Mohon tunggu...
Bustamin Wahid
Bustamin Wahid Mohon Tunggu... Administrasi - Nika

Bustamin Wahid ad/ Alumni Universitas Muhammadiyah Malang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Anak Popeda: Dalam Tarikan Sejarah Peradaban Manusia

18 Januari 2023   05:42 Diperbarui: 18 Januari 2023   05:53 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh. Bustamin Wahid      

Akademisi dan Peneliti di Pusat Studi Melanesia

Dusun sagu di Papua adalah sistem pertanian berbasis marga. Proses pemeliharaan dan budidaya pohon sagu dengan sistem adat dan dikonstruksi dengan tatanan sosial yang tak biasa. Kita bisa lihat di Papua ada dusun sagu bisa dan dusun sagu keramat, penjelasan tentang pembagian ini adalah rangkaian dari budaya. 

Lebih tepatnya kita menyebutkan bahwa fungsionalisme simbol adalah upaya untuk menekan daya penguasaan dan hasrat dominasi atas kekayaan alam, sehingga kekayaan alam hanya dipergunakan secukupnya dan seperlunya, semata-mata untuk keberlanjutan hidup generasi.

Tapi kosmologi yang dibangun orang Papua itu hendak berlahan hilang dan menguap ditangan kuasa oligarchy, jadi ditanda bahwa banyak sekali alih fungsi kebun sagu menjadi kebun kelapa sawit. 

Perkembangan ekonomi batang berganti batang (pohon sagu ke kelapa sawit) memberikan banyak duka dalam lintas sejarah perjuangan bagi masyarakat adat Papua. 

Fenomena kontemporer tentang raksasa kapitalisme itu telah di dengungan oleh Rendra dan Romo Mangunwijaya, kemudian Tania Marray Li dan Pujo Semedi dalam karya monumentalnya. 

Nampak jelas bahwa Tania dan Pujo memberikan kritik keras bahwa kehadiran perkebunan besar yang dibarengi dengan klaim bisa mendatangkan kemajuan dan kesejahteraan masyarakat sekitar itu hanyalah mitos belaka.

Dusun sagu dalam konteks investasi adalah arena menarik bagi industri ekonomi. Bahkan pohon sagu sensifitasnya bisa dijual menjadi hasil riset seminal, pengamatan sosiologi makanan kita bahwa sagu tak sekedar mitologi hidup semata, tapi memiliki fungsionalisasi sebagai jaringan sosial umat manusia, setidaknya tentang perkara menyambung hidup dan mengikat solidaritas sosial, dalam ramean makan popeda.  

Sagu telah menyejarah dalam peradaban umat manusia di Papua, bahkan dalam sejarah perjalanan dan perjumpaan bangsa Papua dengan bangsa-bangsa lain telah menceritakan kepada kita bahwa interaksi dan pertukaran pangan menjadi aktifitas kehidupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun