Mohon tunggu...
ruslan effendi
ruslan effendi Mohon Tunggu... Pengamat APBN dan Korporasi.

Lulusan S3 Akuntansi. Penulis pada International Journal of Public Administration, Frontiers in Built Environment, IntechOpen, Cogent Social Sciences, dan Penulis Buku Pandangan Seorang Akuntan: Penganganggaran Pendidikan Publik Untuk Kualitas Dan Keadilan (Pengantar Prof. Indra Bastian, MBA., Ph.D.)

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Sekali BerQurban Tetap BerQurban

7 Juni 2025   12:34 Diperbarui: 7 Juni 2025   12:34 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Qurban di Masjid, Foto: Dokpri

Ada semacam kebiasaan spiritual yang unik dalam diri seorang Muslim yang pernah menunaikan ibadah qurban: keinginan untuk mengulanginya lagi dan lagi. Mereka yang pernah menyaksikan langsung hewan qurban disembelih atas nama Allah, dengan niat tulus untuk mendekatkan diri kepada-Nya, jarang sekali absen pada tahun-tahun berikutnya. Kecuali jika ada halangan luar biasa---seperti musibah ekonomi atau kondisi darurat---kebanyakan akan tetap mencari jalan agar dapat terus berqurban.

Mengapa demikian? Karena qurban bukan sekadar kewajiban yang datang sekali dalam setahun. Ia adalah panggilan jiwa. Sebuah ekspresi cinta dan ketaatan. Bahkan bagi banyak orang, qurban menjadi agenda prioritas, sejajar dengan kebutuhan penting lainnya. Ada yang menabung sejak awal tahun, ada pula yang menyisihkan sebagian dari gaji terakhir sebelum Idul Adha. Tak sedikit pula yang berkolaborasi dalam komunitas untuk berqurban bersama, dengan niat saling menguatkan.

Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an:

"Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berqurbanlah."
(QS. Al-Kautsar: 2)

Ayat ini bukan hanya perintah, tetapi juga penegasan bahwa qurban adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan spiritual seorang Muslim. Seiring waktu, qurban menjadi tradisi penuh makna---bukan hanya menyembelih hewan, tetapi menyembelih ego, menyucikan niat, dan mendistribusikan rezeki secara adil kepada yang membutuhkan.

Setiap tetes darah yang mengalir membawa harapan, bahwa kita termasuk dalam golongan yang ikhlas memberi, bukan hanya kepada sesama manusia, tapi juga kepada Tuhan semesta alam.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun