Mohon tunggu...
Cak Glentong
Cak Glentong Mohon Tunggu... Guru - Pemerhati masalah budaya dan agama

Pemerhati masalah budaya dan agama

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

RUU HIP dan Kotak Pandora Pancasila

18 Juni 2020   06:24 Diperbarui: 18 Juni 2020   06:29 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Suasana politik kita rasanya sekarang memasuki masa remang. Penolakan masif terhadap RUU Haluan Ideologi Pancasila yang didukung hampir seluruh fraksi di DPR, hingga kemudian pemerintah menunda adalah kondisi yang buruk dalam sebuah kondisi dalam sistmem pepolitikan kita. 

Ada jarak yang amat lebar dengan masyarakat. DPR kemudian ikut menarik lagi, bahkan saling membantah siapa yang mengusulkan konsep dasar perubahannya. Bukan yang pertama kalinya terjadi seperti, RUU yang didukung oleh hampir semua fraksi dimentahkan oleh aksi dari masarakat. Lampu merah untuk DPR, jika organisasi seperti NU dan Muhammadiyah menolak RUU tersebut.

Pancasila adalah kesepakatan final yang harus diterima jika kita masih berharap Indonesia tetap utuh. Sejarah membuktikan ada banyak unsur yang menopang berdirinya Indonesia. Jika kita pernah membaca kumpulan tulisan Ir Sukarno, Di Bawah Bendera Revolusi,  kita akan merasakan  suasana kebatinan yang luar biasanya menggambarkan keanekaragaman yang oleh Sukarno disebut kekuatan "Nasakom" (Nasionalisme, Agama dan Komunisme). 

Suka tidak suka ada unsurnya ketiganya dalam kemerdakaan RI. Tan Malaka harus diakui berjasa kepada Indonesia, Daud Beurueh dan Kartosuwiryo mempunyai andil terhadap kemerdekaan RI.  Maka sangat bisa difahami jika Sukarno menangis ketika menandatangani hukum mati untuk Kartosuwiryo.

Sukarno sebagai presiden telah melewati fase kritis pergulatan ideologi. Bagaimana beliau merasakan sahabat karibnya yang sama-sama berjuang untuk RI harus berhadapan sebagai lawan, bahkan harus dihukum mati. Era berikutnya, ketika Suharto menjadi presiden RI, pergulatan ideologi dimulai dengan pembubaran PKI.  

Berkembanglah  istilah bahaya laten ekstrem kanan dan kiri. Hari-hari penataran Pancasila menjadi menu utama. Mulai masuk SMP sampai Peguruan Tinggi, Pancasila menjadi menu yang harus dikunyah. Apakah Suharto dan Orde Barunya berhasil??.

Setelah melewati sekian pergulatan ideologi yang keras bahkan traumatis, rasanya kita sebagai bangsa besar (setidak-tidak kita ingin menjadi bangsa besar) adalah belajar dari kenyataan yang pernah terjadi. Kerasnya pergulatan politik di era orla, bentukan antara kader PKI dan kelompok Islam di akar rumput, menjadi sejarah yang akan melekat dalam kehidupan bangsa kita. 

Orde Baru yang cenderung memonopoli kebenaran, harus meninggalkan luka yang dalam pula dalam sejarah. Semangat reformasi, diharapkan menjadi kendaraan yang menyatukan Indonesia dengan berbagai keragamannya.

Reformasi membuka ruang untuk menatap Indonesia ke masa depan, dengan pandangan yang lebih jernih. Indonesia dengan segala kebhinekaan. Impian Ir Sukarno untuk menyatukan keberagamaan Indonesia adalah gagasan besar yang bisa diteruskan sampai sekarang ini. Namun kita harus kenyataan bahwa di akhir penghujung kekuasaannya, kondisi negara dalam ujian ekonomi yang berat. 

Sehingga rakyat merasakan beban ekonomi yang berat. Begitu impian Suharto untuk membangun Indonesia, dengan mengorbankan berbagai aspek yang lain, akhirnya jatuh oleh gerakan reformasi.

Setelah reformasi dengan memberikan ruang kejernihan berpikir kita bisa melihat ke depan. Membenahi luka sejarah. Benar, banyak simpatisan atau yang diduka bagian dari PKI mendapakan perlakuan yang sangat buruk. Bahkan seseorang bisa dipenjara hanya gara-gara menyimpan buku karya Pramoedya Ananta Toer.  Tidak ada lagi KTP dengan tulisan Organisasi Terlarang (OT). Termasuk mereka yang dulu mempunyai kedekatan dengan gerakan separatis yang mengatasnamakan Islam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun