Mohon tunggu...
Cahyo Rizki
Cahyo Rizki Mohon Tunggu... Mahasiswa - Lakukanlah tanpa tapi dan tanpa nanti

Keluar dari zona nyaman

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Tak Ada Hidup Tanpa Masalah

29 Mei 2021   21:33 Diperbarui: 22 November 2021   21:06 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai makhluk hidup tentunya tidak ada yang tidak punya masalah, masing-masing mempunyai masalah nya sendiri. Bukan hanya orang yang perekonomianya sulit yang mempunyai masalah. Bahkan orang yang hidupnya sudah berkecukupan sekali pun memiliki berbagai permasalahan hidup. Jika kekayaan bisa membuat orang terlepas dari masalah hidup, tentu ini tidak berlaku bagi orang terkaya di jerman. Adolf Merckle orang yang pernah menyandang gelar terkaya di jerman itu tewas bunuh diri dengan menabrakan badannya ke kereta api pada pada tahun 2009.

Saya terlahir dari keluarga sederhana, dua bersaudara, laki-laki semua, dan Alhamdulillah ayah dan ibu masih lengkap. Tahun 2006 tepatnya ketika usia saya masih enam tahun, orang tua saya memutuskan untuk merantau ke Kalimantan berharap di sana bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik.

Saya di besarkan di Kalimantan. di tengah mayoritas suku Bugis, padahal saya sendiri suku Jawa. tepatnya Jawa tengah kabupaten Cilacap, yang di kenal dengan bahasa ngapak nya. Namun, karena usia saya yang masih belia. mungkin keadaan itu tidak menjadi Masalah bagi saya untuk beradaptasi dengan teman teman yang mayoritas suku Bugis.

Menginjak usia 10 tahun, ketika itu saya duduk di bangku kelas lima SD. Di usia kelas lima SD masalah-masalah dalam hidup saya mulai muncul. memang masalah yang di hadapi di usia SD tidak seberat ketika di SMP atau SMA. karena Allah tidak mungkin memberikan sebuah ujian kepada hambanya di luar kemampuan nya. Sebagai mana firman Allah dalam surat Al Baqarah ayat 286 Yang artinya "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya"

Saya teringat dengan salah satu guru saya ketika duduk d kelas lima SD, guru saya itu sangat galak. kalau ada anak muridnya yang tidak mengerjakan tugas maka siap-siaplah penggaris kayu mendarat di betis. Pernah suatu hari saya lupa untuk mengerjakan tugas, "kenapa kamu tidak mengerjakan tugas?" tanya guru itu menatapku dengan wajah marah. "Saya lupa pak" jawabku dengan penuh ketakutan. Plakk,,, akhirnya penggaris kayu itu pun mendarat di betis kanan saya.

Itu merupakan salah satu permasalahan hidup yang saya hadapi di usia SD, selalu sibuk bermain hingga lupa mengerjakan tugas sekolah, tidak bisa memanajemen waktu dengan baik. Namun dari masalah itulah saya belajar agar tidak mengulangi lagi kesalahan yang sama.

Tahun 2013 saya lulus dari SD, saya pun melanjutkan sekolah ke jenjang SMP. Di SMP inilah saya mengalami masa-masa pertumbuhan atau masa puber. Tentunya banyak perubahan yang saya alami, yang dulunya tidak terlalu memperhatikan penampilan, sekarang mulai di perhatikan penampilan, dulunya sekolah naik sepeda sekarang maunya naik motor, dan masih banyak lagi masalah lainya yang saya hadapi ketika duduk di bangku SMP.

Tahun 2016 saya lulus dari SMP. Saya bingung ingin melanjutkan sekolah di mana lagi. Banyak sekali tawaran dari teman-teman untuk melanjutkan sekolah di SMK Negeri, maksud mereka mungkin agar bisa bersama-sama lagi. Namun hati saya seperti tidak ada ketertarikan untuk mengambil tawaran itu.

"Kamu lanjut di pondok pesantren Hidayatullah saja, di situ bagus. dari pada kamu di sini terus, kurang wawasan nanti". Ungkap salah seorang guru saya, yang memang telah mempercayakan anaknya untuk sekolah di pondok itu. Setelah melewati beberapa pertimbangan akhirnya saya memutuskan untuk melanjutkan sekolah di pondok pesantren Hidayatullah.

Beranjak dari kehidupan di luar pondok, yang semuanya serba ada, mau makan kapanpun tinggal makan saja, karena sudah ada ibu yang masak, baju juga di cucikan terus, dan lain sebagainya. Tentunya gaya hidup di pondok sangat berbeda dengan di luar, ketika awal mula masuk pondok permasalahan hidup yang saya hadapi adalah bagaimana cara agar saya bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan pondok Yang semua serba mandiri.

 Awal mula masuk pondok itu adalah hal yang sangat berat dalam hidup saya, bayangkan saja dari gaya hidup yang semaunya sendiri, berubah sembilan puluh derajat harus taat kepada aturan pondok. Jam tiga pagi saja sudah di bangunkan untuk melaksanakan sholat lail, makan juga harus ngantri, mandi ngantri, pokoknya serba ngantri deh,,.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun