Mohon tunggu...
Bustam Kinanta
Bustam Kinanta Mohon Tunggu... Guru - Saya sebagai ASN Guru di UPTD SDN Blega 3 Kabupaten Bangkalan

Guru yang suka humor untuk mencairkan suasana di kelas

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antar Materi Modul 1.4.a.8 Budaya Positif

21 Desember 2022   09:04 Diperbarui: 21 Desember 2022   13:51 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Tugas Modul 1.4.a.8. Koneksi Antar Materi Budaya Positif

Nama CGP    : Bustam Kinanta, S.Pd.SD

Asal Sekolah  : UPTD SDN Blega 3

CGP Angkatan 7 Kabupaten Bangkalan Jawa Timur

Tanpa terasa kegiatan Calon Guru Penggerak sudah sampai di modul 1.4.a.8 Koneksi Antar Materi Budaya Positif. Tugas kali ini saya diminta untuk memahami keterkaitan konsep modul 1.4 Budaya Positif dengan modul 1.1 Filosofi Ki Hajar Dewantara, modul 1.2 Nilai-nilai dan peran guru penggerak, modul 1.3 Visi Guru Penggerak. Selain itu juga diharapkan dapat menyusun kegiatan yang dapat mewujudkan budaya positif di sekolah.

Sebagai seorang guru yang bertugas mendidik, kita harus memahami tujuan pendidikan. Menurut Ki Hajar Dewantara, tujuan dari dilakukannya proses pendidikan adalah untuk “menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi- tingginya” (Dewantara, 1961: 20). Sedangkan menurut UU No. 20 Tahun 2003 Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu. Didalam UUD 1945 Pasal 2 Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Pasal 3 Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan nasional.

Berdasarkan pedoman yang telah dipaparkan tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan di Indonesia harus sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung pada Pancasila. Oleh karena itu Pemerintah mencetuskan Profil Pelajar Pancasila sebagai pedoman pendidikan di Indonesia. Profil Pelajar Pancasila menjadi karakter yang wajib dibangun sejak anak usia dini. Profil pelajar Pancasila merupakan sejumlah karakter dan kompetensi yang diharapkan untuk diraih oleh peserta didik, yang didasarkan pada nilai-nilai luhur Pancasila.

Sebagai pelajar Indonesia, harus memahami berbagai nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila. Seperti diketahui, Pancasila adalah ideologi serta dasar negara Indonesia. Ada enam elemen atau dimensi profil pelajar Pancasila yang saling berhubungan antara satu dengan lainnya, yaitu berakhlak mulia, berkebinekaan global, mandiri, bergotong royong, bernalar kritis, dan kreatif

Kaitannya antara visi guru dengan pemikiran ki hajar dewantara adalah sesuai dengan harapan Ki Hajar Dewantara bahwa guru harus berani melakukan perubahan tetunya yang dimaksud adalah perubahan ke arah positif. Untuk melakukan perubahan harus disertai dengan visi yang jelas supaya tujuan dari perubahan yang akan kita lakukan tidak melenceng. Pendidik daiharapkan mampu menerapkan konsep pemikiran Ki Hajar Dewantara, mendidik dan mengajar adalah proses memanusiakan manusia, sehingga harus memerdekakan manusia dan segala aspek kehidupan baik secara fisik, mental, jasmani dan rohani. Menciptakan susana belajar di kelas yang aman dan nyaman dan yang terpenting adalah pembelajaran berpusat pada anak. Memberikan semangat untuk tumbuh dan berkembang sesuai kodrat alam dan zamannya serta memberikan dukungan dan mendorong anak dengan kepercayaan dirinya menjemput kebahagiaan hidup.

Ki Hajar Dewantara juga menyampaikan bahwa seorang guru harus menerapkan Pendidikan yang menghamba pada anak menekankan pada minat, kebutuhan dan kemampuan individu, menghadirkan model dan metode belajar yang menggali motivasi untuk membangun habit anak menjadi pembelajar sejati, selalu ingin tahu terhadap informasi dan pengetahuan, suka dan senang membaca. Pembelajaran yang seperti ini sekaligus dapat mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang dibutuhkan di era mendatang seperti kreativitas, inovatif, kepemimpinan, rasa percaya diri, kemandirian, kedisiplinan, kekritisan dalam berpikir, daya nalar yang tinggi, kemampuan berkomunikasi dan bekerja dalam tim, serta wawasan global untuk dapat selalu beradaptasi terhadap perubahan dan perkembangan. Dengan demikian Visi Diri atau visi guru penggerak harus sejalan dengan pemikiran ki Hajar dewantara tersebut.

Koneksi antara visi dengan nilai dan peran guru penggerak adalah visi disusun untuk melakukan perubahan yang mencerminkan nilai dan peran dari guru penggerak yang bisa mewujudkan propil pelajar pancasila. Saya ingatkan kembali bahwa Nilai-nilai yang perlu dikuasai guru penggerak adalah Berlajar berpihak pada murid, inovatif, kolaboratif, mandiri, dan Reflektif. Sedangkan peran dari Guru penggerak, yaitu Menjadi Pemimpin Pembelajaran, Menggerakkan komunitas Praktisi, Menjadi pendamping/coach bagi guru lain, mendorong kolaborasi antar guru, untuk bisa melaksanakan itu semua diperlukan kerjasama dengan seluruh pemangku kepentingan sehingga visi untuk menciptakan murid yang memiliki karakter propil pelajar pancasila dapat terwujud.

Pendekatan Inkuiri Apresiatif (IA) merupakan salah satu pendekatan untuk mewujudkan visi yang telah guru rumuskan. Pendekatan Inkuiri Apresiatif adalah suatu landasan berpikir yang berfokus pada upaya kolaboratif untuk menemukan hal positif dalam diri seseorang, dalam suatu organisasi dan dunia di sekitarnya. Berpijak dari hal positif yang telah ada, sekolah kemudian menyelaraskan kekuatan tersebut dengan visi sekolah impian dan visi setiap warga sekolah. Mengidentifikasi melalui sistem ATAP (Aset/Awal, Tantangan, Aksi, dan Pembelajaran) merupakan suatu proses dalam membuat gambaran mental prakarsa peubahan. Proses selanjutnya ialah dilakukan dengan tahapan BAGJA (Buat Perencanaan, Ambil Pelajaran, Gali Mimpi, Jabarkan Rencana, dan Atur Eksekusi). Diharapkan paradigma inkuiri apresiatif melahirkan suatu kegiatan perubahan di sekolah untuk mewujudkan visi yang didalamnya melibatkan filosofis pendidikan Ki Hadjar Dewantara dan Profil Pelajar Pancasila.

Setiap perubahan yang dilakukan oleh guru tentunya bertujuan untuk menciptakan budaya positif di sekolah. Budaya positif di sekolah ialah nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan di sekolah yang berpihak pada murid agar murid dapat berkembang menjadi pribadi yang kritis, penuh hormat dan bertanggung jawab. Budaya positif meliputi 6 hal yaitu 1) perubahan paradigma stimulus respon, 2) konsep disiplin positif, 3) keyakinan kelas, 4) pemenuhan lima kebutuhan dasar manusia, 5) lima posisi control, dan 6) segitiga restitusi.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun