Mohon tunggu...
Zulkifli SPdI
Zulkifli SPdI Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Arab MAN 3 Solok

Hidup akan benilai dengan amal, manusia akan berharga dengan kemanfaatannya bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Sampah, Masalah Buat Lo?

28 Februari 2020   08:17 Diperbarui: 28 Februari 2020   11:14 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sampah merupakan sebuah persoalan yang tak pernah usai dan usang untuk dibicarakan. Jelas saja, karena setiap hari kita memproduksinya. Baik dengan sengaja ataupun tidak sengaja. Bahkan di beberapa kota besar, anggaran yang digunakan untuk pengelolaan sampah itu bisa mencapai milyaran rupiah. "Wow... Amazing, kan?". Kalau uang sebanyak itu dibelikan kepada Cindua, tentu saja kita bisa berenang di dalamnya. 

Sampah itu, secara sederhana seperti secuil kulit cabe merah yang menempel di sela-sela gigi putih kita. Walaupun hanya sedikit, bisa saja meruntuhkan kepercayaan diri bila dilihat oleh orang lain. Senyum yang tadinya tersungging indah, berubah menjadi manyun. "Stop! Lampu merah hiduik!". Auto malu dech...

Lalu, ketika kita melihat sampah berwarna merah di antara hijaunya rerumputan di halaman sekolah, apakah kita merasa malu seperti ada cabe di sela gigi tadi? Apakah hati kita tergerak untuk sekedar mengutip dan membuangnya ke tempat yang semestinya? Atau cuek-cuek bebek saja? "Ahhh... peduli amat ! Amat aja gak peduli!". Atau masa bodoh aja, karena bukan kita yang membuangnya di situ?

Bagaimana halnya kalau kita menemukan selembar uang kertas berwarna merah bertuliskan angka Rp.100000 di antara rerumputan hijau itu? Hmm... tanpa disuruh pun, pasti kita akan mengutipnya dan berharap tidak ada orang lain yang melihat kita sedang mengutipnya. Lalu, kenapa kalau melihat kertas yang tidak bernilai seperti uang kita hanya diam saja?

"So, masalah buat lo?"

 "Ya iya lah, Bro!"

Coba ketika kamu pergi ke sekolah lain yang bersih dan bebas dari sampah yang bertebaran, pasti kamu akan senang memandangnya. Sebaliknya, coba kamu bayangkan ketika ada tamu datang ke sekolahmu, sementara sampah menyeruak dimana-mana! "Malu ga' tuh!" Kalau tidak ada rasa malu, mungkin urat malunya yang sudah putus atau error. 

Jadi, sampah itu adalah musuh kita bersama. Jika setiap individu mampu menahan dirinya untuk tidak membuang sampah di sembarang tempat, maka lingkungan akan selamat. 

Jika setiap orang mau dan mampu mengendalikan peredaran sampah di sekitarnya, maka sampah akan bisa ditakhlukkan. Tetapi jika tak ada lagi jiwa peduli terhadap sampah, maka apa bedanya kita dengan orang-orang yang tak mengenyam pendidikan formal sampai setinggi ini? 

Ingatlah, bahwa kebersihan itu bagian dari iman. Artinya, ketika kita tidak mau menjaga kebersihan lingkungan sekolah ini dari sampah, maka itu sudah pertanda imam kita sudah mulai lowbatt, yang harus di-charge agar nanti tidak bocor. 

Rasa kepedulian terhadap lingkungan itu harus selalu di-update dan di-upgrade agar tidak menjadi hang atau error berkepanjangan. Karena kita hidup tidak terpisah dengan lingkungan. Sayangi lingkunganmu dengan peduli terhadap sampah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun