Mohon tunggu...
Hadi Saksono
Hadi Saksono Mohon Tunggu... Jurnalis - AADC (Apa Aja Dijadikan Coretan)

Vox Populi Vox Dangdut

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dangdut Koplo Diadang, Dangdut Koplo Berkembang

20 Agustus 2022   21:07 Diperbarui: 20 Agustus 2022   21:18 991
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hingga hari ini, jagad dunia maya masih ramai membicarakan penampilan seorang bocah kelas 6 SD---Farel Prayoga--membawakan lagu Ojo Dibandingke, pada Upacara HUT RI ke-77 pada Rabu 17 Agustus 2022 lalu. Sejumlah warganet menilai hal itu sebagai salah satu titik puncak keberhasilan musik berirama dangdut koplo menembus sekat simbol pemerintahan.

Warganet lainnya pun beropini irama dangdut koplo mampu menyihir para pejabat teras negeri ini tanpa malu-malu berjoget dalam rangakaian upacara 17 Agustus yang masih berlangsung--karena saat itu lagu Andhika Bhayangkari sebagai penutup rangkaian acara belum diperdengarkan---yang biasanya upacara selalu identik dengan suasana khidmat.

Flashback ke belakang, jauh sebelum lagu Ojo Dibandingke diciptakan oleh Abah Lala dan kemudian viral dan versi cover Farel Prayoga lebih sering diperdengarkan, dangdut koplo mulai  menjadi sebuah tren baru dalam musik dangdut, atau musik melayu, atau apapun istilahnya, ketika Indonesia mulai memasuki era millenium.

Seperti kita ketahui, tren baru aliran musik dangdut, yakni dangut koplo---atau sebagian menyebut musik koplo saja---berkembang di sejumlah orkes dangdut yang berasal dari Jawa Timur. Kreasi irama dangdut koplo yang kuncinya di permainan kendang menggabungkan seni kendang kempul, jaranan gamelan, dan juga memasukkan unsur kendang tradisional Jawa Barat yakni jaipongan.

Dengan cepat, dangdut koplo mudah diterima di telinga pecinta musik dangdut saat ini. Tak hanya di Jawa Timur, namun juga di seluruh Indonesia pun mewabah. Kepingan video compact disc ilegal alias bajakan pun memegang peranan penting dalam penyebaran musik-musik berirama dangdut berirama kendang alternatif ini.

Wabah musik dangdut koplo dan larisnya penujualan VCD yang berisi lagu-lagu dengan irama tersebut pun berhasil mengangkat nama salah seorang biduan dangdut asal Kejapanan, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, bernama Ainul Rokhimah.

Nama panggungnya Inul Daratista.

Saya yang berasal dari Jawa Barat dan mulai berkuliah di Surabaya di awal-awal era millenium pun awalnya tak mengerti siapa itu Inul ketika kakak-kakak angkatan saya di kampus menyebutkan namanya. Saya pun baru mengerti sosoknya setelah dijelaskan bahwa Inul adalah biduan pedangdut koplo paling 'viral' pada masa itu.

Dalam salah satu tayangan di VCD yang pernah saya lihat. Ketika naik panggung, Inul menyapa penonton dengan kata-kata "Sudah kangen sama (maaf, sekali lagi maaf-penulis) bokongnya Inul?" Setelah itu pun ia mulai menyanyi dengan bergoyang, yang kelak goyangannnya ini disebut goyang ngebor.

Dan kurang lebih setahun setelah Inul makin viral, dangdut koplo dan penampilan Inul pun mendapat resistensi, tak tanggung tanggung yang mengkomadoin gerakan kontra Inul saat itu adalah Rhoma Irama.

Ya, Rhoma, sang Raja Dangdut yang hanya akan turun tahta jika beliau tak sanggup lagi bernyanyi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun