Mohon tunggu...
Nia Mardiyani
Nia Mardiyani Mohon Tunggu... Freelancer - Just a Dandelionia

"Tiap tulisan pasti menemui pembacanya"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Melaung Namanya di Langit

12 April 2020   19:45 Diperbarui: 12 April 2020   19:45 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pinterest.com/Jeje N King

Berbincang mengenai eksistensi manusia di zaman sekarang ini, dimana orang-orang berambisi membangun popularitas melalui berbagai macam ekspresi. Asal penduduk bumi kenal siapa sosok kita, jalan tersebut dilalui. Popularitas itu dibangun dari yang menoreh prestasi hingga sensasi. Tengok bagaimana kondisi pertelvisian kita, orang-orang menempuh popularitas dari jalan manapun, atau tengok beranda media sosial yang dimiliki, betapa popularitas seolah menjadi tujuan tanpa henti.

Pada masa sebelum ini, ada sosok Uwais al-Qarni. Namanya melangit, begitu populer di sana, tapi bukan siapa-siapa sosoknya di bumi. Realiatas yang justru berbanding terbalik bila disandingkan dengan kondisi yang terjadi sekarang ini. Uwais hanyalah pemuda dengan kemiskinan melingkupi kehidupannya. Dia habiskan uang hasil menabung, lalu membeli seekor anak sapi untuk kemudian mendirikan kandang di puncak bukit. Setiap harinya, ia gendong anak sapi tersebut naik-turun bukit.

Pada saat itu, Uwais sesungguhnya sedang berusaha melatih tubuhnya. Ibunda yang renta lagi tidak bisa berjalan memiliki keinginan berhaji. Sebab itulah Uwais bersusah payah mewujudkan hasrat ibunda dengan cara memelihara anak sapi dalam gendongannya.

"Uwais gila!"

"Uwais telah gila!" begitu sekeliling memandang usahanya.

Penuh haru sang ibunda merasakan kelapangan hati anaknya, Uwais. Melatih tubuhnya dengan cara yang dianggap gila, sebagai persiapan menyambut keberangkatan keduanya ke Mekkah. Uwais gendong tubuh ibunya sepanjang perjalanan dari negeri Yaman menuju Mekkah, bakti yang membuat namanya dielu-elukan penduduk langit. Popularitas yang tidak sampai pada telinga penduduk bumi.

Bagaimanapun yang terjadi pada masa itu, sekarang ini eksistensi ada perlunya untuk dibangun. Membuat personal branding. Teknologi menjadi salah satu pembuka jalan, dimana mudahnya orang-orang unjuk gigi. Akses yang mudah itu menjadikan beberapa diantaranya menjadi produktif, sebagai penulis salah satunya.

Sesungguhnya, jikapun sosok Uwais tidak lagi ada di masa ini, kebaikan tetap mengalir dengan caranya masing-masing. Beberapa diantaranya memang populer karena karya, menginspirasi pembaca untuk lekat pada agama. Meski tidak akan pernah sama seperti sosok Uwais, penduduk bumi yang memahami dengan bijak kisahnya, menjadikannya suri tauladan dalam melalui proses hidupnya.

Bertebaranlah di muka bumi, menginspirasi dengan karya juga perilaku bersahaja. Menjadi jujur, itu yang paling utama. Jaga diri dengan baik ya, semoga sehat selalu... yang tetap aktivitas di luar, semoga terhindar dari segala penyakit.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun