Mohon tunggu...
Zulkifli SPdI
Zulkifli SPdI Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Arab MAN 3 Solok

Hidup akan benilai dengan amal, manusia akan berharga dengan kemanfaatannya bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Banjir Sejuta Makna

20 Februari 2020   13:29 Diperbarui: 20 Februari 2020   13:24 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Tahun 2020 ini diawali dengan beraneka ragam bencana. Salah satunya banjir yang melanda negeri di tengah khatulistiwa ini. Walaupun sebenarnya bencana banjir bukan hanya terjadi di awal tahun ini saja. sebelumnya beberapa daerah di negeri ini juga sering disapa banjir. Hanya saja banjir di awal tahun ini punya berjuta makna baik bagi mereka yang terdampak langsung, maupun bagi mereka yang hanya menyaksikan bencana itu lewat berbagai media elektronik maupun cetak.

Mereka yang mengalaminya secara langsung, memandang banjir sebagai musibah, ujian atau bahkan sebuah azab. Sementara itu bagi yang tidak terdampak langsung bisa mengambil hikmah atau pelajaran di balik peristiwa banjir itu.

Di antara makna dari banjir itu adalah :

Pertama, Banjir itu adalah suatu musibah yang disebabkan oleh berbagai macam faktor. Mulai dari faktor alam, sampai faktor manusianya yang tidak lagi bersahabat dengan alam. 

Daerah yang awalnya adalah aliran sungai, sekarang disulap menjadi pemukiman padat. Alhasil, ketika air itu ingin lewat di tempat dia biasa mengalir dan terhalang oleh berbagai bangunan tersebut, maka dia pun mengamuk sejadi-jadinya dengan menghanyutkan dan merendam apa saja yang bisa diraihnya. 

Belum lagi daerah yang dulunya adalah rawa-rawa kemudian ditimbun sedemikian rupa kemudian dibangun beraneka bangunan di atasnya. Sehingga ketika musim hujan datang, maka air akan mencari-cari jalannya sendiri sebelum akhirnya bisa kembali ke dalam tanah atau bermuara ke lautan lepas.

Kedua, banjir mengingatkan dan menyadarkan kita betapa harta benda menjadi tak berguna dan tak bisa menolong kita. Lihatlah betapa banyaknya mobil-mobil mewah yang hanyut begitu saja beriringan dengan sampah kaleng-kaleng dan plastik lainnya. Rumah-rumah dan gedung mewah pun tak berdaya melawan derasnya arus banjir. Semua itu karena kita terlalu sibuk mengurus harta benda kita, sementara kita lupa bahwa kita hidup di alam yang tidak hanya kita sendiri sebagai penghuninya. Di sana ada makhluk-makhluk lain yang juga butuh tempat termasuk air tentunya.

Ketiga, ada sekelompok orang yang kemudian menggunakan banjir untuk mencela dan menyumpah-serapahi pemimpin yang kebetulan tidak disukainya. Padahal sikap mencari kambing hitam dalam menghadapi sebuah musibah bukanlah jalan terbaik untuk menghadapi musibah tersebut. 

Hal ini jelas nampak terbalik ketika bencana banjir yang lebih kurang sama parahnya terjadi di era kepemimpinan yang mereka dukung sebelumnya. Mareka sepertinya mau menerima banjir sebagai sebuah bencana yang bisa terjadi kapan dan dimana saja tanpa melihat siapapun pemimpinnya. Inilah yang dikatakan pepatah : "bak menangguk di air keruh". Bukannya berperan aktif dalam mengatasi dampak banjir tersebut, malah mencari panggung di atas lautan banjir.

Keempat, salah satu penyebab banjir adalah karena adanya undangan. Walaupun terkadang banjir juga bisa datang walaupun tidak diundang. Hal-hal yang mengundang banjir misalnya perilaku sebagian orang yang seenaknya membuang sampah di sembarang tempat termasuk ke sungai, selokan atau semisalnya. 

Di samping itu, pesatnya laju pembangunan juga ikut andil mengundang banjir. karena ingin membangun sebuah kawasan, maka pepohannya ditebang, daerah resapan air dikeringkan dan ditimbun, daerah rawa pun tak luput dari pembangunan. Hampir sebagaian besar tanah sudah ditutupi dengan beton dan juga aspal. Daerah persawahan ditanami gedung-gedung bertingkat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun