Mohon tunggu...
Bayu Anggara
Bayu Anggara Mohon Tunggu... wiraswasta -

makaryo kanggo anak bojo

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Dua Gelas Kopi yang Mencerahkan

25 November 2012   14:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:41 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peristiwa ini aku alami di tahun 1987, hampir 25 tahun yang lalu. Adalah Almarhum Mbah Sugeng, sosok yang paling dihormati di lingkungan keluarga besarku ketika aku masih tinggal di suatu desa yang masih dalam wilayah Kabupaten Purbalingga. Beliau ini adalah adik dari mbah kakungku (mbah iringan). Suatu ketika aku masih duduk di bangku SMP kelas II. Aku mulai mengenal permainan kartu remi. Ternyata bermain kartu remi mengasyikan, apalagi kalau menjadi pemenang. Karena keasyikan permainan yang tadinya hanya iseng-iseng sedikit demi sedikit menjadi berbayar (judi). Pada waktu itu, bermodal Rp. 1,000,- (seribu rupiah) aku bisa mendapatkan 5 ribu hingga 10 ribu dari kemenangan main remi. Namun yang namanya permainan kadang kalah-kadang menang, dan seringnya begadang menjadi malas sekolah ahirnya aku jatuh sakit, thypus.  Dari sinilah kemudian orangtuaku mengetahui tabiat buruk selama ini, namun beliau tidak pernah menegur hanya setelah aku sembuh aku disuruh untuk main ke tempat Mbah Sugeng, mengantarkan rokok filter berjumlah 16 batang kesukaan Mbah Sugeng.

Singkat cerita setelah menghaturkan rokok filter klangenan beliau mulailah aku ditanya tentang kesehatan, udah sekolah lagi apa belum, dll. Hingga suatu ketika Mbah Sugeng menyuruh Mbah Putri untuk membuatkan kopi 2 gelas, dan tidak lama terhidang di meja. Setelah bersendau gurau ahirnya Mbah Sugeng berkata:

“Ayo ngger..diminum kopinya” Mbah Sugeng menyuruhku

“Apa nggak papa mbah…saya kan baru sembuh” Aku agak ragu.

“Tidak ngger…kan cuma sedikit, anggap saja latihan setelah sembuh dari sakit” Mbah Sugeng meyakinkan.

Aku nyruput setuguk…..kurasakan pahitnya minta ampun…bathinku apa nggak salah neh Mbah Sugeng Putri membuatnya….dan nampaknya Mbah Sugeng tahu ekspresiku.

“Rasanya bagaimana, ngger..?”

“Agak pahit apa ya mbah?”

“He..he.. (Mbah sugeng tertawa kecil), itu memang kopi pahit, tanpa dicampur gula sedikitpun..”

Aku mulai bingung, kok malah Mbah Sugeng seperti sengaja membuatnya.

“Nah…sekarang kamu minum satunya”

Nggih Mbah…..” Aku jawab sambil meraih tangkai gelas dan menyruputnya……seger….manisnya pas banget…..

“Hmm…sekarang kamu sudah bisa merasakan, 2 gelas ini satu pahit satu manis. Kira-kira kamu tahu apa maknanya?” Mbah sugeng bertanya kepadaku.

“Jelas itu karena yang pahit tanpa gula, sedang yang manis pasti dicampur dengan gula” Jawabku polos.

“Itu benar, tapi bukan jawaban itu yang aku harapakan…” Mbah Sugeng berkata kembali.

Nuwun sewu Mbah, saya kok tidak mengerti maksudnya” Aku jujur menjawab.

Sambil menghembuskan asap rokok klangenannya Mbah Sugeng mulai berbicara dengan mimik yang lebih serius.

Ngger... Ibaratnya mbahmu ini sudah lebih lama hidup di dunia ini, pernah mengalami bermacam keadaan, peristiwa dalam kehidupan dari dulu hingga sekarang. Yang namanya orang hidup bersama, berteman dan bergaul, harus bisa membawa diri. Apa sebabnya? Ya itu tadi…manusia tidak akan bisa hidup sendiri, suatu saat pasti butuh orang lain. Itu yang prinsip. Selain itu didalam hidup bersama hendaknya kamu bisa memilih dan memilah sesuatu, sebab semuanya mempunyai resiko sendiri-sendiri..”

Aku mulai membaca arah pembicaraan Mbah Sugeng, secara waktu itu masih kecil, namun aku mulai merasakan, ini tentu ada hubungannya dengan tabiatku selama ini.

“Simbahmu sedang tidak melarang engkau bergaul dengan siapa, akan tetapi hendaknya kamu mengerti, kamu masih punya orangtua, saudara dan orang-orag yang mengasihimu…jadi meskipun kamu berjalan seorang diri, tanpa sadar di pundakmu ada nama yang harus kau jaga. Lihatlah….sewaktu kamu sakit kemaren siapa yang menunggui siang malam? Siapa yang merawatmu? Itu semua adalah tanda ada yang masih peduli dan mengasihimu.

Aku tertunduk membisu, flash back sejenak pada peristiwa yang lalu. Rasa bersalah menjalar memenuhi rongga dadaku. Suasana hening sejenak, nampaknya Mbah Sugeng sengaja membiarkannya seperti itu, mungkin untuk memberikan kesempatan kepadaku mencerna setiap kalimat yang terlontar dari mulutnya.

“Ngger…Kopi yang kau sruput tadi ada pahit, ada juga yang manis. Sengaja simbah membuat dua, supaya kamu bisa merasakan bahwa dalam hidup ini selalu ada 2 sisi, antara pahit dan manis, susah dan senang, baik dan buruk. Simbah melihat, masa depanmu masihlah sangat panjang…banyak yang harus kau gapai, karenanya sebagai orangtua selayaknya ngelingake…supaya kamu tetap berjalan sesuai jalur dan norma yang benar.” Suara datarnya kembali terucap dan kucoba tangkap intisarinya, secara perlahan-lahan.

“Dan yang yang paling penting ngger….kamu bisa mengatakan kopi yang disruput pertama berasa pahit mengapa…..? karena kamu pernah merasakan kopi yang manis sebelumnya, entah kapan. Sama saja, kamu bisa mengatakan kopi yang kedua berasa manis, karena sebelumnya kamu pernah merasakan kopi yang pahit. Bukankan begitu? Cobalah yang terahir ini kamu renungkan, niscaya kamu akan mengerti apa yang simbah maksud..”

Aku kembali lagi terdiam, merenungi dan mencoba memahami wejangan yang terahir. Hingga ahirnya aku dapat merasakan, sepahit apapun, pengalaman akan berharga dikemudian hari, jika kita sadar diri dan tentu tidak mengulanginya lagi. Dan semanis apapun apa yang telah kita gapai, jika tidak dilambari dengan kesadaran diri bisa membuat kita lupa, jatuh dalam kegetiran.   Demikianlah….., ternyata dua gelas kopi mampu memberikan pencerahan tentang hidup. Pelajaran berharga yang tidak bisa di dapat di bangku sekolah, seusia saya waktu itu.

Purbalingga..…adem hawane, bening banyune.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun