Mohon tunggu...
Ahmad Mukhlason
Ahmad Mukhlason Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Seorang Santri ndeso, sedang ngaji di Sekolah Ilmu Komputer Universitas Nottingham, Inggris, Britania Raya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Warisan Budaya Leluhur, Jati Diri, dan Masa Depan Bangsa Kita

8 April 2013   10:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:32 526
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

… Bangsa yang akan menjadi bangsa besar adalah bangsa yang mampu berdiri tegak di atas punggung warisan budaya leluhurnya.


Alkisah ada seorang pakar pendidikan di Indonesia diundang sebagai pembicara tamu dalam sebuah Seminar Kependidikan Internasional di Universitas Manchester Inggris. Dalam presentasinya beliau memaparkan tentang spiritualisasi dalam Pendidikan. Dengan bangganya beliau memaparkan paradigma-paradigma paling mutakhir  dalam dunia pendidikan dari berbagai profesor dan  pakar pendidikan di Dunia. Di antaranya beliau  memaparkan tentang paradigma Active Learning dan Mastery Learning.

Setelah memberikan presentasinya,  ada seorang Profesor dari Universitas Leed Inggris menyamperin beliau, dan terjadi perbincangan sebagai berikut:

Prof Leed : Pak, bapak tau mengenai Active Learning?

Pakar Indonesia : Iya saya tahu, emangnya kenapa Prof?

Prof Leed : Taukah anda, Bapak Ki Hajar Dewantoro sudah membicarakan tentang Active Learning sejak tahun 1941. Ki Hajar sudah memperkenalkan paradigma itu sejak 70 tahun lalu dengan Tut Wuri Handayani nya. Mengenai Mastery Learning, ki Hajar  juga sudah memperkenalkan dengan konsep Ing Ngarso Sung Tulodo nya.

Pakar Indonesia : Ohya *Malu setengah mati*.
**

Di atas adalah salah satu potret kecil bagaimana kita, orang Indonesia sudah lupa siapa diri kita sebenarnya sebagai sebuah bangsa. Bagaimana bangsa lain justru lebih tahu tentang bangsa kita dari pada kita sendiri.  Dan kita baru sadar setelah diingatkan oleh bangsa lain yang mempelajari budaya bangsa kita, atau ketika kearifan bangsa kita dipakai atau di klaim orang bangsa lain.

Dalam hal pendidikan misalnya, bagaimana kita sudah lupa siapa kita di pendidikan kita. Kita sudah kadung terkena virus rendah diri komplikasi akut, sehingga mentah-mentah mengadopsi sistem pendidikan dari luar untuk gagah-gagahan dengan cap standar internasionalnya, yang justru bisa jadi tidak sesuai dengan akar budaya bangsa kita. Kenapa tidak belajar dan mengembangkan dari warisan budaya leluhur kita sendiri. Kenapa dalam pendidikan kita tidak mewarisi dan mengembangkan konsep pendidikan yang diajarkan oleh Ki Hajar Dewantoro, Bapak pendidikan kita sendiri? Saya sangat yakin hal-hal yang telah dikembangkan oleh leluhur kita itu tidak dibuat dengan cara ngawur, tetapi dibuat dengan kajian filosofis yang sangat dalam.

Konon, justru konsep pendidikan yang diperkenalkan oleh Ki Hajar Dewantoro itu saat ini malah dikembangkan dan diterapkan di negara Jepang dan Singapura. Di Jepang, Filosofi tiga dinding yang diperkenalkan oleh Ki Hajar Dewantoro saat ini telah dijadikan standard kelas sekolah-sekolah di Jepang. Begitu juga dengan sistem pendidikan di Singapore yang membagi sekolah menjadi sekolah negeri, sekolah swasta, dan sekolah swasta yang disubsidi pemerintah diakui diadopsi dari sistem pendidikan yang diperkenalkan ala Ki Hajar. Bahkan salah seorang pakar pendidikan di Singapore pun pernah mengatakan Jika saja Indonesia memakai dan ingat filosopi pendidikanya Ki Hajar Dewantoro, Indonesia akan menjadi salah satu negara yang paling maju ke depan.

Ini baru satu contoh potret kecil dalam bidang pendidikan dari banyak aspek kehidupan yang dapat dipelajari dari warisan budaya leluhur bangsa Indonesia yang ternyata sangat luar biasa. Sebagai sebuah bangsa besar, yang terkenal kejayaanya sejak jaman Sriwijaya kemudian jaman Majapahit, Kerajaan Mataram, tentunya banyak sekali capaian-capaian mengagumkan dalam berbagai aspek kebudayaan manusia. Saya sangat yakin, leluhur kita memiliki capaian yang tinggi dalam Teknologi bangunan, teknologi maritim, teknologi pertanian, teknologi pertahanan, industri, bidang hukum dan kemasyarakatan dan sebagainya tentunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun