Mohon tunggu...
Cak Bro Cak Bro
Cak Bro Cak Bro Mohon Tunggu... Administrasi - Bagian dari Butiran debu Di Bumi pertiwi

Menumpahkan barisan Kata yang muncul di Pikiran

Selanjutnya

Tutup

Financial

Mengapa BI Perlu Pertahankan Suku Bunga? (Bagian I)

20 Desember 2021   06:33 Diperbarui: 20 Desember 2021   06:47 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Mengapa Bank Indonesia Perlu Mempertahankan Suku Bunga?

Oleh: Subroto,

  1. Pembuka

Pada akhir tahun 2021 Bank Indonesia (BI) akan mempertahankan suku bunga kebijakan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,5 persen. Suku bunga deposit facility juga dipertahankan sebesar 2,75 persen dan suku bunga lending facility sebesar 4,25 persen. Bahkan hingga tahun depan, Bank Indonesia akan terus mengoptimalkan seluruh bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan serta mendukung upaya perbaikan ekonomi lebih lanjut melalui berbagai langkah.

Langkah tersebut sebagai penegasan bahwa arah bauran kebijakan BI pada tahun 2022 sebagaimana disampaikan dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2021 tanggal 24 November 2021. Menurut Perry, kebijakan moneter tahun 2022 akan lebih diarahkan untuk menjaga stabilitas, sementara kebijakan makroprudensial, sistem pembayaran, pendalaman pasar uang serta ekonomi-keuangan inklusif dan hijau, serta tetap untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. (Tim TvOne, www.tvonenews.com, 16 Desember 2021).

Mengapa pejabat BI begitu serius dan berhati-hati menaik-turunkan suku bunga, bukankah akan menguntungkan masyarakat jika suku bunga ditetapkan tinggi?. Apakah benar suku bunga BI ada hubungannya dengan inflasi, dan mengapa hanya karena suku bunga yang jadi tanggung jawab BI, harus melibatkan semua pihak dalam penentuan besar suku bunga, dan sebagainya. Ada baiknya penulis akan jelaskan pada uraian berikut ini.  

  1. Pengertian Suku Bunga dan Inflasi 

Suku Bunga

Menurut Karl dan Fair (2001:635) suku bunga adalah pembayaran bunga tahunan dari suatu pinjaman, dalam bentuk persentase dari pinjaman yang diperoleh dari jumlah bunga yang diterima tiap tahun dibagi dengan jumlah pinjaman. Pengertian suku bunga menurut Sunariyah (2004:80) adalah harga dari pinjaman. Suku bunga dinyatakan sebagai persentase uang pokok per unit waktu. Bunga merupakan suatu ukuran harga sumber daya yang digunakan oleh debitur yang harus dibayarkan kepada kreditur.

  • Adapun fungsi suku bunga menurut Sunariyah (2004:81) adalah:
  • Sebagai daya tarik bagi para penabung yang mempunyai dana lebih untuk diinvestasikan.
  • Suku bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam rangka mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam suatu perekonomian. Misalnya, pemerintah mendukung pertumbuhan suatu sektor industri tertentu apabila perusahaan-perusahaan dari industri tersebut akan meminjam dana. Maka pemerintah memberi tingkat bunga yang lebih rendah dibandingkan sektor lain.
  • Pemerintah dapat memanfaatkan suku bunga untuk mengontrol jumlah uang beredar.

Ini berarti, pemerintah dapat mengatur sirkulasi uang dalam suatu perekonomian.
Suku bunga itu sendiri ditentukan oleh dua kekuatan, yaitu : penawaran tabungan dan permintaan investasi modal (terutama dari sektor bisnis). Tabungan adalah selisih antara pendapatan dan konsumsi. Bunga pada dasarnya berperan sebagai pendorong utama agar masyarakat bersedia menabung. Jumlah tabungan akan ditentukan oleh tinggi rendahnya tingkat bunga. Semakin tinggi suku bunga, akan semakin tinggi pula minat masyarakat untuk menabung, dan sebaliknya.

Menurut Nopirin (1992:176) fungsi tingkat bunga dalam perekonomian yaitu alokasi faktor produksi untuk menghasilkan barang dan jasa yang dipakai sekarang dan di kemudian hari. Menurut Ramirez dan Khan (1999) ada dua jenis faktor yang menentukan nilai suku bunga, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi pendapatan nasional, jumlah uang beredar, dan inflasi. Sedang faktor eksternal merupakan suku bunga luar negeri dan tingkat perubahan nilai valuta asing yang diduga.

Menurut Prasetiantono (2000) mengenai dampak suku bunga adalah jika suku bunga tinggi, otomatis orang akan lebih suka menyimpan dananya di bank karena ia dapat mengharapkan pengembalian yang menguntungkan. Dan pada posisi ini, permintaan masyarakat untuk memegang uang tunai menjadi lebih rendah karena mereka sibuk mengalokasikannya ke dalam bentuk portfolio perbankan (deposito dan tabungan).

Seiring dengan berkurangnya jumlah uang beredar, gairah belanja pun menurun. Selanjutnya harga barang dan jasa umum akan cenderung stagnan, atau tidak terjadi dorongan inflasi. Sebaliknya jika suku bunga rendah, masyarakat cenderung tidak tertarik lagi untuk menyimpan uangnya di bank.

Pengertian Inflasi 

Menurut Siwi Nur Indriyani (2016) dalam penelitian yang berjudul Analisis Pengaruh Inflasi dan Suku Bunga Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia Tahun 2005-2015" menyebutkan bahwa Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga barang secara terus-menerus atau suatu keadaan perkonomian yang menunjukan adanya kecenderungan kenaikan tingkat harga secara umum (price level).

Menurut Sukirno (2000) dalam artikel Siwi Nur Indriyani (2016), Ada tiga kategori dalam inflasi dari tingkat keparahannya yaitu :

Inflasi sedang (Moderate Inflation); Inflasi sedang adalah inflasi yang ditandai dengan harga yang meningkat secara perlahan atau lambat dan tidak terlalu menimbulkan ketidak sempurnaan pasar pada pendapatan dan harga relatif. Inflasi ini dapat menurunkan kesejahteraan masyarakat yang mempunyai penghasilan yang tetap.

Inflasi ganas (Galloping Inflation); Inflasi ganas adalah inflasi yang dapat menimbulkan gangguan yang parah. Pada kondisi ini orang cenderung menyimpan barang. Ini menyebabkan seseorang tidak mau untuk menabung karena bunga bank lebih rendah dari laju tingkat inflasi.

Hyperinflasi, Yaitu tingkat inflasi yang sangat parah, bisa mencapai ratusan, ribuan per tahun, ini merupakan jenis yang berbahaya, merugikan atau mematikan.

Dengan demikian suku bunga bertalian erat dengan adanya Inflasi, karena dampak suku bunga akan mempengaruhi uang yang beredar di masyarakat, termasuk pengusaha sebagai modal untuk menghasilkan produk yang dijual kepada masyarakat. Inflasi juga sangat mempengaruhi stabilitas perekonomian negara tersebut karena :

Tingkat inflasi yang tinggi mempengaruhi tingkat produksi dalam negeri, melemahkan produksi barang ekspor. Tingkat inflasi yang tinggi menurunkan produksi karena harga menjadi tinggi dan permintaan akan barang menurun sehingga produksi menurun.

Inflasi menyebabkan terjadinya kenaikan harga barang dan kenaikan harga upah buruh, maka kalkulasi harga pokok meninggikan harga jual produk lokal. Di lain pihak turunnya daya beli masyarakat terutama berpenghasilan tetap akan mengakibatkan tidak semua bahan habis terjual. Inflasi menyebabkan naiknya harga jual produksi barang ekspor dan berpengaruh terhadap neraca pembayaran.

 (Bersambung)....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun