Mohon tunggu...
Zulkifli SPdI
Zulkifli SPdI Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Arab MAN 3 Solok

Hidup akan benilai dengan amal, manusia akan berharga dengan kemanfaatannya bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Musim Cerai, Sepenggal Kisah di Warung Kopi Mak Sutan

29 Januari 2020   08:40 Diperbarui: 29 Januari 2020   08:43 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi itu suasana di warung kopi Mak Sutan terlihat agak sepi dari biasanya. Tampak hanya ada beberapa orang yang sudah booking tempat duduknya di pojok-pojok ruang berukuran 2 x 5 meter itu. Mungkin karena hari masih gelap. Hal itu terjadi lantaran Sang Mentari agak terbit kesiangan. 

Waktu subuh saja, masuknya sudah lewat jam 5. Sehingga walaupun jam tua di dinding warung Mak Sutan sudah menunjukkan jam enam kurang, tetapi suasana di sekitarnya masih gelap-gulita. Ditambah pula dinginnya cuaca subuh itu lantaran embun putih yang tidak mau segera beranjak dan terus menyelemuti kampung Mak Sutan.

"Oooiiii... Mak Sutan! Kopi sakarek dih!" Seru Mak Pono dari depan pintu warung memecahkan suasana hening di subuh itu.

"Ondeh... Mak Pono rupanya. Duduaklah dulu, Mak!" Jawab Mak Sutan dari balik kaca etalase warung kopinya.

"Ntahlah, pesan kopinya cuma setengah, tapi suaranya mengelegar seperti petir di subuh kelam". Sambung Mak Itam dari sudut sebelah kanan.

 "Kenapa warungnya masih sepi, Mak Pono? Apa karena sekarang musim cerai ya?" Mak Pono mencoba membuka obrolan warung kopi pagi itu.

"Emangnya cerai itu nama buah-buahan apa? Kok pakai musiman segala" Sahut Mak Itam agak terperangah.

"Justeru itulah Mak Itam, kalau banyak yang kawin, kita menyebutnya musim kawin. Nah, sekarang banyak yang buru-buru cerai karena berbagai hal. Kan musim cerai namanya?" Jawab Mak Pono sekenanya

"Ehm...ehm... Assalamu'alaikum!" Tiba-tiba terdengar suara yang tidak asing mengucapkan salam ketika memasuki warung kopi itu. Semua mata tertuju pada sosok pria paruh baya dengan pakaian khasnya. Dia adalah Angku Kali di kampung itu.

"Wa'alaikumussalam... Silahkan masuk, Angku". Jawab Mak Pono yang kebetulan duduk di kursi paling dekat dengan pintu.

"Saya sudah mendengar perbincangan Mak Pono dengan Mak Itam tadi. Tapi sebaiknya kita tidak menjadikan cerai itu sebagai bahan candaan. Ingat, cerai itu adalah perkara halal yang sangat dibenci oleh Allah SWT". Angku Kali memberikan tanggapannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun