Mohon tunggu...
Cucu Cahyana
Cucu Cahyana Mohon Tunggu... Administrasi - Guru Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing

Urang Sunda, Suka Baca, Bola, Biru...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

“Maaf Rambutmu Gondrong, Nggak Boleh Masuk!”

6 Juni 2011   06:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:49 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Segala sesuatu itu ada konsekuensinya, itulah yang harus semakin mantap saya pahami atas kejadian pagi ini (6/6). Sebelumnya saya ucapkan terima kasih kepada beliau Prof. Yudian Wahyudi, Ph.D atas “nasihat” tidak langsungnya, senang bisa bertemu dengan orang seperti Bapak.


Kamis sore, adalah perkenalan awal saya dengan Prof. Yudian. Meski hanya melalui pesawat telpon, nada bicaranya sudah mampu menunjukan jika beliau welcome dengan apa yang saya perdengarkan. Prof. Yudian adalah seorang santri lulusan Pondok Pesantren Tremas, Arjosari, Pacitan, Jawa Timur yang sukses meraih mimpi menjadi mahasiswa di Universitas nomor wahid sedunia, Harvard University. Di ujung pembicaraan, kami membuat appointment untuk bertemu pada Hari Senin jam 09.00 WIB di kampus.


Workshop dan Rambut Gondrong

Pertemuan pagi ini adalah untuk meminta advise dari Prof. Yudian mengenai Workshop Pembuatan Proposal Beasiswa ke Luar Negeri. Selain meminta saran dan nasihat itu, saya (mewakili event organizer acara ini) juga berencana menjadikan beliau sebagai salah seorang pembicara (narasumber).


Tiba di Fakultas pukul 09.00 langsung menuju ruang kerja beliau. Ada sekitar 4 hingga lima mahasiswa sedang ngantri ternyata, saya pun harus ikut ngantri. Selama 30 menit menunggu, saya bahas ulang mengenai format workshop, pembicara, sponsor dan sebagainya dengan seorang teman yang ikut menemani.


“Yang dari acara workshop, dipanggil Bapak…” kata Sang Sekretaris.


Serta-merta saya dan teman tadi langsung masuk, mengetuk pintu dan menyampaikan salam. Baru satu langkah dari pintu, Prof. Yudian langsung “menyapa” saya dengan kerutan dan mimik penuh kecewa di wajah beliau.


“Aduh, kamu gondrong. Maaf Mas kamu nggak boleh masuk!”


Ups, akhirnya rambut gondrong ini menunjukan peranannya yang cukup vital. Selama ini memang si rambut sudah memperoleh berbagai gelar. Beberapa orang teman misalnya menganggap bahwa saya memelihara rambut gondrong pasti karena frustasi, frustasi gara-gara nggak punya teman perempuan, jomblo. Ada juga yang menganggap gara-gara skripsian nggak kelar-kelar, ada lagi yang memberi predikat sebagai ciri kalau saya aktivis mahasiswa (padahal selama di kampus nggak aktif juga, cuma sempat ikut demonstrasi dua kali. Kalau nggak salah protes atas rencana pemberlakuan BHP dan rencana kenaikan harga BBM, hahaha…). Masih banyak juga predikat lain si rambut ini.


Karena nggak bisa ikut masuk, akhirnya saya serahkan bundelan TOR (Term of References) workshop kepada sang teman dan memintanya untuk mewakili. Beruntung selama 30 menit mengantri, saya sudah sampaikan mengenai apa saja yang akan dikonsultasikan dengan Sang Profesor kepada teman saya itu. Meski sedikit ragu, saya percayakan saja kepadanya. Mudah-mudahan semua pesan dan informasi yang dibutuhkan dari Prof. Yudian bisa diperoleh sesuai harapan.


Pilihan Hidup dan Konsekuensinya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun