Mohon tunggu...
Cak Idur
Cak Idur Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Hobi membaca dan menulis. Tertarik dengan ICT, pertahanan, teknik, dan sosio-ekonomi.. Ngeblog juga di www.cakidur.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Pesawat TNI-AU Digencet Pesawat Radar Negara Tetangga

4 Juni 2011   19:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:52 1019
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bulutangkis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Vladislav Vasnetsov

[caption id="attachment_112321" align="aligncenter" width="300" caption="Saab 340 Erieye"][/caption] AU Malaysia (TUDM) tahun ini telah menganggarkan pembelian pesawat pendeteksi dini atau AEW& C (Airborne Early Warning, Control) sebesar RM 11 milyar untuk memperkuat operasi pesawat tempurnya. Diberitakan oleh media Malaysia, Kosmo, pilihan sistemnya sudah dipastikan dari sistem radar Erieye Swedia dengan platform antara pesawat Embraer EMB 145 buatan Brazil atau Saab 2000 dari Swedia. Rencana ini akan sangat mendongkrak kemampuan pesawat tempurnya dalam operasi dan manajemen tempur menjadikan Malaysia negara ketiga di Asia tenggara yang mampu mengoperasikan pesawat kendali dan peringatan dini. Pesawat peringatan dini sangat bermanfaat dalam menjejak target udara dan permukaan dan memberikan data ke pesawat tempur yang dituntunnya. Dalam posisi ofensif pesawat tempur bisa memperjauh penjejakan radarnya atau mengendap menghindari endusan radar lawan dengan tuntunan dari pesawat peringatan dini.

[caption id="attachment_112322" align="aligncenter" width="300" caption="Gulfstream G550 Phalcon"][/caption] Malaysia berusaha mengimbangi perkembangan kekuatan armada angkatan udara Thailand dan Singapura. AU Thailand atau RTAF (Royal Thai Air Force) sendiri sudah mendapat satu unit pesawat AEW&C Saab 340 Erieye pada Desember 2010 berbarengan dengan kedatangan batch pertama 6 unit JAS-39 Gripen. Pesawat Saab 340 Erieye berikutnya akan datang bersama pesawat Gripen batch kedua. Pesawat Saab 340 Erieye merupakan pesawat turboprop dilengkapi radar AESA memiliki kemampuan menjangkau sasaran udara dan permukaan sejauh 350 km dengan daya terbang selama 7 jam. . Integrasi sistem dengan kapal perang tengah dikerjakan pada 2 unit frigat kelas Naresuan dengan perlengkapan data link dan radar surveillance serta komunikasi taktis sehingga bisa berkoordinasi dengan pesawat Gripen dan Erieye. Sedangkan Singapura adalah negara pertama di Asia Tenggara yang mengoperasikan pesawat AEW&C bahkan memiliki armada terbesar dan terkuat dengan 4 unit E-2C Hawk Eye buatan Northrop Grumman AS serta armada terbaru 4 unit Gulfstream G550 bersistem EL/M-2075 Phalcon buatan Israel. Hawkeye sudah dioperasikan Singapura selama dua dekade, berkemampuan penjejakan sejauh 370 km, daya terbang selama 6 jam. Sistem Phalcon mulai dioperasikan Singapura 2008 berplatform bizjet dengan daya jelajah 9 jam dan kemampuan penjejakan sejauh 400 km.

[caption id="attachment_112323" align="aligncenter" width="216" caption="Cakupan Jangkauan Jindalee Operational Radar Network"][/caption]

Di sebelah selatan Indonesia, Australia tidak perlu ditanya lagi. Jaringan radar darat Jindalee di bagian utara benua memiliki daya jejak udara dan permukaan laut sejauh 3000 km hingga melingkupi separuh wilayah Indonesia dari Jawa hingga Papua. Australia mengoperasikan pesawat AEW&C mulai Mei 2010 berupa 2 unit Boeing 737 Wedgetail dengan sistem MESA Northrop Grumman AS berdaya jejak 400 km dan ketahanan terbang pesawat selama 9 jam. Masih ada 4 unit Wedgetail lagi yang akan datang. Padahal semasa Bung Karno dulu, pesawat pembom strategis Tu-16 Badger TNI-AU mampu menyusup hingga jantung Australia di Spring Valley tanpa terdeteksi, menjatuhkan ransum perbekalan guna menciptakan kesan bahwa sudah ada infiltrasi prajurit TNI ke dalam Australia dalam operasi psywar.

Negara-negara besar sekitar Indonesia telah bergerak sedemikian maju. Singapura, Thailand, Malaysia, dan Australia memiliki visi pesawat kendali dan peringatan dini, Airborne Early Warning and Control (AEW&C). Sangat sulit bagi armada kapal perang dan pesawat tempur Indonesia untuk survive jika kelak ada bentrok dengan unit-unit musuh yang didukung pesawat AEW&C. Padahal Indonesia adalah negara kepulauan yang berarti garis depannya adalah unit kapal perang dan pesawat tempur dengan piranti IRS (Intelligence, Reconnaissance, and Surveillance) sebagi bagian C2 (Command and Control). Konstelasi kekuatan angkatan regional semacam tersebut harus ditindaklanjuti dengan perencanaan yang seimbang dengan kemajuan negara-negara tetangga jika tidak ingin armda udara dan laut RI menjadi sitting ducks.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun