Di tengah gencarnya kampanye antikorupsi, kita kerap mengasosiasikan korupsi dengan amplop yang diselipkan diam-diam, kontrak fiktif, atau pungli di lorong birokrasi. Namun bentuk korupsi zaman sekarang jauh lebih canggih, licin, dan ironis: ia bukan dilakukan di lorong gelap, melainkan dalam lembar kerja Excel yang legal. Ia tidak diselipkan di bawah meja, tapi disamarkan dalam akun "komisi pemasaran" dan "jasa konsultansi". Bahkan, dalam beberapa kasus, korupsi itu dicatat, dilaporkan, dan diaudit---lalu tetap lolos. Inilah wajah baru korupsi, bersih secara administratif, tapi busuk secara etika. Dan ironisnya, dilakukan oleh perusahaan multinasional dengan label tata kelola kelas dunia. Kita sedang berhadapan dengan apa yang layak disebut sebagai korupsi berstandar internasional.
Salah satu contohnya adalah kasus Biomet, Inc., sebuah produsen alat ortopedi asal Amerika Serikat. Sepintas, perusahaan ini bergerak di sektor kesehatan, industri yang seharusnya identik dengan nilai-nilai kemanusiaan. Tapi antara tahun 2000 hingga 2008, Biomet melakukan praktik sistemik menyuap dokter rumah sakit pemerintah di Argentina, Brasil, dan Tiongkok. Tujuannya sederhana: agar produk mereka direkomendasikan kepada pasien. Yang menarik---dan mengerikan---adalah bagaimana praktik suap ini disamarkan dengan sangat rapi dalam laporan keuangan sebagai "biaya promosi" dan "komisi penjualan". Internal auditor bahkan tahu, tetapi organisasi tidak mengambil langkah korektif. Semua tercatat, dan semuanya tampak wajar di atas kertas.
Gerard Zack, dalam buku Fraud in Financial Statements, mengulas kasus ini sebagai bentuk nyata bagaimana pelaporan keuangan bisa menjadi alat penyamaran yang sangat efektif bagi kejahatan yang kompleks. Di sinilah muncul absurditas: praktik suap internasional yang biasanya diasosiasikan dengan "mafia negara berkembang" ternyata bisa dilakukan oleh perusahaan bereputasi tinggi, menggunakan mekanisme akuntansi yang sepenuhnya patuh terhadap standar pelaporan keuangan internasional. Zack menyoroti bagaimana akun-akun yang terdengar sah---seperti "konsultansi" dan "entertainment"---dapat disulap menjadi medium pencucian uang suap lintas negara. Tidak ada pelanggaran formal atas prinsip pencatatan; yang terjadi justru pelanggaran kebenaran. Maka, "standar" bukan lagi jaminan integritas, melainkan menjadi topeng yang menyamarkan penyimpangan substansial.
Kasus Biomet menjadi peringatan bahwa regulasi dan akuntansi bisa dimanipulasi oleh kekuasaan modal jika tidak dikawal secara etis dan kritis. Ini juga menjadi tamparan bagi sistem audit internal yang terlalu patuh pada struktur, tetapi lalai terhadap substansi. Dalam dunia seperti ini, keberanian untuk bersuara dan membongkar kebenaran menjadi sangat langka. Sebab, yang jujur bisa dianggap membahayakan. Dalam ekosistem seperti itu, laporan keuangan yang kelihatan bersih justru harus dicurigai: benarkah bersih karena jujur, atau karena terlalu lihai menyembunyikan?
Ketika korupsi berhasil menyeberangi batas negara, masuk ke dalam laporan keuangan, dan tetap dianggap "legal" oleh sistem, maka kita sedang berhadapan dengan korupsi generasi baru---korupsi yang tidak membutuhkan koper uang, cukup invoice dan akun biaya. Ia bukan hanya kejahatan, tapi simulasi kebaikan. Dan dalam kasus semacam ini, kejahatan justru terjadi dengan kepatuhan penuh terhadap format dan standar. Itulah sebabnya kita perlu menyebutnya dengan istilah yang agak aneh, korupsi 'berstandar' internasional.
Referensi:
Zack, G. M. (2013). Fraud in financial statements: Understanding and preventing material misstatements. John Wiley & Sons.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI