Seorang mahasiswa jurusan pariwisata bingung ketika dirinya diminta kedua orang tuanya untuk mengelola bisnis Ulat Sutra milik keluarga. Bagaimana tidak, dia yang berlatar belakang pendidikan sarjana pariwisata merasa tidak punya pengetahuan atau skill soal bisnis, apalagi pengalaman berbisnis. Jadi, benar-benar diluar dugaan apalagi persiapan.
Namun, permintaan itu harus disanggupi karena kedua orang tuanya sudah lanjut usia dan dia adalah satu-satunya anak yang bisa diharapkan. Dalam Bahasa lain, mau tidak mau harus mau, meskipun tanpa bekal pengetahun dan juga pengalaman. Satu-satunya kemampuan yang dia miliki adalah ilmu pariwisatanya dan dia gunakan untuk melakoni bisnis ini.
Beberapa waktu kemudian, bisnis Ulat Sutra milik keluarga ini berkembang pesat dan bahkan jauh lebih maju dibandingkan dengan ketika dikelola oleh kedua orang tuanya. Rahasia dibalik sukses dan berkembangnya bisnis Ulat Sutra ini berkat terobosan atau inovasi dan improvisasi baru, yakni memasukkan unsur pendidikan dan pariwisata dalam bisnis tersebut.
Kisah menarik penuh inspirasi ini dituturkan langsung oleh rektor Universitas Sangga Buana YPKP Bandung, Dr. H. Asep Effendi, saat menjadi pemateri seminar ekonomi dan kemandirian pesantren di Bandung. Sengaja kami hidangkan lebih awal supaya lebih meyakinkan karena berlandaskan pada kisah nyata dari sang pelaku usaha.
Membangun Peluang Ekonomi Baru
Seperti perjalanan karir atau kisah orang sukses pada umumnya, dari tiada menjadi ada atau tidak tahu menjadi tahu, dari bangkrut lalu bangkit, dari kecil jadi besar dan seterunya, hampir tidak ada bedanya. Namun, yang menarik dari kisah mahasiswa ini adalah ide memadukan pendidikan dan wisata menjadi sebuah konsep bisnis bernama eduwisata.
Eduwisata bagi sebagian orang masih identik dengan kegiatan belajar di luar kelas. Jadi, belajar ke tempat wisata atau belajar sambil berdarmawisata. Makanya, tidak mengherankan jika ada lembaga pendidikan yang mengajak atau membawa peserta didiknya ke tempat tertentu untuk belajar, misalnya pabrik, peternakan, perkebunan dan sebagainya.
Ada pula yang berpikir sebaliknya, eduwisata artinya berdarmawisata sekaligus belajar. Ada banyak tempat wisata dengan konsep edukasi atau disebut sebagai wisata pendidikan seperti Taman Pintar, Museum, TMII dan lain sebagainya. Niat serta tujuannya jalan-jalan, akan tetapi ingin mendapatkan nilai lebih berupa tambahan wawasan dan pengalaman.
Dua definisi ini tidak seluruhnya salah, mungkin karena memang berdasarkan perspektif atau sudut pandang para pengunjung atau konsumen. Namun, penekanan pada makna sekaligus tujuan dari eduwisata ini adalah konsep bisnis itu sendiri. Membangun peluang ekonomi baru melalui kegiatan usaha bernama eduwisata (edukasi plus pariwisata).
Seperti kisah mahasiswa di atas, ia mengembangkan bisnis Ulat Sutra miliknya menjadi tempat wisata. Maksudnya, bisnis Ulat Sustranya tetap berjalan sebagaimana biasa, kemudian ia juga kembangkan sebagai pariwisata, terbuka untuk masyarakat umum yang hendak mengetahui tentang proses pembuatan sutra, mulai dari ternak ulatnya hingga menjadi sutra.