Mohon tunggu...
Cahya Sefty Gusman
Cahya Sefty Gusman Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa/Universitas Jember

Mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Lada "Sahang" Belitong

21 September 2022   22:28 Diperbarui: 21 September 2022   22:32 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Siapa sih yang belum tahu lada atau merica? Kalo masakan Indonesia itu ada yang kurang rasanya kalo tidak pakai lada atau merica ini. Apakah kalian tahu bahwa salah satu daerah penghasil lada di indonesia adalah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung? Di Belitung lada disebut dengan "sahang".

Indonesia dikenal sebagai daerah dengan kekayaan alam berupa rempah-rempah. Indonesia banyak memasok rempah-rempah ini ke berbagai negara di dunia. Hampir setiap daerah memiliki rempah-rempah yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan. Salah satu komoditas yang sering diekspor adalah lada. Daerah produksi lada terbesar di Indonesia terletak di berbagai daerah, yaitu Bangka Belitung, Aceh, Lampung, Kalimantan Timur, Jambi, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan.

Merica atau lada bernama latin piper nigrum L adalah tanaman penghasil rempah dari bijinya. Merica atau lada sangat penting dalam komponen masakan di banyak negara. Dulu harganya sangat tinggi sehingga memicu penjelajah Eropa menjelajahi untuk memonopoli lada dan mengawali sejarah kolonisasi Afrika, Asia, dan Amerika. Karena ketenarannya itu, banyak yang menyebutkan merica dengan sebutan king of spice.

Merica atau lada ini digunakan sebagai bumbu masak terdiri dari lada putih, hitam, hijau, dan merah. Lada hitam diperkirakan berasal dari Malabar, India. Lada putih dari pulau Bangka Indonesia. Lada hijau dari Madagaskar dan Merica merah dari Kerala, India.

Lada memiliki rasa yang pedas dan tajam. Sehingga membuat masakan menjadi lebih sedap dan nikmat. Bagian yang digunakan untuk memasak adalah biji merica yang sudah kering. Biji merica yang terakhir dipetik akan menghasilkan aroma dan rasa terbaik.

Selain membuat masakan menjadi lebih sedap dan nikmat, lada juga memiliki manfaat dan khasiat bagi kesehatan tubuh. lada dipercaya bisa menghangatkan tubuh. lada juga digunakan sebagai obat untuk meringankan keluhan sakit kepala. Dalam lada terkandung zat yang membawa sifat pedas, yaitu kavisin. Di dalam tubuh kita, zat-zat yang membawa sifat pedas akan bekerja meredam aktivitas otak saat menerima sinyal rasa sakit yang disalurkan dari sistem syaraf. Dengan kata lain, senyawa yang membawa rasa pedas berkhasiat untuk mengurangi keluhan rasa sakit pada otak.

Indonesia merupakan produsen rempah-rempah dunia. Mengutip data yang dikeluarkan oleh Food and Agriculture Organization (FOA), untuk produsen lada, Indonesia menempati peringkat dua di dunia. Karena itu, Indonesia perlu belajar dari negara Korea yang memiliki perusahaan besar khusus pengolah rempah-rempah termasuk lada yaitu Amorepacifik. Perusahaan tersebut menggunakan pendekatan teknologi untuk mengolah lada menjadi kosmetik dan obat-obatan yang memiliki brand tinggi.

Indonesia ialah negara dengan kekayaan alam berupa rempah-rempah. Indonesia banyak memasok rempah-rempah ini ke berbagai negara di dunia. Hampir setiap daerah memiliki rempah-rempah yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan. Salah satu komoditas yang sering diekspor adalah lada. Daerah produksi lada terbesar di Indonesia terletak di berbagai daerah.

Kabupaten Belitung dikenal sebagai penghasil lada. Berdasarkan data Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Belitung, tahun 2019 Belitung menghasilkan hamper 5000 ton lada putih . sentranya di kecamatan Membalong, sebagai penghasil dua pertiga lada Kabupaten Belitung, seluruhnya dari kebun-kebun rakyat yang melibatkan sekitar 10.000 keluarga petani.

Lada yang ditanam di Belitung diperkirakan berasal dari Lampung melalui Sumatera Selatan pada masa awal kedatangan Belanda, 300-400 tahun yang lalu. Hal ini terindikasi dari varietas tanaman lada yang berkembang di provinsi ini dengan nama Lampung Daun Lebar (LDL), Lampung Daun Kecil dan Jambi (Erianto,2020). Lada di Belitung Sebagian besar dihasilkan dari lima varietas lada yang banyak dibudidayakan petani, yaitu Lampung Daun Lebar (LDL), Lampung Daun Kecil (LDK), Chunuk, Merapin, dan Jambi.

Selain jenis tersebut kini masyarakat Belitung sedang mencoba varietas Nyelungkup yang merupakan jenis baru yang bari dilepas pada tahun2018 silam. Khusus untuk Bangka Belitung, jenis produk yang dihasilkan berupa lada putih atau dikenal dengan nama "Muntok White Pepper"

Provinsi kepulauan Bangka Belitung menjadi salah satu sentra produksi rempah-rempah berupa lada, karena daerah ini banyak mengembangkan potensi pertanian. Bahkan, lada yang dibuat dari daerah ini mencapai 50% dari seluruh rempah-rempah yang diproduksi di Indonesia. Jumlah total lada yang diproduksi di Indonesia adalah 82.000 ton. Dari jumlah tersebut, 41.000 ton dipasok oleh Provinsi Bangka Belitung.

Dikutip dari jurnaldesa.id, Menteri Desa, Pembangunan daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar menjadi pembicara kunci dalam Business Meeting Lada Belitong secara virtual, Kamis (2/9/2021). Acara ini kerjasama Kemendes PDTT, Bappenas dan Support For Local Investment Climates (NSLIC).

Menteri Halim Iskandar mengatakan, kegiatan ini merupakan upaya pembangunan untuk mengembangkan wilayah dengan keunggulan potensi daerah guna pertumbuhan ekonomi dan mengurangi kesenjangan. Tantangannya adalah bagaimana menyelesaikan permasalahan yang dihadapi para petani dan pembeli.

"Sebagian besar petani masih kesulitan memperoleh akses pasar, harga pasar tidak jelas, minimnya ketersediaan saprodi, logistik yang belum memadai, dan keterbatasan pengetahuan petani akan peningkatan kualitas produk," kata Menteri Halim Iskandar.

Di sisi lain, kata Menteri Halim Iskandar, pembeli menghadapi permasalahan, diantaranya akses ke bahan baku yang tidak efisien (harga tinggi), asal usul bahan baku tidak jelas, informasi panen dan kapasitas produksi juga tidak jelas, tidak ada jaminan kualitas, supply bahan baku yang tidak menentu, dan kasus penipuan.

Kabupaten Belitung sebagai salah satu penghasil lada terbesar juga menghadapi persoalan serupa. Dengan potensi 9.295 Ha lahan, Belitung mampu memproduksi 5,7 ton lada/tahun. Dengan itu bisa dipastikan bahwa menajadi petani lada merupakan salah satu mata pencaharian yang dilakukan masyarakat Belitung.

Namun, kata Doktor Honoris Causa dari UNY ini, sampai sekarang lada masih dijual secara gelondongan dengan harga fluktuatif melalui tengkulak dan belum memiliki kepastian pasar setiap musimnya. Di sisi lain, lada mempunyai pasar cukup luas terutama sebagai bahan baku industri olahan.

Dikutip dari laman dinaskpp.belitung.go.id, baik pemerintah pusat maupun daerah telah berkomitmen untuk memberi perhatian terhadap perkembangan kegiatan budidaya lada yang ada di Kabupaten Belitung. Komitmen ini diwujudkan dengan menciptakan program-program yang membantu kegiatan budidaya lada oleh petani. Program bantuan pemerintah yang digelontorkan di Kabupaten Belitung cukup bervariasi Bik bantuan langsung maupun pelatihan. Program bantuan ini juga mencangkup seluruh tahapan budidaya, mulai dari penanaman, pemeliharaan serta pemanenan.

Menurut Indra (2018), rantai pemasaran lada putih di Kabupaten Belitung terdiri dari 5 tahap. Tahapan tersebut mulai dari petani, pengumpul tingkat desa, pengumpul tingkat kecamatan, pengumpul tingkat kabupaten, eksportir dan pengecer. Panjangnya rantai pemasaran ini juga memberi andil dalam menentukan harga lada putih yang diterima petani

Berdasarkan pemaparan diatas dapat dilihat betapa besar potensi perkebunan lada di Belitung. Pengembangan sangat diperlukan, ini menjadi tugas anak muda Belitung agar bisa terus meningkatkan perkebunan lada, sehingga membuat Belitung semakin maju.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun