Sebuah Refleksi Epistemik dan Etika di Era Pasar yang Meluas ke Segala Ruang.
"This crisis was not an accident. It was caused by an out-of-control industry, with the complicity of the government, academia, and economists." --- Inside Job (2010)
- Trilogi Ilmu, Kekuasaan, dan Bisnis, Bag.2 Kekuasaan Merangkul Ilmuwan
- Trilogi Ilmu, Kekuasaan, dan Bisnis, Bag.3 Bisnis yang Membeli Kebenaran
- Â Makna Revolving Door Benturan Kepentingan Versi Film Inside Job (2010) (Bag.2/selesai)Â
Dalam dunia yang kian saling terhubung dan terdigitalisasi, batas antara "ilmu pengetahuan", "kekuasaan", dan "bisnis" tidak lagi kokoh, bahkan nyaris lenyap. Ilmu yang selama ini didambakan sebagai ruang objektif dan rasionalitas publik, ternyata mudah dikomodifikasi menjadi alat pembenaran kebijakan, legitimasi pasar, atau bahkan kedok kejahatan korporasi. Film Inside Job membuka tabir bagaimana profesor-profesor ekonomi ternama---dari Harvard hingga Columbia---secara aktif menyusun laporan-laporan akademik yang dibayar oleh lembaga keuangan yang kemudian terlibat langsung dalam krisis global 2008.
Fenomena ini bukan hanya terjadi di AS. Di Indonesia pun, peran universitas berpotensi makin kabur antara kampus sebagai benteng moralitas publik atau sebagai inkubator legitimasi kebijakan elitis. Kemungkinan terjadi ketika seorang guru besar lebih dikenal sebagai konsultan korporasi atau juru bicara kementerian, kita patut bertanya, masihkah ilmu berdiri sendiri, atau telah terserap dalam orbit kekuasaan?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI