Kemudiaan, juga diikuti dengan program kendaraan listrik, konversi BBM ke gas atau biofuel pada pembangkit listrik, konversi BBM ke LPG untuk bahan bakar kapal nelayan, serta pengurangan secara bertahap pembangkit listrik tenaga diesel. Semua itu secara bertahap mengurangi impor BBM kita.
Berkurangnya impor minyak mentah dan BBM di atas seiring dengan meningkatnya produksi minyak Pertamina. Saat ini produksi minyak Pertamina mencapai 305,86 ribu barel per hari (bph) atau 43 persen dari produksi nasional yang sebesar 710,19 ribu bph.
Tapi setelah Blok Rokan dikelola mulai Agustus 2021 nanti, produksi Pertamina akan meningkat pesat. Terhitung Pertamina akan berkontribusi sebanyak 70 persen dari produksi migas nasional.
Ini artinya, Pertamina akan menjadi produsen mayoritas di dalam negeri. Maka tak salah jika BUMN Migas ini akan menjadi tumpuan pemerintah untuk mengejar target satu juta barel per hari (bph) dan gas 12 miliar standar kaki kubik (BSCFD) di 2030.
Indonesia merupakan negara yang kaya dengan sumber daya alam, termasuk diantaranya adalah minyak bumi dan gas. Sayangnya selama ini kekayaan alam itu banyak dikuasai asing, sehingga cita-cita para pendiri bangsa Indonesia untuk mandiri dan berdaulat di bidang energi belum terwujud.
Namun, perlahan tapi pasti cita-cita kemandirian itu mulai direalisasikan. Dimulai dari pengambilalihan beberapa blok migas oleh pemerintahan Presiden Joko Widodo, kemudian dilanjutkan dengan eksekusi lapangan oleh Pertamina.
Semoga harapan besar pada Pertamina ini bisa berbuah manis. Sangat ingin masyarakat Indonesia melihat minyak dan gas hasil bumi Indonesia dikelola oleh bangsa sendiri.
Mari gotong royong wujudkan kemandirian energi nasional.