Mohon tunggu...
Cak Glentong
Cak Glentong Mohon Tunggu... Guru - Pemerhati masalah budaya dan agama

Pemerhati masalah budaya dan agama

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Kembali ke Fitrah, Kembali ke Allah

11 Mei 2021   20:20 Diperbarui: 11 Mei 2021   20:29 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Fithroh istilah yang sangat akrab dengan budaya kita.  Salah satu sabda nabi yang terkenal. Semua  manusia dilahirkan dalam keadaan fitroh, fitroh biasa diterjemahkan dengan kata suci atau sifat bawaan seorang anak, yang belim tersentuk manusia. Fithroh merupakan "bentuk asal kejadian manusia secara ruhani", setiap anak Adam yang terlahir, pastilah ia membawa "potensi asal" dalam tubuhnya. Maka setiap anak yang dilahirkan, maka pastilah ia dilahirkan di atas Fithrohnya.
Fithroh biasa diterjemahkan dengan :"Yakni agama yang lurus, yaitu agama Islam yang setiap anak dilahirkan di atasnya."Setiap adalah suci. Tidak terpengaruh oleh dosa-dosa yang dikerjakan oleh orang  tuanya. Di hati manusia, pasti ada getar kesucian. Getar-getar kebenaran. Kekuatan yang membuat manusia akan merindukan kebenaran. Getar ketuhanan tidak akan hilang, walau dia bergelimang dengan dosa-dosa. Kerinduan pada Allah pasti tetap ada dalam jiwanya.
Umar bin Khoththob menemukan Islam kembali, setelah sekian lama hidup dalam jahiliyah, bahkan menurut salah satu riwayat pernah mengubur bayi perempuannya hidup-hidup. Saat membaca surat Thoha, hatinya tergetar, getaran kuat yang mampu mengembalikan dia ke "fithroh" (yakni di atas agama islam). Potensi fithroh tetap ada diri Umar, begitu membaca Al-Qur'an, seperti membuka  tanggul yang membendung dan memenjarakan fithrohnya sendiri.
Begitu pula kisah Salman Al-Farisi, pada awalnya dia adalah seorang penyembah berhala. Tetapi fithrohnya menolak, mengapa saya menyembah batu yang tidak bisa bergerak ?.  Seandainya ada lalat yang hinggap di kepalanya, berhala itu tidak kuasa membela dirinya sendiri. Mengapa harus disembah!. Fitrohnya kemudian membimbing Salman, dia menempuh jalan panjang dari kota ke kota, dari lembah ke lembah, dari satu pendeta ke pendeta yang lain. Salman mencari ajaran agama yang tetap suci dan bersih di atas fitroh.
Fithroh dalam diri Salman yang membimbingnya hingga akhirnya bertemu Nabi Muhammad SAW. Sejarah kemudian mencatat nama Salman dari Persia sebagai pahlawan Islam, yang berjuang ikhlas hanya karena Allah, tidak terjebak ke dalam intrik politik.
Fitroh ini yang dijelaskan Allah :  
 
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi (QS Al-A'raf 172)

Dengan demikian setiap anak yang lahir di dunia mempunyai potensi percaya adanya Allah yang menyatu dalam dirinya, pengaruh lingkungan menjadikan seseorang menjauhi fitrohnya sendiri. Benih tauhid yang tersimpan dalam dadanya luntur karena pergaulannya. Kecintaan kepada Allah digoyang oleh kecintaan kepada duniawi, sehingga potensi ketuhanan dalam dirinya layu dan tidak pernah berkembang.
Tauhid yang ada dalam dada kita semua. Menjadi kekuatan awal untuk berjalan di atas kebenaran yang sejati. Dalam surat Ar-rum 30 Allah berfirman : Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahu (QS Ar-Rum 30)

Jika manusia dilahirkan ke muka bumi dengan semangat tauhid, mengapa manusia banyak yang ingkar kepada Allah?. Menjadi pribadi yang durhaka kepada yang menciptakannya !. Kebanyakan manusia menolak agama Allah karena kesombongan yang melekat dalam dirinya, merasa mempunyai ilmu yang luas, lalu menjadi angkuh di depan hamba-hamba Allah. Saat hamba Allah yang dianggap kedudukannya lebih rendah, ia segera menutup telinga dan hatinya, akhirnya kebenarannpun menjauh dari dirinya. Belum lagi godaan setan yang senantiasa mencari saat hari kita lengah, kemudian setan meniupkan keraguan dan kemalasan dalam hati kita. Semua itu menjadikan kita semakin jauh dari tauhid yang dititipkan Allah dalam diri kita.
Untuk menjaga iman yang Allah turunkan dalam hati kita, alangkah indahnya jika kita berdoa, sebagaimana doa Ibrahim. Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan  ( QS Al-An'am 79)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun