Berita yang baru-baru ini cukup mengundang perhatian banyak orang tentang adanya varian baru pada virus Corona di negara Inggris memang mengagetkan. Secara sekilas, dari penelitian di laboratorium itu dikabarkan memiliki kecepatan menular yang lebih tinggi, terutama jika menyerang kepada anak-anak. Bahkan juga telah dikatakan bahwa kecepatan penularan varian virus D614G dapat mencapai 10 kali lipat. Lebih dari itu di pemberitaan media massa telah dikabarkan bahwa varian itu telah berada pula di lima kota di Indonesia, yaitu di Jakarta, Tangerang, Bandung, Yogyakarta dan Surabaya.
Walaupun demikian, hasil penemuan di laboratorium itu sebenarnya justru baru diamati dalam percobaan kepada tikus putih (hamster) yang ditempatkan secara terpisah-pisah di dalam kandang dan memang ditularkan melalui udara. Dengan demikian, masyarakat tetap perlu memperhatikan segi-segi lain dari perkembangan hasil penelitian di tempat lain, agar tidak mudah menjadi panik atau mengalami kekuatiran yang berlebihan dan dapat berakibat yang lebih buruk.
Dari hasil penelitian di tempat lain, khususnya di laboratorium kesehatan di Universitas North Carolina at Chapel Hill dan Universitas Wisconsin di Madison, Amerika Serikat,  dapat diketahui bahwa pada sesungguhnya varian tersebut sudah dapat diamati sejak  bulan Januari 2020 di Jerman. Memang benar pula bahwa ciri khas dari varian baru itu tampaknya memiliki ikatan protein yang berbentuk tanduk kecil yang khas di permukaan kulit sel dan mempunyai kepekaan tinggi, mudah menghindar dari vaksin, tetapi lebih cepat menempel pada sel-sel inang, yaitu pada jaringan kulit epitel di hidung manusia.Â
Hasil penelitian yang diunggah oleh ahli virus yang bekerja di kedua universitas di Amerika Serikat itu, Dr Yoshihiro Kawaoka dan Professor Dr Ralph Baric, juga menekankan perlunya kewaspadaan atas ciri penularan yang berakibat buruk bagi manusia, dimana penularan melalui udara justru (khususnya bagi penduduk Indonesia) masih merupakan media perantara yang sampai sejauh ini paling banyak terjadi.
Namun sejalan dengan penelitian tersebut juga dapat diketahui bahwa dari pengamatan atas langkah analisis di laboratorium, yaitu hasil pengujian WGS (Whole Genomic Sequencing) sebenarnya justru ada sekitar 78% dari vaieus Corona tersebut telah mengandung segmen varian D614G. Penemuan ini juga juga selaras dengan hasil pengamatan di bank genetika internasional (GISAID), dimana Professor Dr Bambang Sumantri Brojonegoro juga sudah banyak melakukan hubungan untuk meyakinkan langkah pengembangan vaksin yang akan diberikan kepada penduduk di Indonesia pada saatnya nanti.
Pada intinya, walaupun berita tentang perkembangan varian D614G yang berada di Inggris telah begitu menggoda perhatian masyarakat, tetapi hal tersebut tidak akan berpengaruh pada efektivitas penggunaan vaksin di dalam tubuh manusia.Â
Dengan demikian segenap warga masyarakat juga tidak perlu menjadi panik dan bersikap menolak pada langkah pemberian vaksin, melainkan  cukup menjaga protokol kesehatan dan sekaligus mengurangi kegiatan di luar rumah. Khusus berkenaan dengan masa liburan akhir tahun ini maka segenap warga juga dihimbau untuk senantiasa patuh pada ketentuan yang berlaku, tidak perlu melakukan perjalanan jauh untuk berwisata, serta selalu ingat untuk menjaga diri dalam setiap kegiatan keagamaan maupun aktivitas sosial lainnya.