Mohon tunggu...
Bustamin Wahid
Bustamin Wahid Mohon Tunggu... Administrasi - Nika

Bustamin Wahid ad/ Alumni Universitas Muhammadiyah Malang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

20 Kapal Propaganda Buatan Desa Ara-Bulukumba untuk Perebutan Irian Barat

16 Januari 2019   11:35 Diperbarui: 16 Januari 2019   12:19 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi

Tutur mereka begitu dalam-buku risetnya penuh dengan memori sejarah yang tertancap rapi. Perjalanan ini merunut cerita pengetahuan yang didasari dengan dasar dialketika bener, cerita panjang ini tak cukup meretas kesadaran dialektis Hegel yang cenderung atas logika menang-kala, tpi lebih pada kontruksi sejarah yang dibangun oleh Ankersmit (dalil sejarah kritis).

Tak sekedar pendengar sejarah tutur, berita dan  informasi yang diterima indra, dikonstruk dgn logika kritis hingga menjaga nas-kaidah dan selalu berharap ada arus besar hadir dsngan otokritil yang baik.

Moh. Djafar Pallawang (70), ingatanya masi begitu baik, merunut ceritra 20 kapal propaganda untuk perang perebutan Irian Barat itu murni gagasan berlian sosok Bung Karno dan Soeharto. Radiksnya kedua sosok ini tentang kemaritiman Indonesia membutukan satu sok terapi yang hebat utk kelompok kolonial Belanda.

Lanjutunya,  Perintah penting dan bersifat darurat dari Ir Soekarno (Presiden RI I)   dan Soeharto (Pemimpin Oprasi Mandala) kepada masyarakat Bugis-Makassar di Desa Ara (Ujungpandang), dalam waktu 20 hari 20 unit kapal propaganda berbadan sedang harus selesai dan siap dimedan tempur dilaut Irian (walau masi dalam perdebatan para sumber lain bahawa sebagian kapal hanya beroprasi wilayah Makassar).

Kepercayaan orang-orang Ara karena berabad-abad lamnya mereka ahli perkapalan semenjak abad 14. Di desa Ara, tepian pantai kapal itu dibuat dgn keyakinan dan ilmu. Sejarah pengabdian atas perlawanan kolonialisme. Pantai menjadi tempat bersejarah dan masyarakat Ara menyebutkannya Pante Madala (tanpa pembuktian prasasiti sejarah sekalipun).

Kisah perjuangan dan pengorbanan ini pernah dikisahkan dalam perjuang perempuan (Herlina), yang pernah menaiki kapal-kapal niaga yang dimeliterisasi saat ikut serta dalam perebutan Provinsi perjuangan Irian Barat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun