Pandemi covid-19 begitu memukul Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia. Kelompok usaha yang identik dengan usaha rakyat ini mengalami gejala turunnya omzet, penurunan laba, hingga paling parah harus gulung tikar.
Berdasarkan survei Badan Pusat Statistik (BPS) pada Juli lalu, sebanyak 84% UMKM mengalami penurunan pendapatan.
Dari survei BPS tersebut juga terlihat sebanyak 59,8% UMKM masih beroperasi secara normal. Kemudian, 24% melakukan pengurangan kapasitas, 10,1% berhenti beroperasi, 5,4% bekerja dari rumah, dan 0,5% melebihi kapasitas.
Pukulan terhadap UMKM itu tentu saja berdampak besar pada perekonomian nasional. Sebab, pelaku UMKM merupakan salah satu penggerak perekonomian nasional.
Kontribusi usaha rakyat ini pada Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional cukup besar, yakni mencapai 60 persen.
Selain itu, UMKM juga menyerap 90 persen tenaga kerja lokal. Bahkan, 99 persen pelaku usaha di tanah air berjenis UMKM.Â
Oleh karena itu, tidak berlebihan jika sektor UMKM ini disebut sebagai motor perekonomian nasional. Bila kelompok ini ambruk, maka efek dominonya pasti akan sangat besar bagi kesejahteraan masyarakat.
Menghadapi itu, Presiden memberikan arahan agar terjadi sinergitas antara pemerintah dan BUMN dalam membantu pelaku UMKM. Hal itu untuk memastikan agar dapat bertahan di tengah pandemi ini.
Sejalan dengan itu, Pertamina sebagai salah satu perusahaan BUMN pun terus menjalin kemitraan dengan UMKM di berbagai daerah untuk memberikan dukungan agar usaha rakyat ini tetap tumbuh dan berkembang.
Misalnya, baru-baru ini, Pertamina MOR VIII bekerja sama dengan Kitong Bisa Enterprise (KBE) menjalankan program "UMKM Naik Kelas" bagi 220 UMKM di Papua dan Maluku.