Mohon tunggu...
Zulkifli SPdI
Zulkifli SPdI Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Arab MAN 3 Solok

Hidup akan benilai dengan amal, manusia akan berharga dengan kemanfaatannya bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gadget, Antara Musuh dan Sahabat Pembelajaran

5 Maret 2020   17:05 Diperbarui: 5 Maret 2020   17:04 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Gadget (gawai) merupakan salah satu alat komunikasi yang multi fungsi. Tidak hanya sebagai alat komunikasi, bahkan alat ini bisa juga digunakan sebagai alat navigasi.  Begitu juga halnya dalam sebuah pembelajaran formal di sekolah. Gadget sudah mulai digunakan sebagai salah satu alat dan media pembelajaran. Walapun di beberapa sekolah, masih menganggapnya sebagai musuh. Sehingga siswa dilarang dengan ketat untuk membawa dan mengoperasikan gadget mereka di sekolah.

Penulis teringat dengan sebuah ungkapan lama : "Kalau takut anak tercebur ke kolam, maka pagari kolam itu". Inilah yang membuat orang tua mengekang dan membatasi kebebasan anaknya untuk berinteraksi dengan orang lain. Hal ini sudah berlangsung sangat lama tentunya. Namun, sekarang ungkapan itu sudah kurang relevan lagi.

Coba bayangkan kalau kita punya rumah di tepi danau. Apakah mungkin danau itu akan dipagari? Atau rumah yang akan dipagari sekelilingnya? Bagaimana kalau rumah kita di tepi pantai? Jelas saja tidak mungkin untuk memagari pantai yang tak berujung itu.

Maka ungkapan yang lebih relevan sekarang itu adalah : "Kalau takut anak tercebur ke kolam, maka ajari dia berenang." Dengan mengajarinya berenang, maka seandainya dia tercebur sekalipun, dia akan berenang dan tidak langsung tenggelam.

Artinya, ketika kita mengkhawatirkan anak-anak kita terpengaruh dengan dampak negatif gadget itu, maka kita tidak perlu mengekangnya sedemikian rupa. Tetapi ajarkanlah mereka bagaimana menggunakan gadget itu secara baik dan untuk tujuan positif tentunya. Kita harus berusaha mendidik mereka sesuai dengan zamannya, bahkan sesuai dengan zaman yang mereka akan hidup di sana pada masa yang akan datang.

Sebagai contoh saja, dulu waktu Penulis masih di tingkat SMA di tahun 2000-an, belum ada pembelajaran tentang komputer. Bahkan handphone saja masih sangat langka. Coba kita bandingkan dengan sekarang di tahun 2020 ini. Jangankan komputer, laptop dan handphone, sekarang kita sudah tidak asing smartphone. Sesuai dengan namanya, alat ini sangat smart (pintar) sekali. Sepuluh tahun atau dua puluh tahun yang akan datang, mungkin saja kita akan melihat alat-alat yang bisa disentuh dengan perantaraan cahaya saja seperti di film-film fiksi ilmiah.

Sehingga, ketika kita sebagai orang tua maupun pendidik mesti ikut mengajarkan bagaimana memanfaatkan gadget tersebut untuk keperluan pendidikan. Kalau dahulu kita menggunakan kamus bahasa asing yang sangat tebal dan berat, maka sekarang mereka sudah bisa membukanya melalui aplikasi kamus di gadgetnya.

Bila kita dahulu ribet membawa berbagai macam buku di dalam tas sekolah, sekarang sudah banyak tersedia buku-buku elektronik yang super ringan. Bila mereka ingin menjelajahi dunia pengetahuan, maka mereka tinggal memainkan jari-jarinya di layar sentuh gadgetnya tersebut. Bahkan sekarang ujian pun bisa dilaksanakan dengan menggunakan gadget. Seperti yang telah dilakukan di beberapa sekolah di negeri kita ini.

Walaupun memang di sisi lain ada juga sisi negatif dari gadget itu. Tak sedikit pelajar yang menjadi korban kejahatan berawal dari perkenalan dengan orang lain melalui gadget itu. Di dalam proses belajar mengajar pun masih ada siswa yang menyalahgunakannya untuk bermain-main. Ibaratnya mereka seperti anak yang di depan rumahnya ada danau, sementara dia tidak bisa berenang. Tentu saja dia akan tenggelam ke dalamnya.

Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah kebijakan yang tidak hanya mengekang peserta didik dalam menggunakan gadget, tetapi juga menuntun mereka agar mampu mempergunakannya dengan baik sebagaimana tujuan awal gadget itu diciptakan.

Yaitu untuk mempermudah berbagai aktifitas kita di dunia ini, termasuk dunia pendidikan. Bila kita bersikap terlalu anti dengan gadget, maka mereka tentu akan sulit bersaing di masa depan. Sedangkan bila terlalu bebas digunakan, tentu saja dampak negatifnya juga sangat besar dan dapat merusak masa depan mereka sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun