Pernahkah Anda membeli mobil bekas dan merasa ragu apakah mobil itu benar-benar "sehat"? Atau ketika melamar pekerjaan, Anda merasa perlu menyertakan ijazah atau sertifikat untuk meyakinkan perekrut?
Nah, di dunia ekonomi dan akuntansi, perilaku semacam ini dijelaskan oleh teori signalling. Ketika pola pengiriman serta penerimaan sinyal ini berlangsung secara konsisten antar pelaku pasar, muncullah apa yang disebut sebagai signalling equilibria. Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh Michael Spence dalam artikelnya yang terkenal Job Market Signaling (1973).
Ia menunjukkan bahwa individu yang berkualitas tinggi dapat mengirimkan sinyal---seperti tingkat pendidikan---untuk membedakan diri mereka dari individu berkualitas rendah di tengah ketidakpastian informasi.
Inti dari signalling equilibria adalah bahwa tindakan yang dipilih oleh pihak yang memiliki informasi lebih (seperti manajer perusahaan atau pelamar kerja) akan diinterpretasikan secara akurat oleh pihak lain (seperti investor atau perekrut), dan kedua belah pihak tidak memiliki insentif untuk menyimpang dari strategi yang disepakati secara implisit.
Sinyal hanya akan efektif jika memiliki biaya yang cukup tinggi bagi pihak dengan kualitas rendah, sehingga mereka enggan menirunya. Misalnya, di dunia kerja, hanya pelamar yang benar-benar berkualitas yang bersedia menanggung biaya pendidikan tinggi. Kalau dalam dunai akuntansi, perusahaan yang sehat mungkin dengan sengaja memilih auditor dari firma ternama atau menerapkan metode pelaporan keuangan konservatif untuk mengirim sinyal ke pasar bahwa mereka dapat dipercaya. Investor kemudian merespons sinyal ini dengan menaikkan valuasi atau mempercayakan modalnya.
Agar lebih mudah dipahami, bayangkan sebuah warung kopi kecil yang baru buka di lingkungan Anda. Untuk menarik pelanggan baru yang belum mengenalnya, sang pemilik memilih menyewa barista yang pernah bekerja di jaringan kopi terkenal dan memasang sertifikat kompetensi dari asosiasi barista nasional di depan meja kasir. Padahal, pelanggan belum tahu seperti apa rasa kopi di warung itu. Bagi pelanggan sinyal semacam itu menunjukkan bahwa kualitas kopi yang ditawarkan kemungkinan tinggi---dan mulai berdatangan. Jika nanti rasa kopinya memang enak, maka kepercayaan pelanggan terbentuk.Â
Itulah signalling equilibria!!. Tindakan si pemilik (mempekerjakan barista kredibel dan menunjukkan sertifikat) dipahami secara tepat oleh konsumen, dan kedua pihak tidak punya alasan untuk mengubah strategi mereka.
Di dunia ekonomi yang penuh ketidakpastian ini, kepercayaan tidak dibangun lewat kata-kata, tetapi lewat tindakan konkret yang berbicara banyak. Signalling equilibria membantu menjembatani jurang informasi tersebut, dan mengatur cara pasar membaca maksud tersembunyi lewat sinyal yang tampak di permukaan.
Referensi:
SPENCE, M., "Job Market Signalling," Quarterly Journal of Economics (August 1973), pp. 355 -- 374Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI