Mohon tunggu...
Zulkifli SPdI
Zulkifli SPdI Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Arab MAN 3 Solok

Hidup akan benilai dengan amal, manusia akan berharga dengan kemanfaatannya bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kala Burung Ikut Sekolah

18 Maret 2020   09:28 Diperbarui: 18 Maret 2020   09:40 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekolah merupakan tempat dan sarana pembelajaran formal. Peserta didiknya, ya anak-anak manusia. Pendidiknya, ya manusia juga. Bukan robot apalagi alien. Proses pendidikan di sekolah tentu saja harus dilakukan secara manusiawi. Tidak zamannya lagi mengajar menggunakan senjata potongan rotan yang diserahkan orang tua ketika menyerahkan anak mengaji ke surau dulu. Bahkan ada meme yang beredar di medsos yang menggambarkan sosok guru mengajar sambil menenteng senjata dan pentungan kayu. Ya, seperti mau ronda malam saja.

Selain itu, ada sebuah pemandangan unik yang sering kita temui di sekolah. Yaitu adanya beberapa ekor burung yang saban hari datang ke sekolah itu. Masuk ke dalam kelas, bahkan ke ruang majelis guru, laboratorium dan sebagainya. Burung-burung itu juga terkadang ikut memperhatikan guru menjelaskan materi dari atas  pintu angin atau jendela kelas. Tetapi pernahkah burung-burung itu menjadi manusia sebagai mana tujuan pendidikan itu? Atau penahkah burung-burung itu bertingkah seperti manusia?

Tentu saja hal itu tidak akan pernah terjadi. Yang namanya burung, sampai kiamatpun tetap jadi burung. Walaupun saban hari dia pergi ke sekolah dan ikut mengamati jalannya proses belajar mengajar.

Lha.. .Jadi maksudnya apa ya?

Nah, coba kita perhatikan! Kan ada banyak anak-anak manusia yang setiap harinya pergi ke sekolah. Tetapi, sudahkah mereka benar-benar menjadi manusia seperti tujuan pendidikan itu? Atau mereka hanyalah makhluk yang berwujud manusia tetapi tingkah lakunya sama saja seperti burung-burung tadi?

Marilah kita renungkan dengan kepala dingin dan hati yang teduh. Jangan dulu terburu emosi. Baik kita sebagai seorang tenaga kependidikan ataupun sebagai orang tua. Karena faktanya, semakin hari justeru akhlak anak-anak kita semakin bobrok. Betapa banyak anak yang tidak lagi menghormati dan patuh kepada orang tuanya sendiri, walaupun mereka sudah menempuh pendidikan formal sampai ke tingkat menengah bahkan tinggi. 

Tak jarang kita lihat kejadian anak yang membunuh orang tuanya. Bahkan terabaru seorang remaja yang membunuh seorang balita. Betapa banyak pelajar yang terlibat narkoba. Betapa banyak pula yang terlibat kasus pencurian, copet, begal dan sejenisnya.  

Di sepanjang jalan raya pun kita sering menyaksikan sendiri, para pelajar yang pergi dan pulang ke sekolah menggunakan kendaraan tanpa memperhatikan aturan dan tata tertib yang berlaku. Mereka berkendara dengan seenaknya saja. Tanpa menghiraukan keselamatan diri dan orang lain.

Begitu juga ketika bermedia sosial. Sering kita temukan postingan seorang pelajar terdidik yang tidak lagi menjaga etika dan kesopanan. Bahkan caranya berkomunikasi tak lagi menunjukkan bahwa dia adalah seorang yang terpelajar.

Apakah pendidikan karakter itu hanya menjadi jargon dalam kurikulum saja? Sementara itu, di sisi lain kesuksesan pelajar justeru diukur dengan angka-angka yang diperoleh setelah menjawab rangkaian tes yang diberikan.

Jadi, mau dibawa kemana anak-anak kita ini? Sebagai orang tua, kita tentu saja tidak bisa berlepas tangan setelah menyerahkan pendidikan anak ke sekolah. Ingatlah, sebagian besar waktu si anak dihabiskannya di rumah atau di lingkungannya. Begitu juga dengan para guru. Di pundak mereka tertompang harapan yang sangat besar dari orang tua, agar anak-anaknya benar-benar jadi manusia seutuhnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun