Mohon tunggu...
Bustamin Wahid
Bustamin Wahid Mohon Tunggu... Administrasi - Nika

Bustamin Wahid ad/ Alumni Universitas Muhammadiyah Malang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Spirit Nelson Mandela dan Nene Siti Hawa Farok di Papua

8 November 2019   15:36 Diperbarui: 8 November 2019   15:36 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sedikit kerepotan memulai dari mana,  tapi geliatnya karena merespon status facbook beberapa "kawan2" di Papua. Semangat dan menjadi manusia bebas adalah satu esensi yang digelorakan para filsuf terkemuka. Terlebiah pada kebebasam dalam majelis berfikir, saya kira konteks ini kebanyakan manusia bersepakat. 

Mandela,  salah satu sejarah manusia duni yang berjuang atas dasar kemanusiaa. Mandela bukan saja melawan satu konotasi warna, politik apartai semata,  tapi dia belajar tentang melawan hasrat identitas dan melampaui rasial. Kenapa demikian?

Kita baca sejarah yang umum dipahami dunia, ketika Mandela belajar tentang semangat kemerdekaan, kebebasan dan kemanusiaan dari seorang sufih besar dan tokoh perjuangan yang di sebut namanya Tuan Guru. 

Tuan Guru bukan sekedar melawan imprialisme-kolonialisme, tapi dia begitu serius melawan yang namanya kekacauan metologoi. Lahirlah Mushaf Al Quran di Negeri Tanah Gersang,  dari titik sana kultur tarbiah dibangun,  dan penghormatan Pemerintah Afrika Selatan memberi penghormatan sebagai pahlawan Nasioanal Afsel.

Sebelum, populernya tulisan dekonstruksi metodologi oleh Linda T. Smith,  berabad-abad lamanya Tuan Guru melawan atas praktek budaya itu, hingga dia harus menjadi tahanan politik hingga di Afrika. 

Tentun perjalan Tuan Guru, bagian dari ralitas perjalanan yang sering digambarkan Ali Syariati dalam sejarah kemanusiaan. Sesunggunya dia adalah pencerah yang akan hadir walau dilalui dengan jalan yang rumit dan ketidakmungkinan. 

Nah,  apa relasinya dengan Nene Siti Hawa Farook di Papua? 

Ceritanya demikian panjang, gaonologi sejarah yang jauh.  Tapi sedikit kita mengkisahkan tentang Nene Siti Hawa Farook.  

Nene Siti Hawa Farook adalah anak perempuan dari Salah seorang Habib bernama Oumar Farook, beliu hadir dari tanah Jawa tepatnya di Cirebon ke timur Nusantara,  tibalah ke Halmahera dan ke Papua (diperkirakan di Salawi)  anaknya  menyusul untuk mencari Ayahnya, setiba di Papua ternyata Ayahnya (Habib Omar Farook)  telah kembali ke Tidore. Nenek Siti Hawa Farook ini kemudia bertahan hidup di tanah Papua. 

Beriring jalanya waktu dia berjumpa dengan lelaki Papua (Moi-Salawati)  bernama Kalawen, berkolegalah hidup merek,  dan beragama.  Kalawen berubah namaenjadi Bayajid (Bay Ajid), yang kini bergelet Arfan.  Di ketehui gelet Arfan adalah penguasa Kerajaan Salawati di Pulau Salawati Raja Ampat. 

Relasi generasi/keterunan yang harus di ketahui adalah Tuan Guru Generasi/Keterunan  dari Habib Omar Farook  di Tidore (dari tanah Jawa).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun