Mohon tunggu...
KKN KELOMPOK 025 DESA LOJEJER
KKN KELOMPOK 025 DESA LOJEJER Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

Sosok unik yang diberi nafas kehidupan oleh Tuhan untuk selalu berusaha memanfaatkan segala kesempatan yang datang menghampiri. Menyukai hal baik yang berenergi positif dan yang lekat dengan seni maupun dunia aksara.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Solidaritas Penyandang Difabel dalam Kemandirian Ekonomi

11 November 2022   00:15 Diperbarui: 17 November 2022   09:48 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah itu beliau pulang dan kembali ke Bali lagi karena mendapatkan tawaran pekerjaan untuk menjahit sarung bantal dan sprei disana. Tetapi sesampainya disana yang dikerjakan ternyata adalah matras yang menurutnya sulit karena bahan yang digunakan tebal dan ukurannya besar. 

Walaupun begitu, Mas Iswanto tetap nekat menjahit matras tersebut demi mendapatkan upah untuk bisa makan disana. Akhirnya beliau berhasil menjahit 2 buah matras dan mendapatkan upah Rp 30.000. Tetapi upah tersebut ternyata tidak cukup untuk dirinya bisa makan.

Kemudian ia mengatakan ke juragannya untuk pulang kembali ke Jember, tetapi juragannya tidak memperbolehkannya pulang. Akhirnya uang makan tersebut ditalangi dahulu oleh juragannya dan beliau tidak jadi pulang dan terus bekerja disana. 

Dengan kejadian tersebut ia pun menjadi terbiasa menjahit matras tersebut dan akhirnya bisa. Dengan pengerjaannya yang lebih cepat, dalam satu hari Mas Iswanto bisa mendapatkan upah 200.000 dan apabila lembur bisa samapai 500.000. 

Berlangsungnya pekerjaan menjadi penjahit matras di Bali tersebut, tak lama setelah itu ada pandemi Covid-19 yang akhirnya mengharuskannya untuk pulang dan sampai sekarang tidak kembali lagi ke Bali dan memutuskan untuk bekerja di rumah dan menjahit homemade sendiri di rumah.

Bekal yang didapat dari pengalaman-pengalaman Mas Iswanto diatas merupakan pengalaman yang berharga yang bisa membuatnya survive sebagai seorang difabel tuna daksa yang berprofesi sebagai penjahit rumahan. Selain pengalaman-pengalaman yang telah beliau lalui tentunya juga ada dukungan dari orang tuanya yang memberikan kebebasan dalam menentukan keinginannya. 

Selain peran orang tua terdekat, bergabungnya beliau di komunitas Perpenca juga membawa manfaat yang baik bagi dirinya. Perpenca berperan besar membantu permasalahan para penyandang difabel Jember, terutama dalam mengawali karir maupun untuk memandirikan perekonomian mereka. 

PERPENCA sendiri juga memiliki grup WhatsApp yang bertujuan agar sesama penyandang difabel dapat saling berkomunikasi untuk mendekatkan diri antara satu dengan yang lain dan untuk saling bertukar informasi terkait pekerjaan ataupun pelatihan. 

Peran komunitas PERPENCA baginya sangatlah berpengaruh untuk menjalankan roda ekonominya sehari-hari. Informasi-informasi yang diterimanya dari teman-teman difabel yang tergabung dalam komunitas PERPENCA terkait dengan lowongan pekerjaan telah banyak membantu secara informasi lowongan pekerjaan dan juga relasi baru dengan teman-teman difabel lainnya. 

Dengan apa yang dirasakan oleh beliau yang tergabung di PERPENCA ini merupakan bukti adanya solidaritas antara anggota komunitas PERPENCA. Dengan demikian rasa kekeluargaan dan solidaritas satu sama lain dapat dirasakan oleh anggota yang ada di dalam Perpenca, termasuk Mas Iswanto sendiri.

Hal yang didapatkan ketika bergabung dengan komunitas PERPENCA bisa digambarkan melalui apa yang disebutkan oleh tokoh sosiologi yaitu Emile Durkheim dengan salah satu teorinya yang dikenal dengan 'solidaritas sosial'. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun