Mohon tunggu...
Cak Bro Cak Bro
Cak Bro Cak Bro Mohon Tunggu... Administrasi - Bagian dari Butiran debu Di Bumi pertiwi

Menumpahkan barisan Kata yang muncul di Pikiran

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Bisnis Kuliner Ayam: Jangan Lupakan Branding sebagai Bumbu Utamanya

27 Juni 2021   17:30 Diperbarui: 27 Juni 2021   17:33 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Entrepreneur. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcomp

A. Pengantar

Semacam ritual dalam sekali sebulan, kami melakukan pertemuan reunian secara virtual. Diawali dengan temu sapa untuk sekedar saling berkabar, obrolan berikut pastinya mendengar sharing seorang kawan yang telah sukses dengan bisnisnya. Balutan pertemuan pada usia separuh baya seperti kami, memang tidak sekedar beraktualisasi perlihatkan kesuksesan namun secara empati meminta mereka untuk sumbangkan cerita pengalaman. Dan berharap akan menarik perhatian kawan lainnya untuk bisa mengikuti jejak kesuksesan. Walau banyak suka-duka dalam meraih kesuksesan, nampaknya akan ada semacam "guidance success trail" atau kunci buku sukses berdasarkan pengalaman. Kesepakatan pokok bahasan diskusi kawan reuni 1386 atau galaspanam (Kawan reuni dari SMA 13 jakarta Angkatan lulus tahun 1986) kali ini berbicara tentang kesuksesan membangun bisnis kuliner ayam.

B. Jiwa Usaha Bisnisnya Meninggalkan Karir Sebagai Karyawan Kantoran

Kawan yang jadi narasumber adalah lulusan Universitas ternama di Makasar yang Teknik Sipil dengan Jurusan Interior. Pada awalnya dia bekerja sesuai dengan latar belakang Pendidikan pada perusahaan yang bergerak dibidang real estate. Kesuksesan diraih karena selalu mencapai target dengan melakukan berbagai kiat promosi secara kreatif. Namun dalam puncak karir justru dia mengundurkan diri dengan alasan ingin mandiri. Awal pertama usaha yang diterjuni justru sangat berbeda, dia bekerja menjadi manajer perusahaan resto terkenal saat itu berbasis waralaba dari luar negeri.

Selang bebrapa tahun setelah bekerja dan mempelajari pola model bisnis dan manajemen tersebut dia kembali mengundurkan diri, dan kali ini mencoba mandiri dengan membuka usaha kuliner secara waralaba. 

Selang waktu berjalan, jiwa entrepreneurship-nya mulai terasah dan usahanya pun cukup berkembang. Berkat kegigihan, dia coba membuka usaha kuliner dengan nama sendiri sehingga tak perlu bayar biaya waralaba. Bisnis kuliner ayam tepung merupakan prospek yang menjanjikan, berbekal keyakinan dia mencoba menantang pesaing yang ada dan coba membuat racikan menu dengan prinsip "harga kaki lima rasa restoran ternama".

Berkat kegigihan berusaha kesuksesan akhirnya dapat diraih, dia pun berhasil membuka beberapa cabang. Namun jiwa untuk berbagi menggayuti, akhirnya dia mencoba konsep dengan membangun usaha kuliner berwaralaba seperti yang lainnya walau sedikit berbeda. Karena merasa brand produk usaha kuliner sudah dikenal, maka dia coba menawarkan prinsip waralaba ke beberapa teman-temannya. Usaha bisnis kuliner berwaralaba pun membuahkan hasil. Salah satu kekuatannya dengan menerapkan standar prosedur pelayanan dan pola manajemen operasional serta pelatihan pegawai secara seragam seperti waralaba lainnya.

Namun usaha bisnis kuliner yang dimiliki memiliki ciri khas tersendiri yakni dia ikut terjun membidani untuk membangun tempat usaha. Jiwa sebagai arsitek interior pun bisa tertumpah disana, beragam bentuk tempat usaha sudah dibangun secara unik dan keatif. Seperti sebuah pepatah; "sekali merengkuh dayung dua tiga pulau terlampaui", bisnis usaha dijalankan dan passion sebagai seniman perancang tersalurkan. Branding Produk dan Bentuk Tempat Usaha, kini menjadi ciri khas dan kekuatan bisnis kuliner-nya.

Kesalutan penulis bukan lantaran teman, namun jiwa bisnis dan sosial patut jadi catatan. Dia dapat saja mengembangkan bisnis menjadi besar seperti perusahaan besar lainnya, namun itu tidak dilakukan. Pelebaran usaha justru menciptakan bisnis secara sporadis atau menebar di berbagai pelosok wilayah kota Jakarta dan sekitarnya.

Dengan modal yang cukup minimal ditawarkan kepada kawan atau siapa saja agar bisa berbagi usaha. Bentuk usaha yang minimalis pun sebagai perwujudan sosialnya karena target pembeli yang disasar adalah masyarakat menengah. Lokasi yang dipilih dengan bentuk dan tempat terbatas agar pembeli bisa membawa pulang (take away) dan menikmati bersama keluarga di rumah.

C. Prospek Bisnis Kuliner Ayam Memang Sangat Menjanjikan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun