Mohon tunggu...
Hadi Saksono
Hadi Saksono Mohon Tunggu... Jurnalis - AADC (Apa Aja Dijadikan Coretan)

Vox Populi Vox Dangdut

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Liga 1 Harus Dilanjutkan dengan Kehadiran Penonton di Stadion

12 November 2022   17:48 Diperbarui: 12 November 2022   21:25 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pertandingan Arema FC vs Persebaya di 1 Oktober 2022 berakhir dengan tragedi memilukan (Sumber foto: Kompas.com)

Enam pekan sudah Tragedi Kanjuruhan berlalu. Tragedi paling memilukan dalam sejarah persepakbolaan Indonesia. Namun hingga saat ini, kelanjutan bergulirnya kompetisi masih belum jelas, alias masih dalam posisi bergantung pada RUPS PT Liga Indonesia Baru (LIB), yang menurut jadwal akan dihelat pada 15 November 2022.

Keputusan dari RUPS PT LIB inilah yang kelak menjadi patokan bagi bergulirnya lanjutan kompetisi sepak bola nasional. Ini sesuai yang dikatakan Mantan Presiden Persebaya Azrul Ananda, usai bertemu Presiden Persis Kaesang Pangarep pada bulan lalu. LIB saat ini menjadi pemegang kunci utama dibukanya kembali pintu bergulirnya kompetisi, ketika PSSI dan pemerintah nyatanya saling lempar tanggung jawab soal kelanjutan kompetisi musim ini.

Ketua Umum PSSI pada awal November ini menyatakan kelanjutan kompetisi bergantung pada keputusan pemerintah. Sementara Menpora Zainuddin Amali menyatakan bergulirnya kompetisi menanti izin kepolisian. Entah kata-kata siapa di antara mereka yang bisa dipegang.

Di sisi lain, Direktur Operasional LIB Sudjarno, usai owner meeting dengan perwakilan 18 klub Liga 1 pada 4 November 2022 lalu, mengatakan salah satu agenda yang dibahas dalam RUPS LIB adalah skema kompetisi jika kelak dilanjutkan kembali. Salah satu yang mengemuka yakni sistem bubble, atau yang pernah diterapkan pada kompetisi Liga 1 di tahun 2021 lalu. Namun skema home and away tetap menjadi opsi pula.

Sejumlah klub perserta Liga 1 pun menyatakan menolak kompetisi dilanjutkan dengan sistem bubble atau sentralisasi. Persis, Solo, Persebaya Surabaya, Bali United, dan Madura United serta Persib Bandung menyatakan menolak kompetisi yang bersifat sentralisasi.

Manajer Persebaya Yahya Alkatiri seperti dikutip Surya mengatakan, sistem sentralisasi kompetisi berpotensi melanggar asas keadilan. Karena itu, manajemen tim Bajul Ijo berharap kompetisi digelar seperti sebelum dihentikan saat ini yakni menggunakan sistem normal kandang tandang, dan dihadiri oleh penonton.

Soal penonton ini menjadi menarik untuk digarisbawahi. Karena penonton adalah salah satu unsur utama dalam pertandingan sepak bola. Dan penonton pulalah yang menjadi korban terbanyak dalam Tragedi Kanjuruhan pada 1 Oktober 2022 lalu.

Dan karena Tragedi Kanjuruhan itulah, Arema FC menerima sanksi bermain di luar kandang dan tanpa penonton dalam kurun waktu satu musim. Lantas bagaimana dengan klub-klub lainnya?

Klub selain Arema tentu seyogianya tetap diperbolehkan menggelar pertandingan kandang dengan dihadiri langsung oleh penonton. Karena jika semua klub disamaratakan harus menggelar pertandingan tanpa penonton, tentunya klub pun akan dirugikan terkait dengan nihilnya pemasukan dari tiket penonton reguler.

Ambil contoh Persib Bandung yang sedianya pada tanggal 2 Oktober lalu bertanding melawan salah satu seteru abadinya, Persija Jakarta. Dalam pertandingan yang kerap disebut sebagai derby d'Indonesia ini, sejumlah warta ketika itu menyebutkan, 26.000 tiket pertandingan disiapkan oleh panpel telah ludes terjual.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun