Mohon tunggu...
Cak Bro Cak Bro
Cak Bro Cak Bro Mohon Tunggu... Administrasi - Bagian dari Butiran debu Di Bumi pertiwi

Menumpahkan barisan Kata yang muncul di Pikiran

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Memahami Teori Followership untuk Mendeteksi Perilaku Pegawai

2 Oktober 2021   08:01 Diperbarui: 2 Oktober 2021   08:09 847
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ada pula yang memiliki peran keduanya secara bersamaan karena dalam struktur organisasi terdiri dari beberapa layer (Budiarto, 2005). Seorang pemimpin yang baik selain memiliki perilaku yang dapat diteladani, juga harus memiliki keahlian (skill) sesuai dengan bidangnya.

Menurut Irawati (2011) pada umumnya pemimpin akan diikuti oleh pengikutnya berdasarkan perilaku karena rasa percaya dan hormat yang lebih besar dibandingkan keahliannya. Namun, dalam organisasi modern dengan kondisi seperti saat ini, untuk kesuksesan seorang pemimpin dalam suatu kelompok diperlukan pengikut-pengikut yang aktif (Hoption, 2014).

Hal tersebut sesuai dengan pendapat Warren Bennis dalam buku "The End of Leadership" bahwa kepemimpinan yang efektif tidak mungkin terjadi tanpa keterlibatan inisiatif dan kerjasama dari pengikutnya.

Selama ini para peneliti lebih fokus membedah mengenai kepemimpinan karena kecenderungan mereka melihat tokoh figur merupakan faktor utama atau kunci sukses dalam rangka pencapaian tujuan organisasi secara efektif. Padahal, seperti yang diuraikan di atas, pengikut juga memiliki faktor penting yang saling berhubungan atau berkaitan.

Pada dasarnya organisasi merupakan sekumpulan orang-orang yang memiliki kepentingan dan motivasi sendiri-sendiri. Namun demikian, mereka bersedia untuk diarahkan agar berkomitmen sesuai dengan tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

Sementara itu, pempimpin merupakan seseorang yang diberi kepercayaan atau amanah (legitimasi) dan memiliki kemampuan bagaimana mengelola orang-orang untuk melakukan tugas baik secara langsung atau tidak langsung (pendelegasian) dalam rangka mencapai tujuan organisasi.

Semakin besar skala organisasi, maka pemimpin harus memiliki keluasan pengendalian (span of control) agar pelaksanaan tugas sesuai dengan yang ditetapkan sebelumnya. Pemimpin dapat memberikan kepercayaan atau amanah yang dikenal dengan pelimpahan wewenang (delegasi) agar lebih fektif.

Adapun indikator keberhasilan seorang pemimpin bergantung pada kemampuan mengorganisir (kapabilitas dan skill) dan bagaimana cara pendekatan yang dilakukan agar bawahan mau menaati perintah.

Dengan demikian, faktor pemimpin dapat dipengaruhi oleh gaya dan tipe kepemimpinan. Ada pemimpin yang bersikap otoriter atau pendekatan konsep komando, ada pula yang bersikap demokrat terhadap bawahannya, bahkan ada pula yang bersikap pembiaran (laizes fair).

Pengaruh sikap pemimpin juga berdampak bagi organisasi. Ada pemimpin yang berani mengambil keputusan/risiko (risk seeker) dan ada pula yang hanya berdasarkan perintah atau menunggu (risk averter).

Keberhasilan penerapan teori tersebut bergantung dengan karakter atau ciri khas organisasi, besaran, atau skala maupun faktor-faktor lain yang memengaruhinya. Selanjutnya, yang terlupa dari para peneliti menganggap bahwa pegawai atau bawahan dianggap sebagai obyek atau benda mati yang disamakan sebagai unsur prasarana organisasi. Di antaranya seperti mesin dan peralatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun