Menapaki usia 63 tahun, Pertamina semakin mengukuhkan dirinya sebagai perusahaan energi yang terus melayani negeri. Perusahaan BUMN ini secara kontinyu terus meningkatkan kapasitas produksinya, sekaligus menambah jangkauan pelayanan hingga ke pelosok daerah.Â
Kemajuan itu tak lain adalah untuk melayani masyarakat Indonesia dengan lebih baik lagi. Dan menuju perusahaan kelas dunia, tentunya.
Jujur saja, sebagai awam, saya turut bangga menyaksikan perkembangan perusahaan negara ini. Apalagi prospek ke depannya, Pertamina akan menjadi produsen utama migas kita.
Saat ini, Pertamina memang baru mengelola 21 persen atau 41 blok migas nasional dari total 191 blok yang ada di Indonesia. Total Produksi minyaknya mencapai 305,86 ribu barel per hari (bph) atau setara 43 persen dari produksi nasional yang sebesar 710,19 ribu bph per September 2020.
Sementara itu, produksi gas Pertamina sebesar 34 persen dengan realisasi per September 2020 adalah 2.286 juta kaki kubik (MMscfd) dari total produksi nasional 6.732 MMscfd.
Namun, seiring dengan kembalinya pengelolaan Blok Rokan ke pangkuan kita, maka kapasitas produksi Pertamina diproyeksikan meningkat. Pertamina akan menguasai 70 persen produksi minyak nasional mulai Agustus 2021 nanti.
Ini artinya, Pertamina akan menjadi produsen mayoritas di dalam negeri. Maka tak salah bila pemerintah menaruh harapan besar bagi perusahaan BUMN ini. Pertamina diharapkan menjadi tulang punggung penyedia energi bagi negara kita.
Pemerintah sendiri manargetkan kapasitas produksi Pertamina bisa mencapai 1 juta barel per hari (bph) minyak dan gas 12 miliar standar kaki kubik (BSCFD) pada 2030.
Di sisi lain, meningkatnya produksi migas Pertamina itu diharapkan juga dapat mengurangi impor BBM. Sekarang rasio impor kita masih sebesar 41,67 persen, atau sebanyak 1,83 juta kl dari total kebutuhan BBM domestik sebesar 76,38 juta kl.
Namun rasio impor bahan bakar minyak (BBM) terhadap kebutuhan BBM di dalam negeri  itu diprediksi akan turun menjadi 29,69 persen pada 2024.