Mohon tunggu...
Cak Bro Cak Bro
Cak Bro Cak Bro Mohon Tunggu... Administrasi - Bagian dari Butiran debu Di Bumi pertiwi

Menumpahkan barisan Kata yang muncul di Pikiran

Selanjutnya

Tutup

Trip

Hotel Majapahit Surabaya, Kenangan dan Misteri sebagai Hotel Bersejarah

2 Juli 2021   11:17 Diperbarui: 2 Juli 2021   11:25 685
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Travel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

A. Pengantar

Walau dalam kondisi Covid-19 yang melanda, karena tugas negara terpaksa saya tetap lakukan perjalanan ke daerah. Kali ini mendapat tugas ke daerah yang tak terlupa : Jawa Timur dengan kota Surabaya-nya.  Bukan lantaran saya pernah ditempat-tugaskan selama dua tahun lamanya, dan akhirnya punya besan disana. Namun, Surabaya memang punya segudang cerita yang layak untuk diketahui sebagai kota  dengan warga yang memiliki tipikal yang bertemperamen tegas, karena Surabaya merupakan salah kota yang memiliki tonggak sejarah sebagai kota perjuangan dalam memerdekakan negeri ini.

Lantaran tempat acara kebetulan berada di pusat kota, sudah tentu rasa haus-kangen bisa terlampiaskan dengan melewati suasana kota dan keriuhannya. Namun dalam kondisi wabah virus seperti ini sungguh tak terasa, nampak sedikit kelengangan jika menghabiskan malam. Saya sempat tercenung saat mobil tumpangan melewati sebuah bangunan kokoh nan megah: Hotel Majapahit, Surabaya seolah melambaikan tangan menyapa agar sudi mampir kesana untuk berkenang-ria mengingatkan kembali sejarah silam dengan kajayaannya.

B. Hotel Majapahit, Banyak Berganti Nama Sesuai Lintasan Berbagai Peristiwa 

Hotel Majapahit nan megah meang merupakan saksi bisu sejarah jaman kemerdekaan yang tak boleh dilupakan. Jika kita coba flash-back kembali, hotel tersebut merupakan salah satu bangunan Landmark kota Surabaya sebagai bangunan legendaris (heritage) yang berlokasi di Jalan Tunjungan yang memiliki sejarah dengan keunikan tersendiri karena bernuansa kolonial dengan gaya art deco-nya.

Hotel tersebut berdiri tahun 1910 oleh Lucas Martin Sarkles, pengusaha hotel berbangsa Armenia yang mendirikan berbagai hotel mewah pada saat itu di Kawasan Asia Tenggara. Saudara-nya yang memiliki bentuk yang sama adalah Hotel Eastern dan Crag di Malaysia, Hotel Raffles Di Singapura, termasuk Hotel Kartika Wijaya di Batu, Malang dan Hotel Niagara di Lawang  yang merupakan hasil polesan Lucas martin bersaudara.

Dalam perjalanan sejarah, hotel majapahit pun banyak berganti nama dan bisa sebagai saksi sejarah. Pada awal mula berdiri saat penjajahan belanda dinamakan Hotel Oranje, kemudian ketika masa peralihan jaman pendudukan jepang, hotel tersebut berganti nama menjadi Hotel Yamato. Dan Ketika di jaman perjuangan untuk merebut kemerdekaan, dimana masa itu para pemuda Surabaya dengan gigih berjuang yang terkenal dengan peritiwa perobekan bendera di hotel tersebut, akhirnya hotel berganti nama menjadi Hotel Merdeka.

Kemudian Lucas Martin kembali mengambil alih hotel tersebut dan mengganti menjadi LMS Hotel atau Lucas Martin Sarkies (LMS) Hotel. Namun di tahun 1969, kepemilikan hotel beralih lagi ke Mantrust Holding Co dan berganti nama menjadi Hotel Majapahit. Hotel tersebut pun berganti nama lagi saat diambil-alih oleh Mandarin Oriental Hotel Group menjadi Hotel Mandarin Oriental, dan pada tahun 2006 pengelolaan beralih ke PT Sekman Wisata, akhirnya nama hotel kembali lagi menyandang nama Hotel Majapahit.

C. Hotel Majapahit, Sebagai Hotel Selebritis dan Perjuangan Di jamannya

Seperti disebutkan sebelumnya bahwa Hotel Majapahit banyak berganti nama sesuai lintasan sejarah, yang merupakan sebagai saksi sejarah di negeri kita. Dapat kita bayangkan kemegahan saat mengalami kajayaan saat itu sebagai hotel termegah, karena ketika saat peresmian lobi hotel di tahun 1936 banyak bertandang orang terkemuka dan selebritis untuk menginap disana. Misalnya, Leopold sang Putera Mahkota dari Belgia, Puteri Astrid dari negara Swedia, bahkan legendaris selebritis terkenal Charlie Chaplin pernah bertandang kesana.

Sebagai Hotel perjuangan juga layak disandang, karena saat jelang kemerdekaan, hotel tersebut pernah dijadikan Pusat Komando Militer Belanda pada saat itu. Oleh karena itu, saat jelang kemerdekaan RI mengapa para pemuda Surabaya yang terkenal dengan Gaung Merdeka-nya Bung Tomo. Karena dapat merebut hotel tersebut sebagai pusat komando belanda dengan merobek bendera belanda yang berwarna biru hingga tersisa menjadi bendera Indonesia yakni sang merah putih menjulang berkibar di hotel tersebut. Sebagai saksi sejarah, kamar bernomor 33 pun hingga kini dinamakan Ruang Merdeka karena di ruang itu pula lah, sebagai saksi perebutan alih hotel yang menjadi basis komando militer belanda menjadi milik para pejuang Surabaya. Bahkan, Ruslan Abdul Gani saat pasca kemederkaan saat menjadi Menteri luar negeri selalu berkantor diruang itu, dan beliau memberikan nama kamar Nomor 33 sebagai Kamar Merdeka sebagai warisan sejarah bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun