. Pada abad ke-17 Makassar merupakan area penting dan ramai sebagai wilayah pelayaran. Potensi ramainya lingkungan Makassar pada abad ke-17 itu didukung pula oleh sumber yang mengatakan bahwa Makassar memiliki penduduk yang berjumlah 160.000 jiwa, suatu jumlah yang besar bila dibanding dengan kota pelabuhan lain, seperti Surabaya yang baru 50.000 jiwa dan Gresik 30.000 jiwa. (G.J. Wolhoff, 55). 

Pada masa kerajaan islam, potensi letak geografis Makassar yang strategis menjadikan Makassar sebagai tempat berlabuh dari banyaknya pedagang asing, seperti pedagang Melayu. Motivasi pedagang Melayu yang hadir di tanah Makassar tidak hanya untuk melakukan perdagangan tetapi turut andil dalam ranah birokrasi Makassar. Dalam struktur birokrasi Kerajaan Gowa (Makassar) banyak orang-orang Melayu memegang peranan penting di istana Kerajaan Gowa. Salah satu jabatan tersebut sangat penting dalam aktivitas yang berkaitan dengan aktivitas kemaritiman di Kerajaan Gowa kala itu, yaitu Syahbandar atau pejabat yang memiliki andil besar dalam kemaritiman seperti kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan aktivitas pelayaran dan di pelabuhan. Selain memiliki andil dalam bidang birokrasi sebagai Syahbandar (penguasa bandar) kehadiran orang-orang Melayu di Indonesia Timur juga menjadi agen penyebaran kepercayaan Islam dan kebudayaan Melayu di Sulawesi. Dengan ini kita dapat menyimpulkan bahwa sejak dahulu Makassar memiliki peranan yang besar di dalam kebudayaan yang mengakar pada aktivitas kemaritiman. 

Aktivitas kemaritiman dari Makassar yang tak kalah pentingnya adalah pertumbuhan Kota Makassar sebagai kota niaga. Faktor internal yang menyebabkan pertumbuhan dari Kota Makassar adalah persaingan yang terjadi pada masa kejayaan islam Kerajaan Gowa - Tallo yang bertekad untuk mengembangkan aktivitas kemaritiman demi untuk menjaga kedaulatan dari negeri rakyat Makassar kala itu. Adapun perkembangan yang saat itu terjadi adalah, membangun benteng-benteng pertahanan dan pangkalan-pangkalan militer. Akibat dari pembangunan tersebut, menyebabkan aktivitas pelayaran di wilayah tersebut semakin ramai dan terjadinya hubungan antara negeri-negeri lainnya di sekitar wilayah geografis Makassar. Adapun faktor eksternal adalah kedatangan bangsa Eropa ke Nusantara untuk melakukan perdagangan rempah-rempah sehingga terciptanya jalur menuju pulau rempah-rempah dan terjadinya persaingan antara bangsa-bangsa yang melakukan kegiatan perdagangan.

Bangsa Eropa kala itu memiliki tekad yang besar dalam melaksanakan persaingan perdagangan dalam memperebutkan rempah-rempah, sehingga banyak terjadi pembangunan-pembangunan benteng dan pangkalan niaga. Setelah tekad yang mereka lakukan membuahkan kepercayaan kepada rakyat negeri Makassar, kemudian terjadi penaklukan-penaklukan oleh orang-orang bangsa Barat,  mulai dari wilayah  pantai India, Malaka, Jawa, Maluku, Ternate-Tidore dan wilayah-wilayah lainnya. Dengan berhasil ditaklukkannya Malaka oleh Portugis, maka jalur Bangsa Portugis lebih terbuka lebar untuk menguasai rempah-rempah kerajaan-kerajaan Nusantara, seperti Aceh di bagian barat. Selain Portugis, perusahaan niaga lainnya seperti Denmark dan VOC milik Belanda sempat menguasai wilayah Makassar dan memberikan kesempatan kepada Makassar untuk menjalin hubungan dagang dengan pihak internasional. Namun, kemakmuran Makassar kala kejayaan Kerajaan Islam sangat bergantung pada pelabuhan rempah-rempah yang terbuka untuk semua pendatang pada saat kepemimpinan VOC berlangsung. Adapun keterbukaan tersebut diterapkan dengan menggunakan segala cara untuk menegakkan monopoli atas cengkih dan pala. 

Adapun komoditas utama yang menjadi primadona milik Makassar kala itu adalah beras yang dapat ditukar dengan rempah-rempah milik Maluku dan produk barang kebutuhan sehari-hari yang berasal dari negeri yang terletak di wilayaj Timur Tengah, India, dan Cina di Kepulauan Barat. Cara Makassar mempertahankan komoditi perdagangan primadonanya ialah dengan menaklukan kerajaan-kerajaan kecil di sekitarnya yang memiliki mata pencaharian agraris dengan komoditi utama beras, dengan ini Makassar dapat meningkatkan produksi beras yang menjadi komoditi andalannya. Selain menggantungkan hidup pada hasil bumi seperti beras, banyak rakyat Makassar yang bermata pencaharian sebagai nelayan sehingga menciptakan komoditi utama lainnya dibidang perikanan yang kemudian melahirkan pasar-pasar yang menjadi tonggak perdagangan. Lalu sekitar wilayah berdirinya pasar tersebut berdiri bangunan yang dibangun oleh para pedagang yang tinggal di Makassar sebelum kota ini dikuasai sepenuhnya oleh Belanda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun