Mohon tunggu...
ruslan effendi
ruslan effendi Mohon Tunggu... Pengamat APBN dan Korporasi.

Lulusan S3 Akuntansi. Penulis pada International Journal of Public Administration, Frontiers in Built Environment, IntechOpen, Cogent Social Sciences, dan Penulis Buku Pandangan Seorang Akuntan: Penganganggaran Pendidikan Publik Untuk Kualitas Dan Keadilan (Pengantar Prof. Indra Bastian, MBA., Ph.D.)

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Ketika Konfirmasi Lembaga Resmi Tidak Berarti, Pelajaran dari The Monster of Wall Street

22 Mei 2025   11:33 Diperbarui: 22 Mei 2025   11:33 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Information-display-screen (Ilustrasi)/Image by freepik

Dalam dunia keuangan, stempel dari lembaga resmi seperti SEC (Securities and Exchange Commission) sering dianggap sebagai jaminan legalitas dan integritas. Namun skandal besar yang melibatkan Bernie Madoff, salah satu penipu terbesar dalam sejarah keuangan modern, mengguncang kepercayaan tersebut secara mendalam.

Baca juga: 

Bernie Madoff adalah mantan ketua NASDAQ yang selama bertahun-tahun mengelola dana investasi dengan janji imbal hasil stabil dan menggiurkan. Ia menyusun skema Ponzi raksasa yang menipu investor global dengan nilai kerugian mencapai sekitar 65 miliar dolar AS. Yang mengejutkan, selama bertahun-tahun aktivitas Madoff seolah "bersih" di mata publik karena dokumen keuangannya tampak sah---bahkan sempat diperiksa oleh SEC.

Pemeriksaan oleh SEC pada beberapa kesempatan tidak menemukan pelanggaran besar. Tapi yang tidak dilakukan adalah penyelidikan menyeluruh terhadap transaksi dan bukti riil dari investasi yang diklaim. Madoff cerdas memoles laporan keuangan dan menyajikan ilusi yang tampak legal. Di sinilah letak persoalannya bahwa konfirmasi administratif tidak sama dengan validasi fakta.

Kasus Madoff memperlihatkan kelemahan sistemik dalam pengawasan lembaga keuangan. Banyak pihak mengkritik SEC karena gagal bertindak, meskipun sudah ada laporan dari analis independen seperti Harry Markopolos yang mencurigai praktik Madoff sejak dini. Kelemahan dalam investigasi substantif dan kurangnya tindak lanjut terhadap laporan-laporan kritis menyebabkan kejahatan ini berlangsung selama lebih dari dua dekade.

Bagi publik, skandal ini adalah pengingat keras, jangan percaya sepenuhnya hanya karena sesuatu terlihat "resmi". Validasi sejati harus melihat substansi, bukan sekadar format. Bagi regulator, kasus ini menuntut perbaikan sistem pengawasan dan keberanian untuk bertindak tegas berdasarkan temuan investigatif, bukan hanya berdasarkan laporan yang rapi.

Skandal Bernie Madoff bukanlah fiksi. Ini adalah tragedi nyata yang memperlihatkan bahwa bahkan konfirmasi dari lembaga resmi bisa menjadi tidak berarti jika dilakukan tanpa kedalaman dan ketelitian. Di tengah kompleksitas dunia keuangan, satu hal yang pasti, kebenaran bukan hanya soal dokumen yang terlihat rapi, tetapi tentang keberanian menggali di baliknya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun