Sebut saja namanya pak Saidul, seorang saudagar kaya yang selama ini cukup peduli terhadap masalah ekonomi masyarakat kelas bawah. Setiap tahun, ia selalu berkurban dan membagikan daging kurbannya kepada orang-orang yang berhak menerimanya.
Tak tanggung-tanggung, hewan yang dikurbankan tidak kurang dari 10 ekor sapi dan 10 domba setiap tahunnya. Disebar ke beberapa titik lokasi penyembelihan supaya memudahkan proses pendistribusian daging kurbannya nanti.
Menariknya, seluruh hewan kurban pak Saidul dibeli dari peternak lokal yang sudah langganan dengan harga normal sebagaimana di pasaran. Tidak hanya hewan, pak Saidul ternyata juga membeli pakan dan membayar jasa pengantaran kepada para peternak tersebut.
Orang-orang awalnya mengira pak Saidul adalah orang yang kelebihan uang lalu bingung cara menghabiskannya. Nyatanya, selain niat kurban, beliau juga berniat membantu meningkatkan perekonomian para peternak lokal di desa-desa.
Ibadah Kurban Multimanfaat  Â
Idul Adha bagi sebagian orang masih dianggap sebagai ritual ibadah tahunan belaka. Padahal, di dalamnya terkandung banyak dimensi seperti sosial, pendidikan, kebudayaan, pelestarian alam, politik, kemanusiaan hingga pemberdayaan ekonomi kerakyatan.
Setiap hewan kurban yang disembelih, mengandung sejuta manfaat bagi banyak orang. Bukan hanya pekurban yang mendapatkan pahala kebaikan dari Allah SWT, bukan jua para penerima daging kurban merasakan kebahagiaan, tapi peternak lokal yang hewannya laku terjual juga memperoleh keuntungan finansial.
Hal demikian ini masih banyak belum diketahui oleh masyarakat luas, bahwa berkurban itu mendapatkan multimanfaat. Salah satunya, manfaat bagi peternak lokal yang selama setahun lamanya menunggu para pembeli.
Dalam artian, boleh jadi seorang pekurban niat utamanya semata-mata bukan hanya untuk melaksanakan ritual ibadah kurban sebagaimana umumnya, namun untuk membantu orang-orang sedang menggantungkan hampir seluruh kebutuhan ekonominya pada hewan ternak mereka sebagaimana kisah tersebut di atas.
Mengapa Peternak Lokal?
Biasanya, para peternak di kampung atau desa-desa memang mengandalkan hasil ternaknya sebagai ujung tombak perekonomian mereka. Artinya, profesi atau pekerjaan utama meraka sehari-hari memang beternak, tidak yang lain.