Pada hari Senin lalu, Senat South Carolina, yang mayoritas dikuasai oleh Partai Republik, memutuskan untuk memakzulkan Menteri Keuangan Curtis Loftis setelah terungkapnya kesalahan akuntansi sebesar $1,8 miliar. Kejadian ini menjadi sorotan utama di dunia akuntansi, karena tidak hanya melibatkan kesalahan pengelolaan keuangan yang sangat besar, tetapi juga menimbulkan pertanyaan mendalam mengenai akuntabilitas dan transparansi dalam sektor publik.
Investigasi ini dimulai dua tahun lalu, setelah ditemukan kesalahan yang cukup signifikan dalam pengalokasian dana ke perguruan tinggi dan universitas yang terlalu dibesar-besarkan sebesar $3,5 miliar. Penyelidikan lebih lanjut mengungkap bahwa kesalahan tersebut bermula dari transisi sistem akuntansi yang dilakukan sepuluh tahun sebelumnya. Akibat kesulitan dalam menyeimbangkan entri antara dua sistem akuntansi yang berbeda, akuntan negara secara tidak sengaja terus memasukkan kesalahan tersebut ke dalam akun khusus yang akhirnya berkembang menjadi jumlah yang sangat besar --- $1,8 miliar.
Para akuntan forensik yang disewa dengan biaya jutaan dolar akhirnya menemukan bahwa sebagian besar dari uang tersebut sebenarnya tidak ada, melainkan hanya akumulasi kesalahan yang tak terdeteksi.
Senator dari Partai Republik yang memimpin sidang pemecatan Loftis menyatakan bahwa Menteri Keuangan tersebut telah gagal memenuhi tanggung jawabnya untuk melaporkan kesalahan tersebut kepada legislatif, meskipun kesalahan ini sudah berlangsung selama bertahun-tahun. Mereka menuduh Loftis tidak kompeten dan enggan mengambil tanggung jawab atas kesalahan yang terjadi. "Dia seorang pembohong yang lebih peduli dengan penampilan publiknya daripada mengakui kesalahannya," ujar Senator Stephen Goldfinch, salah satu yang mendukung pemecatan.
Loftis sendiri membantah tuduhan tersebut, menyebut investigasi ini sebagai "pemburuan penyihir" dan berpendapat bahwa tidak ada uang yang hilang. Dia juga menegaskan bahwa kesalahan tersebut bukanlah tanggung jawab kantornya, melainkan masalah yang harus diatasi oleh pejabat lain. Namun, argumentasi ini tidak cukup kuat untuk meredakan kritik.
Kasus ini menyentuh banyak aspek dari teori akuntansi, terutama dalam hal akuntabilitas dan transparansi. Teori-teori Akuntansi, misalnya konservatisme memberikan pandangan yang relevan. Konservatisme akuntansi, sebagaimana dijelaskan Scott, mengacu pada praktik di mana akuntan cenderung mengambil langkah yang lebih hati-hati dalam menyajikan laporan keuangan, terutama ketika berhadapan dengan ketidakpastian atau risiko yang tinggi .
Dalam hal ini, jika prinsip konservatisme lebih diterapkan dengan hati-hati, kesalahan seperti ini bisa jadi dapat terhindarkan, atau paling tidak, lebih cepat terdeteksi. Akuntabilitas menjadi aspek yang sangat krusial, terutama ketika melibatkan dana publik yang besar. Jika akuntan atau pejabat yang bertanggung jawab lebih transparan dan jujur dalam melaporkan kesalahan, dampak dari kesalahan tersebut bisa diminimalkan.
Kasus kesalahan akuntansi sebesar $1,8 miliar di South Carolina menggambarkan betapa pentingnya prinsip-prinsip dasar akuntansi dalam menjaga integritas dan transparansi sektor publik. Meskipun Loftis telah menyangkal keterlibatannya dalam kesalahan tersebut, fakta bahwa hampir seluruh jumlah tersebut adalah hasil dari akumulasi kesalahan menunjukkan kegagalan sistem yang lebih besar dalam pengelolaan akuntansi negara. Ini menjadi pelajaran penting bagi semua pemangku kepentingan di sektor publik mengenai pentingnya pengawasan yang ketat, transparansi dalam pelaporan, dan akuntabilitas yang tidak dapat ditawar .
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI