Ini cerita-cerita datar, sembari sesekali kami ngelucu setiap saat. Tapi diahir-ahir perjumpaan ada ketegasan-ketegasan tentang pesan-pesan moral para sowohi selalu jadi perata-jalan untuk kita berhidup. Mereka (sowohi), ucapanya selelu dijaga, ihtiarnya menjadi bukti, nasehat-nasehatnya menjadi arah dan pegangan. Dabalik ihtiar dari pesan-pesan selelu menjadi bukti dan dihentaskan di depan mata dengan kesaksian akal sehat (Rasional).
Tak sekedar mitis,  mereka anti terhadap laku misosophy (takut/fobia kepada  kebenaran-kebijaksanaan). Nama merekea tak disebut-sebut dalam lingkup masyarakat komunal, tapi ruang kearifan mereka (sowohi) aktor sakral dan penegasan kebenaran.
Datangi dengan n'awaitu Jiarah di maka'am almarhum Sowohi Hi. Ibrahim Mahangiri (atau dikenal tete Aja), lafas-lafas terimakasih dan sanjungan-sanjungan yang tinggi atas kebaikan almarhum selama Dia (SD) Â menitih karir.
Cerita sowohi di tanah Papua, sekian abad digelorakan. Satu sistem kuasa kesultanan Tidore menguat di abad 16 hingga saat ini, struktur adat orang-orang RaJa Ampat tercantum Tugas seorang sowohi/sowoi. Yang dikenal masyarakat setempat adalah orang-orang yang berbudaya halus dan kearifan tinggi.
Usain dari Jiarah, Â mampir sejenak ke rumah. Duduk santai sambil cerita masa-masa kecil menjadi seorang penjual ikan kaliling bersama (Ibu-nya) dari kampung Topo hingga Guruabanga.