Mohon tunggu...
LychAnna
LychAnna Mohon Tunggu... Mahasiswa - Writer

Pecinta seni, kucing, leci, kopi hitam, dan menikmati waktu sendirian. Mencintai diri sendiri adalah proses panjang yang melelahkan juga menyenangkan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Angkringan Mas Pur, Pasang Surut UMKM yang Baru Dirintis di Kala Pandemi

29 Juni 2021   15:04 Diperbarui: 29 Juni 2021   21:55 660
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Angkringan Mas Pur (dokpri)

Pandemi Covid-19 belum tampak hilal kapan akan berhenti, bahkan semakin hari semakin tinggi angka pasien yang terpapar. Wabah yang terus menyerang Indonesia ini juga sudah menjadi momok bagi seluruh masyarakat. Ada banyak yang berhenti bekerja karena dipecat, bangkrut, dan sebagainya. Karena hal itu, banyak juga orang yang merintis usaha mikro demi bertahan hidup. Sama halnya dengan Mas Pur (22), yang merintis usaha angkringannya di kala pandemi Covid-19.

Bisingnya suara kendaraan dan klakson di jalan raya tampak tidak menghilangkan fokus tangan yang terus bergerak melayani pembeli. Pemuda yang kerap disapa Mas Pur itu tampak begitu lihai menggerakkan tangannya dari satu menu ke menu yang lain, meracik minuman, menerima dan memgembalikan uang untuk setiap pembeli yang datang ke usaha kecilnya. Dengan tetap mematuhi protokol kesehatan yang berlaku, angkringan tersebut tampak terus ramai, pelanggan datang silih berganti.

Mas Pur (dokpri)
Mas Pur (dokpri)

Usaha kecil yang baru dibangunnya di awal November 2020 itu cukup maju meski pandemi yang menyerang negeri ini tidak kian berhenti. Awalnya Mas Pur bekerja sebagai karyawan kontrak di sebuah pabrik daerah Cikarang. Dengan kemampuannya yang mumpuni, ia diberitahukan bahwa kontraknya akan terus diperpanjang. Namun karena protokol kesehatan yang berlaku, membuatnya yang tinggal di Jakarta sulit untuk bolak-balik Jakarta-Cikarang. "Atasan saya bilang katanya sabar dulu nanti pasti dipanggil lagi karena saya domisili Jakarta jadi saya dipanggilnya ditunda, tapi tidak ada kejelasan sampai sekarang yaudah saya buka usaha aja daripada lontang-lantung gaada kerjaan." Tutur Mas Pur.

Berdasarkan cerita Mas Pur, angkringan yang dibangunnya saat ini membuatnya lebih nyaman bekerja dibanding bekerja di perusahaan meskipun penghasilan yang didapat tidak sebesar gajinya ketika menjadi karyawan di perusahaan. "Penghasilannya emang ngga sebesar waktu di pabrik, tapi kalo punya usaha sendiri tuh emang yang paling enak karena kerja terikat kontrak tuh ngga bebas aja gitu." Ujarnya.

Mas Pur bercerita kalau awalnya hanya teman-teman nongkrongnya saja yang sering datang dan menjadi pelanggan setia di angkringan. Namun seiring berjalannya waktu, angkringan Mas Pur tersebut mulai menarik banyak pembeli yang berkunjung. Terlebih di malam minggu disaat kondisi jalan raya yang ramai, banyak juga pelanggan yang melipir sejenak untuk merasakan hangatnya jahe susu dan makanan lainnya.

Pemuda kelahiran 1999 itu juga menjelaskan meskipun kelihatannya angkringannya itu lancar-lancar saja, tapi tetap saja pasti selalu ada hambatan yang datang. "Karena saya kan angkringan bukanya malam ya, jadi kadang ada patroli satpol-pp gitu disuruh tutup. Aduh tapi mau bagaimana ya angkringan saya kan bukanya bada isya, masa sudah disuruh tutup jam 10 malam." Jelas Mas Pur. Untuk solusi dari permasalahan itu, Mas Pur pun menjelaskan akhirnya ia tidak menerima makan di tempat, melainkan pembeli hanya boleh take away saja.

Selain kesulitan karena angkringannya buka pada malam hari, ia juga kesulitan karena semakin hari pelanggan yang semakin sepi karena semakin banyak juga usaha kecil yang bermunculan belakangan ini. "Terkadang makanan sisa banyak banget. Kalo sate-satean gitu masih bisa taro kulkas buat besok diangetin gitu ya, tapi kalo nasi dan gorengan kan gabisa, jadi rugi saya. Akhirnya saya kurangin terus jumlahnya setiap hari biar ngga banyak sisa." Ucap Mas Pur menjelaskan.

Foto penulis di depan angkringan Mas Pur (dokpri)
Foto penulis di depan angkringan Mas Pur (dokpri)

"Saya juga baru pandemi ini sih buka usaha, tapi awal-awal tuh sehari bisa dapat Rp500.000, belakangan ini sehari paling hanya sekitar Rp200.000." Sambung Mas Pur. Meskipun dengan terus merosotnya omset kotor perhari, ia pun terus berusaha mempertahankan usahanya tersebut dengan cara terus berinovasi, memunculkan ide-ide untuk menu angkringannya. Mas Pur menjelaskan bahwa awalnya tidak ada sate-satean seperti sosis bakar, fishroll bakar, dsb, namun karena harus terus berinovasi jadinya ia pun menambah hal tersebut sebagai menu dan hasilnya pun memuaskan karena banyak pembeli yang suka. "Awalnya juga ngga ada nasi bakar, tapi sekarang ada dan Alhamdulillah nasi bakar yang paling laku, diantara menu angkringan ini, nasi bakar selalu paling cepat habis." Tutur Mas Pur. Ia juga mengatakan bahwa terkadang banyak pesanan nasi bakar yang datang, bisa mencapai 50 bungkus nasi bakar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun