Mohon tunggu...
FF Butre
FF Butre Mohon Tunggu... profesional -

...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Pasangan Pendidik

13 Mei 2011   06:54 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:46 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Secuplik dari Buku "Perjalanan Jauh, Kisah Perjuangan Sepasang Pejuang"

Judul : Perjalanan Jauh, Kisah Perjuangan Sepasang Pejuang
Penulis : M. Ali Chanafiah dan Salmiah Chanafiah (Pane)
Penerbit : Penerbit Buku Ultimus
Tahun : 2010

Membaca judul dan mengamati sampul depan buku ini, terasa ada ada nuansa petualangan yang tak biasa dari isinya. "Perjalanan Jauh", diimbuhi "Kisah Kehidupan Sepasang Pejuang" meresonansikan getaran tertentu yang sulit untuk dijabarkan. Asing namun menggugah rasa ingin tahu. Jalan setapak yang dipagarpayungi oleh pepohonan dengan ranting-rantingnya dan ujung jalan berupa cakrawala luas sebagai gambar sampul memperkuat impresi awal saya.

Apa relevansi perjalanan jauh dan kehidupan sepasang pejuang yang menuturkan kisah mereka dalam buku ini? Tanya itu yang menggelayuti saya seketika mengamati buku ini. Melalui penuturan sederhana yang terasa jujur dalam buku ini, tanpa terasa buku setebal 462 halaman ini terbacai tanpa terputus. Narasi buku yang ditulis dari sudut pandang sepasang eyang dan ompung ini membuat saya merasa seperti seorang cucu yang duduk di hadapan kakek dan nenek, dan didongengi kisah hidup dengan segala aspek di dalamnya.

Sebuah biografi apalagi otobiografi takkan bisa terlepas dari subjektivitas penulisnya. Tentu saja. Namun biografi atau pun otobiografi menawarkan sebuah perspektif pribadi penulisnya terhadap diri, lingkungan dan dunianya. Dan otobiografi di tangan saya ini adalah kisah kehidupan dari sepasang manusia yang melewati zaman pergerakan nasional menuju kemerdekaan, sekitar proklamasi, pasca kemerdekaan, hingga mengalami status stateless nun jauh di ujung utara bumi, jauh dari tanah kelahiran. Buku ini akan membawa kita ke Bengkulu, Jogjakarta, Surabaya, Jakarta, Palembang, hingga ke Moskow dan berlanjut ke Stockholm, Swedia. Bukan saja dalam artian jarak, "Perjalanan Jauh" juga melingkupi suasana batin penulis pada setiap peristiwa yang dilaluinya. Sekali lagi dengan penuturan yang sederhana, jelas, dan lugas..."

***

Cuplikan di atas adalah bagian awal dari resensi saya terhadap buku "Perjalanan Jauh, Kisah Kehidupan Sepasang Pejuang" yang ditulis oleh M. Ali Chanafiah dan Salmiah Chanafiah (Pane). Tulisan ini tanpa mengurangi keseluruhan isi buku tersebut, ingin menitikberatkan pada aktivitas kedua pejuang ini dalam dunia pendidikan. Pada kesempatan lain, saya telah menuliskan tinjauan menyeluruh terhadap buku "Perjalanan Jauh".

Siapakah sepasang suami istri ini? M. Ali Chanafiah adalah seorang pejuang yang malang melintang dalam masa pergerakan nasional menuju kemerdekaan, pernah menjadi anggota Konstituante, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPRGR), dan pada tahun 1964 diangkat menjadi Duta Besar Republik Indonesia untuk Srilanka. Salmiah adalah seorang aktivis perempuan yang banyak berkecimpung dalam dunia pendidikan, begitu pula suaminya. Tak heran, mereka berdua adalah lulusan Taman Siswa Jogjakarta yang didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara. Sebelum mereka berdua mendirikan Taman Siswa di Bengkulu pada masa pendudukan Belanda pada tahun akhir 1930-an, Salmiah adalah guru di Taman Siswa Sukabumi, sedang Ali Chanafiah menjadi anggota redaksi surat kabar Indonesia Berdjoeang di Surabaya.

Pergolakan politik Indonesia pada tahun 1965, membuat mereka menjadi manusia stateless hingga akhir hayat. Sebagai Duta Besar RI di Srilanka yang diangkat oleh Soekarno pada tahun 1964, Ali dan Salmiah terimbas dampaknya. Mereka tak bisa pulang ke tanah air, dan harus meneruskan hidup sebagai pelarian politik di Moscow hingga tahun 1983. Perjalanan jauh ternyata belum berakhir, keinginan untuk pulang ke tanah air pada tahun 1983, hanya bisa mencapai Singapura. "Perjalanan Jauh" kembali mereka lanjutkan dengan bermukim di Stockholm, Swedia, setelah melalui proses menegangkan karena izin tinggal mereka di Uni Soviet tak bisa diperpanjang.

Keinginan mereka untuk menghabiskan masa tua di tanah air hanya menjadi angan-angan. Beruntunglah, keinginan mereka untuk tinggal abadi dengan dimakamkan di tanah air tercapai. Tahun 2002, Salmiah yang merupakan adik dari sastrawan Armjn dan Sanusi Pane berpulang dan disemayamkan di Tonjong, Bogor. Kepergian "kekasih, sahabat dan teman seperjuangan"-nya-demikian ia menggambarkan istrinya-akhirnya diikuti oleh Ali Chanafiah pada tahun 2007. Ia dikebumikan di samping makam istrinya.

***

Pasangan suami istri ini dipertemukan saat menempuh pendidikan di Taman Siswa Jogjakarta. Walaupun berada dalam satu lembaga pendidikan, keduanya tak kerap bertemu muka. Pertemuan yang jarang tertutupi dengan korespondensi antara Ali dan Salmiah. Surat-surat itu mewakili gejolak pikiran dan gagasan mereka. Korespondensi itu pulalah yang menautkan hati mereka. Di halaman 66, Ompung (Salmiah Chanafiah) menuliskan sebagai berikut mengenai korespondensi mereka:

"Makin lama makin terungkaplah bahwa kami (Ali dan Salmiah-pen) mempunyai aspirasi dan kesenangan yang bersamaan dan cita-cita yang sama. Surat menyurat sudah kami rasakan sebagai kebutuhan pokok dalam kehidupan kami sebagai pemuda pejuang. Semua hal dituangkan dan dibicarakan dalam surat. Bertambah lama bertambah asyik..."

Pada beberapa bab dalam buku ini, kita akan menemukan pengalaman dan aktivitas kedua tokoh ini saat menempuh pendidikan di Taman Siswa. Bukan sekedar itu, pada bab-bab tersebut, baik Ali Chafiah dan Salmiah juga menggambarkan suasana dan metode pembelajaran di Taman Siswa. Di halaman 30, Ali Chanafiah menuturkan:

"Pada zaman itu Taman Siswa mempunyai Taman Indrya, tandingan Frobelschool, Taman Anak dan Taman Muda-masing-masing tiga tahun, sebagai tandingan HIS, Taman Dewasa sebagai tandingan MULO. Taman Siswa mempunyai pula Taman Guru"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun